42. TAMU YANG TAK DI SANGKA KEHADIRANNYA

151 18 0
                                    

TAMU YANG TAK DI SANGKA KEHADIRANNYA

Hari ini perasaan Kiara jauh lebih baik dari sebelumnya. Meski masih di rundung duka namun kesedihannya berbeda seperti kemarin. Terlebih Aluna juga berusaha membuat Kiara tertawa dengan candaannya. Kiara justru melihat sisi lain dari diri Aluna setelah hampir enam bulan lebih berteman dengan gadis itu. Kini Kiara sedang menunggu angkot yang hampir seminggu tidak dia naiki. Namun bukannya angkot yang datang justru dua laki-laki secara bersamaan menawari tumpangan untuknya. Kiara menatap Aakash dan Seno bergantian. Sementara Aluna di sampingnya senyum-senyum sendiri. Aluna menyenggol siku Kiara agar gadis itu segera menentukan pilihannya.

"Ki, gue antar lo pulang ya?" Seno lebih dulu menawarkan Kiara.

"Gue harus kerja, Sen."

"Ya udah gue antar ke tempat kerja lo."

Aluna menatap Aakash tak putus. Dia ingin memberi kode pada Aakash untuk segera menawari Kiara karena tahu sahabatnya itu tak mungkin mau bersama Seno.

"Kiara sama Abang aja, ya? Abang mau ke toko juga soalnya."

Seno menatap Aakash kesal. "Sejak kapan lo jadi pengantar jemput Kiara kerja?"

"Gue memang searah sama Kiara. Dan tempat kerja gue juga pasti lewat sini. Jadi gak heran kalau beberapa kali gue sering bareng Kiara." Aakash memanasi Seno.

"Kiara pulang sama gue. Hari ini panas. Kalau dia sakit gimana?"

Aakash menatap mobil di belakang Seno. "Kiara satu tempat kerja sama gue. Dan juga Kiara gak boleh terlambat atau konsekuensinya dia akan di marahi bos atau bisa aja di pecat. Emang lo mau liat Kiara di pecat?"

"Gue bisa menghidupi Kiara pakai uang gue."

Aluna hampir saja tertawa mendengar kesombongan Seno yang menggelikan. Gadis itu mengusap hidungnya menunggu balasan Aakash yang pasti membuat Seno kalah telak.

"Tapi masalahnya si doi gak mau." Aakash menyunggingkan senyumnya. "Kiara, kita ke toko. Toko gak ada yang jaga sekarang."

"Oh, iya, satu lagi. Kalau masih modal uang orang tua gak usah songong." Aakash menimpali lalu Kiara di tarik untuk segera pergi menuju Mia Furniture. Sementara Seno menggeram marah di tempatnya. Laki-laki jangkung itu berteriak ketika Kiara sudah menjauh darinya.

"NANTI MALAM GUE JEMPUT PERI KECIL!!"

"HALU MAS NYA!" Aluna balas meneriaki Seno.

"Bener-bener lo ya, Na!"

"Sabar bestie. Kiara pasti bisa lo balas nanti. Dan Seno pasti jadi milik lo." Yura dan Selvia menyemangati Alesha yang kini cemburu melihat Seno masih memperhatikan Kiara.

"Lo dari kemarin cuma bisanya nyuruh gue sabar doang. Yang ada gue yang capek!!"

Yura dan Selvia terdiam terkena omelan Alesha. Pantas saja Seno selalu menolaknya. Alesha menyeramkan jika sudah marah.

***

Setelah keduanya tiba di toko Kiara melihat Aakash langsung memasuki kedai kopi milik Ce Rosalin. Kiara tak bertanya lebih. Dia memilih langsung masuk dan merasakan suhu dingin di dalam toko. Matahari benar-benar terik hari ini. Setelah Kiara mendapatkan kenyamanan dan duduk di kursi berwarna oranye gadis itu lagi-lagi melamun dengan menumpukan satu tangannya di dagu. Kiara teringat dengan ucapan Bu Maisa padanya tadi. Banyak tunggakan yang harus Kiara lunasi agar lebih ringan untuk membayar uang ujian nanti. Tunggakan Kiara paling besar di kelasnya. Gadis berjaket ungu itu bingung bagaimana harus melunasinya. Dalam hitungan minggu Kiara juga akan melaksanakan ujian menjelang kelulusan.

Kiara menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia terpikir satu cara namun ini sangat berisiko untuknya. "Apa gue pinjam uang aja, ya? Tapi sama siapa?"

"Makan dulu, Ki!" Aakash memberikan sebungkus makanan yang baru saja di belinya. Kiara menatap makanan yang tersodor di hadapannya. Terasa masih panas.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang