LEUKEMIA
KESEHATAN ANDA PRIORITAS KAMI!
Poster yang tertempel di dinding Kiara baca dalam hati dengan penuh harapan di hatinya. Telapak tangan Kiara menyatu di bawah meja. Sepatu sekolahnya dia gerakkan tanpa suara. AC yang menyala membuat telapak tangannya semakin dingin.
Pria berkacamata mengenakan jas putih Kiara perhatikan secara instens. Kiara benar-benar seorang diri di ruangan dokter Rizal. Banyak ketakutan yang bersarang di benak Kiara. Salah satunya adalah bahasa medis yang mungkin tidak Kiara pahami nantinya ketika dokter Rizal menjelaskan.
"Nak Kiara?"
"I-iya, dokter?"
"Kamu sendiri?"
Kiara mengangguk pelan. Pandangannya tak berhenti menatap dokter Rizal dengan sorot khawatir juga takut. "Ibu gimana, dokter? Kenapa tadi lama sekali di periksanya?" Kiara bertanya sebagai orang awam yang tak tahu apa-apa.
"Kami telah melakukan rangkaian pemeriksaan salah satunya periksa darah. Ternyata di temukan produksi sel darah putih di tubuh ibu kamu begitu tinggi. Lalu kami lakukan pemeriksaan sum-sum tulang, dan benar dugaan kami. Ibu kamu mengidap leukemia atau kanker darah stadium tiga." Dokter Rizal menjelaskan dengan perlahan.
Tubuh Kiara lantas lemas bersama punggung bersandar pada sandaran kursi. Pelupuk matanya sudah menggenang air mata yang hendak turun. Jantung Kiara berdetak cepat dengan wajah perlahan pucat. Terkejut mendengar diagnosa dari dokter yang sudah memeriksa ibunya. Segala bayang-bayang buruk yang dilihatnya di TV mulai menghantuinya.
Bagaimana bisa ibunya menderita sakit mematikan tersebut? Lalu bagaimana dengan biaya yang dibutuhkan? Tuhan maha melihat bukan? Hidupnya saja sudah sulit. Sehari-hari dia dan ibunya hanya makan hasil dari jualan goreng yang dititip ke warung. Lalu bagaimana dengan ini?
"Nak Kiara?"
"Nak?" Dokter Rizal memanggil berulang kali baru Kiara mendengarnya.
"Kenapa ibu sampai mengidap leukemia dokter? Keluarga kami tidak ada yang memiliki riwayat penyakit itu."
Dokter Rizal memaklumi ucapan Kiara. Mengerti kebingungan gadis remaja yang seumuran dengan putrinya di rumah. "Kebanyakan yang kita tahu bahwa penyakit seperti kanker berasal dari keturunan. Padahal tidak semuanya seperti itu. Ada dua faktor penyebabnya. Yakni, faktor genetik yang bisa berasal dari tubuh kita sendiri, yang di tangani oleh daya tahan tubuh kita. Lalu faktor yang kedua adalah lingkungan di sekitar tempat kita tinggal. Jadi kamu bisa perhatikan kedua faktor yang saya sebutkan tadi, Kiara."
"Untuk kesembuhan ibu gimana, dokter? Saya takut ibu tinggalin saya." Kiara berujar dengan air mata menetes. Bayangan buruk sejak tadi menakuti dirinya. Memenuhi seluruh ruang pikirnya hingga suara jantungnya berdetak terdengar sampai ketelinga.
Dengan siapa Kiara bertahan bila Kalingga pergi meninggalkannya? Bagaimana hidup Kiara setelah Kalingga tak ada disisinya? Kiara tidak mau dengan ayahnya. Kiara tidak mau hidup berdua dengan laki-laki kasar yang berstatus sebagai ayahnya.
"Ibu pasti sembuh kan, dokter?" lirih Kiara dengan sejuta harapan pada dokter Rizal.
"Semua penyakit dapat disembuhkan dengan obatnya masing-masing. Termasuk kanker darah. 80% kanker dapat sembuh bila ditangani dan ditemukan sejak stadium awal-"
"Itu artinya ibu?" Kiara memotong ucapan dokter dengan panik.
"Kesembuhan hanya milik Allah, Nak. Berdoalah dan memohon padanya. Kita yakin kan hati bahwa ibumu dapat sembuh. Satu pesan saya, kunci dari kesembuhan kanker adalah semangat serta dukungan dari keluarga. Jika hal itu terpenuhi maka pasien juga ikut semangat dan merasa memiliki harapan untuk bertahan dan sembuh. Mindset yang sehat akan membawa tubuh yang sehat. Kamu paham, Kiara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...