26. PENGHUNI ITU PERGI

155 23 0
                                    

PENGHUNI ITU PERGI

"Pagi peri kecil!" Sapaan girang dan penuh semangat berhasil mencuri perhatian siswa dan siswi yang berlalu lalang. Seno benar-benar senang bisa menyapa Kiara dengan bebas dan sebesar apa suaranya. Karena satu sekolah sudah tahu akan hubungan yang pernah dijalin keduanya. Namun, alih-alih membalas sapaan tersebut Kiara hanya diam seolah sapaan itu tak berarti lagi untuknya.

"Ki, are you okey?" Seno bertanya lagi. Karena Kiara yang dia tahu tak pernah absen untuk membalas sapaannya.

"Gue antar ke kelas ya, peri kecil?" Seno mengamit tangan Kiara namun dengan cepat Kiara menghindar. Hal itu sontak membuat Seno menatap Kiara lebih detail lagi. Memastikan apakah peri kecilnya sedang ada masalah pagi ini hingga menghindarinya sekarang.

"Kenapa, Ki? Lagi dapet ya makanya badmood? Kita ke kantin yuk, beli semua apa yang kamu mau." Seno masih berusaha membujuk Kiara agar gadis itu mau berbicara dengannya. Namun tatapan Kiara terlihat begitu dingin bahkan tidak mau menatap ke arah Seno.

"Stop ikuti gue terus, Sen!"

Seno mengernyitkan dahinya. Ada apa dengan Kiara? Bukan kah terakhir kali mereka bertemu semua baik-baik saja? Lalu kenapa sikap Kiara berubah drastis pagi ini?

"Kenapa, peri kecil, lo takut sama Alesha? Dia belum datang, Ki."

"Ini bukan tetang Alesha, Sen. Tapi ini tentang kita yang udah berakhir. Stop. Jangan ikutin gue lagi. Jangan pernah sapa gue lagi. Karena gue terganggu, Seno. Gue risih!"

Seno terpaku mendengar ucapan Kiara. Dia sama sekali tak menyangka bila peri kecilnya akan berucap seperti ini padanya. Seno meneguk salivanya. Dia harus lebih sabar dan berpikir positif bila mood Kiara memang sedang tidak bagus hari ini.

"Gue gak ganggu lo, Kiara. Gue lagi usaha untuk bisa dapatin hati lo lagi."

"Tapi gue terganggu dengan usaha lo itu, Sen."

Lagi-lagi Seno dibuat tidak paham dengan ucapan Kiara. Jujur saja dadanya terasa begitu nyeri ketika Kiara mengucapkannya. Seno menarik nafas dalam agar dia bisa lebih mengontrol amarah yang kini sudah menggumpal di dadanya. Berusaha tersenyum seolah ucapan Kiara tak berarti apa pun untuknya.

"Pasti lagi capek ya, Ki? Ya udah kalau gitu aku gak bawel deh. Tapi aku antar kamu ke kelas ya? Tiga pintu lagi udah sampai kelas kamu tuh." Seno berusaha mengamit tangan Kiara namun Kiara tetap menghidarinya. Tatapan gadis itu sangat dingin dan jelas terlihat bahwa Kiara tak ingin bila Seno terus ada di sampingnya.

"Udah dong effortnya, Sen. Gak capek apa hampir tiga tahun lo kayak gini ke gue? Gue aja capek liatnya. Berhenti, Sen. Udah. Gue udah gak butuh lo lagi."

Seno membasahi bibirnya. Ucapan Kiara sudah keterlaluan pikirnya. Sangat menyakitkan untuk Seno yang sudah memperjuangkannya selama ini. Tapi laki-laki jangkung itu tak akan menyerah. Dia pasti bisa membujuk Kiara hari ini.

"Oke kalau capek silakan istirahat. Tapi plis, Ki, aku antarin kamu ya? Aku kangen sama kamu Kiara. Aku kangen kita kayak dulu."

Bukannya luluh Kiara malah tertawa mendengar apa yang Seno katakan. "Yang harusnya istirahat itu elo. Bukan gue. Ayo lah, Sen, move on. Gue aja bisa masa lo gak bisa? Alesha cantik. Sepadan sama lo. Gak ada kurangnya. Terus untuk apa lo masih kayak gini ke gue? Gue udah gak suka apa lagi cinta sama lo. Biarin gue fokus di kelas akhir ini."

Seno mengeraskan rahangnya selama Kiara berbicara dan membandingkan dirinya dengan Alesha. Terlebih Kiara mengatakan bahwa dia sudah tak mencintai Seno. Peri kecilnya itu tidak boleh menolak dirinya. Pandangan Seno benar-benar lurus mengunci tatapan Kiara. Kakinya selangkah maju dan membuat Kiara mundur dengan takut. Hembusan napas laki-laki itu terasa di permukaan wajah Kiara. Kini Kiara tak berani menatap Seno jika laki-laki itu sudah marah seperti ini.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang