30. USAHA YANG GAGAL

132 21 0
                                    

USAHA YANG GAGAL

Seno adalah tipikal remaja laki-laki yang pantang menyerah dalam mendapatkan apa yang dia inginkan. Terbukti olehnya selama lebih dari dua tahun ini untuk terus memiliki Kiara. Namun, enam bulan belakangan ini Seno harus lebih berusaha keras untuk meluluhkan hati Kiara dan mengembalikkan sikap Peri Kecilnya agar tak sedingin sekarang. Terlebih Kiara mengatakan bila dia membenci Seno saat ini.

Seno tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia akan sepuluh kali lebih menguatkan tekad untuk bisa meluluhkan hati Kiara. Menurut Seno selain Alesha ada Aluna yang menjadi penghalang untuknya bisa bertemu Kiara. Seno sudah menyusun rencana meminta Reksan dan Zio untuk menahan Aluna agar tidak menggagalkan rencanya.

"Nana! Aluna!" Reksan berteriak ketika Aluna ingin menuruni tangga menyusul Kiara yang lagi-lagi meninggalakannya.

Aluna yang diteriaki berdecak kesal. Terlebih orang itu adalah antek-anteknya Seno. Masih ada dua lantai yang harus Aluna turuni untuk dia menyusul Kiara. "Apa sih?! Bisa gak sih lo gak usah teriak-teriak Reksan!"

Reksan yang baru saja tiba di dekat Aluna mengatur nafasnya seraya berkata, "Bentar, Na, bentar!"

"Mau apa lo?!"

"Tolongin gue napa, Na? Plis!"

Aluna menatap reksan dengan pandangan curiga. Tidak biasanya Aluna melihat Reksan meminta tolong padanya. "Mana dua anggota lo? Tumbenan banget lo minta tolong ke gue?"

"Si Seno udah pulang, Na. Si Zio, Na. Gawat!"

"Ga-gawat kenapa?" Aluna ikut panik melihat Reksan panik seperti ini. "Minta tolong sana sama anak walikota temen lo itu."

"Sebagai saudara se-anak IPA plis tolongin Zio lagi dikeroyok sama anak IPS di ujung koridor, Na. Gue tau Zio jago berantem tapi lawannya gak imbang."

"Seriusan lo?!" Aluna sontak menjerit.

"Udah deh, Na, ayok makanya!" Reksan menarik tangan Aluna dan mereka lari bersama.

Di salah satu kelas yang sudah kosong oleh siswa dan siswinya Zio berkelahi dengan lima orang laki-laki berbadan besar. Mereka sudah berlumur keringat dan Zio sudah mendapati beberapa lebam di wajahnya.

"Woi! Gilak lu ya, mainnya keroyokan!" Aluna berteriak dan melempar botol minumnya hingga mengenai kepala salah satu lawan Zio.

"Stop, woi! Stop!!" ucap salah satu di antara mereka merupakan ketua dari komplotan tersebut—Rio. "Aluna pakai datang lagi! Pecundang beraninya bawa cewek!" umpatnya membuat Zio kesal.

"Jaga ya mulut lo! Laki-laki kok keroyokan! Lo pikir lo gantle?" sarkas Zio.

Aluna menatap tajam satu persatu dari mereka yang melaluinya. "Pengecut lo semua!" ucap Aluna.

"Lo cewek mau-mau aja disuruh Zio. Budaknya lo?" Rio menjawab tak kalah sarkas.

"Pergi lo Rio!" Zio mengusir lalu menarik Aluna untuk menjauh.

Aluna ingin sekali memukul wajah Rio yang seenaknya menyebutnya budak. Namun Zio malah menahan tangannya. "Lepas!"

"Gak urusan gue, urusan Seno, semua lo campuri!" marah Zio.

Aluna malah tertawa mendengar ucapan Zio. "Kalau bukan temen lo yang ngemis minta tolong ke gue. Gue juga gak bakal datang kali. Santai, Zi. Emosian lo." Aluna berlalu pergi.

***

"Hai, Sen!" sapa Alesha dari dalam mobilnya. Gadis itu memelankan laju kendarannya dan membuka kaca penumpang. Melihat Seno lagi-lagi mengalami kegagalan. "Lo gak pulang? Sekolah udah sepi, Sen."

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang