JAKET UNGU
Malam ini Kiara selamat dari amukan dan tangkai sapu ayahnya. Seno dengan laju membawa Kiara tiba di rumah pukul 21.00 WIB. Kiara buru-buru mandi dan segera membantu ibunya yang masih berkutat di dapur. Malam ini Kalingga terlihat baik-baik saja. Walau pucat di bibir dan kantung mata menghitam tak bisa membohongi kondisi fisiknya.
"Anak Ibu habis jalan sama siapa tadi?" Kalingga menggoda anak gadisnya. Kiara mengalihkan tatapan matanya. Malu dia rasakan.
"Ibu apaan sih? Gak boleh gitu."
"Anak walikota itu?"
Kiara terkejut dengan cepat meminta ibunya untuk mengecilkan suaranya.
"Ibu.. ssttt.. nanti Ayah dengar."
"Ayahmu belum pulang, Nak." Kalingga berujar pelan.
Kiara membantu mengiris Kol sedangkan Kalingga mengupas Wortel. Bahan masakan untuk gorengan Bakwan besok pagi. Tak lupa Kiara menambahkan gilingan udang kering agar terasa lebih gurih.
"Ibu kenapa di sini? Tidur aja lah, Bu. Istirahat. Ibu tadi udah minum obat kan?"
"Sudah, Kiara. sekali-sekali Ibu bantuin anak gadis jualan emang gak boleh?"
"Ibu.. jangan panggil gitu. Kiara malu." Kiara selalu saja salah tingkah bila ibunya sudah memanggilnya dengan sebutan 'anak gadis.' Panggilan kesayangan Kalingga untuk putrinya.
"Ibu capek istirahat terus. Mau bantuin kamu aja, Ki."
"Awas ya kalau Ibu sampai kecapekan? Kiara gak mau."
Kalingga hanya mengangguk. Lalu dia kembali berbicara terkait dengan apa yang dipikirkannya semalam.
"Ki, kalau Ibu kerja gimana?"
Kiara menghentikan tangannya yang sedang mengaduk adonan bakwan. Mencicipi menggunakan jari telunjuknya lalu mengangguk tanda sudah pas.
"Ibu kenapa sih, Bu? Emang Kiara yang kerja aja gak cukup? Kalau Ibu kerja, terus kecapekan gimana? Udah ya, Bu, gak usah mikir hal yang gak bakal Kiara kasih izin. Oke Ibu cantik?"
"Emang kamu tahu Ibu mau kerja apa?"
"Udah, Bu, gak usah dibahas. Kerja Ibu sekarang bantu Kiara cicipi adonan ini.Tadi Kiara rasa udah pas."
"Hm, kamu ini. Ada aja. Ibu lagi mau bicara serius juga."
Kiara tersenyum begitu lebar ke arah Kalingga. Menatap penuh sorot mata yang hari-hari hampir putus asa itu. "Ibu, sampai kapan pun Kiara gak izinkan Ibu kerja. Biar Kiara aja yang kerja. Kiara janji, Bu, Kiara akan terus sekolah. Gak lupa juga ngumpulin biaya untuk berobat Ibu. Ibu gak usah khawatir ya?"
Kalingga terdiam begitu juga dengan Kiara yang terus menatap ibunya. Kiara tahu, Kalingga sedang khawatir bila dia tak meneruskan sekolahnya. Tapi Kiara juga tidak akan biarkan ibunya bekerja.
Kalingga mengangguk. "Iya, iya, Ibu gak akan bahas ini lagi. Tapi kamu janji tamatkan sekolahmu."
Kiara mengangguk. Dia menghidupkan api kompor dan mulai menuang minyak ke dalam kuali. Dia akan menggoreng beberapa potong bakwan untuk dinikmati bersama Kalingga malam ini.
"Ngomong-ngomong soal sekolah. Kamu udah bayar uang SPP bulan ini kan, Ki? Tenggat waktunya sudah lewat."
Kiara terdiam. Dia tak berani menatap ibunya. Pura-pura tak mendengar seraya memasukkan adonan ke dalam minyak panas.
"Nak? Kiara dengar Ibu kan?"
"I-iya, Bu? Ibu bicara apa tadi?"
"Sudah bayar uang sekolah kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...