50. AKIBAT DARI MASA LALU

199 20 0
                                    

Setelah seminggu berjuang bersusah payah mengisi seluruh lembar jawaban ujian dengan benar demi kelulusan dan mendapat nilai yang baik akhirnya tepat di hari Jumat semuanya selesai dengan lancar. Semua murid dapat bernafas lega dan menghirup pasokan oksigen dengan bebas setelah terkurung di dalam kelas yang ketat persaingan.

Termasuk Kiara. Dia juga tersenyum dengan amat lebar bersama perasaan lega. Akhirnya dia bisa tiba di titik ini setelah naik-turun melewati badai besar kemarin. Dia juga bersyukur Ayahnya bisa berubah dan kembali seperti sosok Ayah yang Kiara inginkan dulu.

Di tengah-tengah lamunannya Kiara di kagetkan oleh rangkulan di pundaknya yang datang dari Aluna. "Akhirnya ya, Ki, selesai jugaaaaaa!!" Aluna membesarkan suaranya sebagai bentuk perasaan lega.

"Tapi gue sedih deh, Ki." Aluna menghentikan langkahnya dan menatap Kiara dengan tatapan sedih.

Kiara mengernyit dan menatap Aluna dengan heran.

"Nanti kita gak bisa ketemu.. Huhuhu!" Aluna mendadak memeluk Kiara. Hal itu membuat Kiara keberatan dan cepat mencari sanggahan.

"Na, Na, Na.. Berat ih!" Kiara mendorong Aluna menjauh. "Lebay lo. Kan kita bisa video call. Lagian masih ada waktu kan menjelang lo berangkat nanti? Kita bisa quality time dulu sebelum lo pergi."

Aluna menggeleng membuat rambutnya acak-acakan. "Lusa gue udah berangkat, Ki." Aluna berujar sedih.

"Hah? Kok cepat banget, Na??"

Aluna kembali memeluk Kiara. Rasanya dia tidak ingin berjauhan dengan sahabatnya. "Papa bilang ada keperluan yang dikit lagi harus di selesaikan. Dan juga gue harus tau lingkungan di sana gimana. Jadi Papa bilang lebih cepat lebih baik."

Kiara tersenyum sembari memgeratkan pelukannya. "Hati-hati ya bestie! Semoga semuanya lancar dan lo betah di sana."

Aluna lantas melepaskan pelukannya. Pandangannya berubah kesal namun sesaat kemudian sedih. "Lo gak sedih gitu, Ki? Gue mau pergi loh! Wah, bener-bener lo gak sayang sama gue, Ki?? Minimal apa gitu kek—"

"Minimal apa, hm?" Potong Kiara. "Gue gak sedih, Na. Serius! Gue malah senang dan bangga karena sahabat gue bisa belajar di luar negeri." Kiara menepuk pundak Aluna.

"Lo dapat relasi baru, ilmu baru, temen-temen baru dan pastinya," Kiara mendekatkan mulutnya ke telinga Aluna. "Bisa jadi lo dapat jodoh orang bule. Kan lumayan perbaiki keturunan."

Plak!!

"Aakh!" Kiara mengadu sakit karena bahunya di pukul kuat oleh Aluna. "Gila lo ya?! Sakit, Na."

"Gue gak akan bisa macam-macam, Ki!" Aluna ganti berbisik.

Kiara lantas menatap Aluna penuh tanya. Penasaran alasannya di balik ucapan sahabatnya.

"Karena gue gak sendirian."

"Maksud lo? Papa lo ikut?"

Aluna menggeleng. "Gue sama.."

Kiara mendekatkan telinganya karena suara Aluna terlalu pelan. "Sama siapa?"

"Sama.. Sama—"

"Aluna!"

Keduanya lantas terkejut dan segera menatap kearah pintu. Ternyata Zio yang memanggil dan laki-laki itu sudah berdiri di ambang pintu. Kiara dengan cepat menatap Aluna dengan tajam.

"Dia anaknya sahabat Papa gue. Sumpah gue baru tau kemarin, Ki!" Aluna buru-buru menjelaskan sebelum Kiara berpikiran yang macam-macam.

"APA SIH LO?! GUE BISA PULANG SENDIRI BARENG SUPIR!" Aluna berujar kesal pada Zio.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang