MENJAUH
Di bangku baris ketiga Kiara menunduk kan kepalanya di atas lipatan tangan. Matanya terpejam rapat namun telinganya berusaha fokus untuk mendengar penjelasan Bu Maisa yang kini sedang mengajar di kelas. Kiara merasakan kaki dan telapak tangannya sangat dingin. Sementara keningnya terasa begitu panas. Jaket ungu yang berada di atas meja Kiara genggam erat-erat karena kepalanya berdenyut.
Sementara Aluna yang duduk di samping Kiara berusaha memanggil sahabatnya dengan berbisik—takut bila Bu Maisa tahu dan menggangu jam pelajaran. Aluna tidak ingin bila Kiara ditegur oleh Bu Maisa karena dia menundukkan kepalanya saat ini.
"Ki?"
"Kiaraaa?"
"Lo kenapa, Ki?"
Kiara memiringkan sedikit kepalanya dan menatap Aluna dengan tatapan sayu. Bibir Kiara pucat membuat Aluna seketika panik tanpa sadar membesarkan suaranya. "Astaga! Lo sakit, Ki?!"
"Aluna!" tegur Bu Maisa menatap Aluna.
"Maaf, Bu. Tapi ini Kiara sakit."
Bu Maisa lantas menatap ke arah Kiara. Memperhatikan muridnya yang baru saja mengangkat kepalanya. "Kamu sakit, Kiara?"
Kiara mengangguk pelan. "Saya bisa izin ke UKS, Bu?"
Bu Maisa mengangguk. Lalu tatapannya tertuju pada Aluna. "Kamu temankan Kiara ya, Aluna."
"Siap, Bu!" Aluna menajwab begitu semangat. Kebetulan sekali gadis itu ingin bolos pelajaran Bu Maisa. Aluna dengan cepat membantu Kiara untuk mengemasi bukunya lalu berjalan ke luar kelas menuju UKS. Kedua sahabat itu bisa melihat kelas-kelas yang kini sedang fokus mengikuti pelajaran.
"Semangat banget sih lo, Na? Yang sakit kan gue." Kiara berceletuk.
"Bosan tau, Ki. Bu Maisa itu kalau ngajar jelasinnya panjang banget. Gue pusing kalau gak langsung ke intinya."
"Lagian ini juga masih pagi. Kalau gue malah ngantuk gimana? Mendingan ngantuk di UKS kan, terus tidur?" sambung Aluna.
Kiara hanya menggeleng. "Itu mah maunya elo, Na."
"Tapi lo kenapa sih, Ki? Lagian kemarin baik-baik aja dah."
Kiara tertawa mendengar penuturan Aluna. Entah lah, menurutnya lucu saja. "Sejak kapan gue baik-baik aja, Na?"
Kiara membuka pintu UKS. Tampaknya hanya mereka berdua yang ada saat ini. Kiara duduk di salah satu brankar dan Aluna menempati brankar satunya tepat di samping sebuah tirai yang tertutup.
"Ya juga ya? Hidup lo kayaknya sulit banget ya, Ki. Maksud gue sejak putus dari Seno."
Kiara menatap Aluna detik itu juga. Segitu kah Aluna memperhatikan hidupnya?
"Emangnya sebelum gue putus dari Seno, lo liat gue kayak apa, Na?"
Aluna mengendikkan bahunya. "Gue juga gak tau. Kan kita baru temenan semenjak kelas dua belas ini?"
"Terus kenapa lo bisa bicara kayak gitu, Na?"
Aluna seperti terjebak dengan ucapannya sendiri. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eee.. ya.. waktu lo sama Seno dulu lo gak pernah digangguin sama Alesha. Sekarang malah digangguin terus."
Kiara mengangguk mendengar jawaban Aluna. Benar yang dikatakan sahabatnya. Dulu Alesha tak pernah menggangunya. Namun, saat ini entah kenapa Alesha sangat suka mencari masalah dengannya. Kiara bisa pastikan bahwa dia tidak akan merebut Seno dari Alesha.
"Semenjak putus dari Seno lo ngerasa kehidupan lo sekarang gimana, Ki? Selain digangguin sama Alesha. Apa lagi kan lo sama Seno pacaran udah lama tuh."
Kiara terdiam sejenak. Pertanyaan Aluna begitu berat dia rasa jika sudah menyangkut Seno. Namun, Kiara tak mungkin menutupinya dari Aluna. Bagaimana pun juga Kiara butuh teman untuk tempatnya berbagi cerita. Setidaknya meringankan sedikit beban di kepalanya. Dan itu hanya pada Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...