29. PRIVILEGE ANAK WALIKOTA

139 22 0
                                    

PRIVILEGE ANAK WALIKOTA

Kiara menatap dirinya di sebuah cermin kamar mandi yang tertempel di hadapannya. Mata sembab, kulit kusam, lingkar hitam jelas terlihat di sekitar matanya. Dirinya melihat ke arah bibirnya yang tampak sedikit pucat. Gadis itu menarik nafas dalam. Wajahnya yang tak begitu cantik ini ternyata bisa memikat Seno untuk terus mengejarnya hingga detik ini. Entah apa yang Seno lihat darinya Kiara pun tak tahu. Tidak hanya Alesha yang dibuat bingung. Kiara pun juga bingung.

"Ki, dua tahun yang lalu itu lo lagi mimpi. Dan sekarang lo udah bangun. Dibangunin sama Ale-Ale Jelly Drink. So.. kuatin lagi ya pundaknya? Fokus ke tujuan lo, Ki. Jangan sampai goyah!"

Setelah mengatakan hal tersebut Kiara keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar tanpa senyum sedikit pun. Tatapan matanya juga sangat dingin tak tersentuh. Di balik tatapan tersebut ada sejuta ketakutan yang tersembunyi.

Koridor paling ujung tepatnya kamar mandi milik laki-laki dan perempuan saling berhadapan. Koridor ini sangat jarang dilalui jika tidak memiliki kepentingan di dalamnya. Kiara menghembuskan nafasnya kasar. Berharap hanya dirinya seorang yang lewat hari ini namun dugaannya salah.

Seno bersama kedua sahabatnya ternyata sedang menuju ke arah Kiara. Jujur saja Kiara sangat tidak ingin bertemu Seno saat ini. Kiara mempercepat langkahnya. Pandangannya seketika menunduk.

"Sen, Kiara tuh!" celetuk Reksan. "Gue sama Zio duluan deh. Gue tunggu di kamar mandi."

Zio lantas menatap Reksan dengan ngeri. "Mau ngapain lo ngajak gue segala?"

"Ya temenin gue kencing lah," jawab Reksan.

"Parah lo!" ketus Zio.

"Cepetan pergi gue mau bicara penting sama Kiara." Seno mengusir.

"Siap ketua!" Reksan menarik Zio menuju kamar mandi dan melewati Kiara dengan wajah tengil. Meski begitu Kiara tak merespon sama sekali.

Kiara ingin sekali putar balik, namun sial sekali dia berada di ujung koridor. Tangannya ditahan oleh Seno dengan genggaman yang lumayan erat. Kiara mencoba untuk melepaskan namun Seno malah menyudutkan Kiara tepat di samping kamar mandi.

"Lo mau apa, Sen?" Kiara bertanya pelan dengan menatap tajam mata Seno. "Lepasin gue!"

Seno menatap Kiara tepat di bola mata gadis itu. Menatapnya cukup lama hingga Kiara merubah cara pandangnya menjadi sedikit takut. Seno membukuk agar dia bisa menatap Kiara yang kini malah menunduk. Menempelkan satu tangannya di sisi kanan Kiara.

"Kenapa, Kiara? Kenapa lo tiba-tiba berubah Peri Kecil? Salah gue apa? Perasaan terakhir kita ketemu semua baik-baik aja."

Kiara menjauhkan wajahnya ketika Seno ingin mengelus pipinya. Jantung Kiara berdetak dua kali lebih cepat. Seno mendadak mengerikan jika sudah seperti ini. Berbicara dengan nada rendah serta tatapan mengunci Kiara.

"Se-seno—"

"Kenapa, Ki? Kemarin lo berani tolak gue secara terang-terangan. Apa lo bilang? Lo udah gak butuh gue lagi? Dua tahun itu gak sebentar Kiara. Lo dan gue setiap hari ketemu. Gue yang selalu ada untuk lo di saat lo lagi ada masalah sama bokap lo. Segampang itu lo bilang gak butuh gue?"

"Jangan bilang ini karena Alesha? Atau karena Mami gue? Lo kan tau Ki kalau gue bakal perjuangin lo. Gue bakal bela lo sekalipun Mami gak restui. Terus apa kurangnya, Kiara?"

"Seno udah! Berhenti!"

"Gak bisa Kiara! Gue gak bisa berhenti. Gue terlanjur cinta sama lo!" Seno mengakui perasaannya. Dia tidak akan pernah bisa berhenti untuk mencintai Kiara. Tidak akan bisa.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang