39. SALAH SATU HUBUNGAN SELESAI

124 14 0
                                    

SALAH SATU HUBUNGAN SELESAI

Sepasang suami istri baru saja selesai melakukan transaksi atas pembelian sebuah cermin dan satu meja konsul. Hampir memakan waktu setengah jam mulai dari Kiara merayu pembeli hingga jadi membeli barang yang diinginkan dengan harga yang sudah disepakati.

"Akhirnya, Ki, laku juga." Aakash berucap senang tepat di belakang Kiara yang berjarak empat keramik.

"Abang antar sekarang lah barangnya. Nanti lupa." Kiara berucap sembari memijat pelipisnya.

"Customernya bilang besok, Kiara. Besok bisa diantar. Laper apa gimana, Ki, gak fokus gitu?" Aakash menyindir dengan nada bercanda.

Tak ada jawaban selain langkah gadis itu yang terhenti dengan tangan bertumpu pada sebuah kursi.

"Ki, kok berhenti? Awas, Abang mau lewat." Akses jalan cukup di lalui oleh satu orang karena kanan kiri penuh dengan barang yang baru tiba dari pabrik.

"Lewat lah, Bang." Kiara menepi agar dirinya tak bersentuhan ketika Aakash melewatinya. Mata gadis itu berkali-kali mengerjap untuk memfokuskan jarak pandangnya.

"Kenapa, Ki? Sakit?" Aakash memperhatikan respon Kiara tak seperti biasanya.

"Pusing aja, Bang, tapi gak papa kok."

"Serius pusing?"

Kiara mengangguk. Aakash melewatinya begitu saja. Tak berapa lama sebuah pot bunga yang terbuat dari plastik jatuh tersenggol tangan Kiara yang kini sudah tak sanggup berdiri tegap. Aakash dengan cepat berbalik dan menahan pundak Kiara yang hampir menghantam sudut meja makan yang dilapisi oleh cermin.

"Kiara?! Hampir aja kena meja makan kepalanya. Kenapa sih?" Aakash bertanya panik lantaran Kiara sangat pucat. Gadis berjaket ungu itu mendengar jelas apa yang Aakash ucapkan. Dia berusaha bangun dan menjauhkan tubuhnya dari Aakash.

"Kiara gak papa, Bang. Kiara mau istirahat bentar aja."

"Enggak. Abang antar ke belakang. Kalau beneran pingsan gimana, Ki? Bisa gawat. Abang kan gak ada basic dokter masalahnya."

"Lepasin, Bang. Kalau tiba-tiba ada customer atau Bu Mia datang gimana?"

Aakash melepaskan Kiara sesuai permintaan gadis itu. Langkah berikutnya Kiara benar-benar tumbang dan tak sadarkan diri. Aakash dengan cepat menahan tubuh Kiara bersama rasa panik.

"Kiara, bangun, Ki! Abang di sini, Ki. Kiara dengar Abang?" Aakash menepuk-nepuk pipi Kiara. Aakash menatap Kiara sedikit bimbang, merasa tak enak harus menggendong Kiara namun dia tak ada pilihan lain selain menggendong Kiara dan membawanya ke sofa berwarna abu-abu.

"Ki, maaf."

Kiara lantas dibaringkan oleh Aakash. Laki-laki berjaket denim itu memeriksa suhu tubuh Kiara ternyata sangat panas. Aakash juga melihat pipi Kiara masih bengkak. Sesaat hal itu membuat Aakash mengumpat kasar.

"Dasar orang tua gila!"

Aakash melepas jaket denimnya untuk menutupi bagian atas tubuh Kiara layaknya sebuah selimut. "Abang cari obat dulu, Ki." Aakash berucap di telinga Kiara. Ketika Aakash berbalik hendak mengambil helm dia dikagetkan dengan kehadiran Rara yang tiba-tia saja sudah berada di dalam toko.

"Ra, kapan kamu masuk?" Aakash bertanya panik.

"Bahkan kedatangan aku aja kamu gak sadar Aakash? Segitu paniknya kamu sama perempuan lain?"

Aakash menggeleng. Dia buru-buru mendekati Rara sebelum kekasihnya itu berpikiran macam-macam. Namun Rara menolak dan melangkah mundur serta menjauhkan tangannya dari jangkauan Aakash.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang