DE JAVU
Di sepanjang pinggiran gerbang Harapan Bangsa, tepatnya di tepi jalan raya telah berjejer secara acak para orang tua murid atau supir pribadi yang menjemput anaknya. Di samping itu juga tak sedikit para siswa dan siswi membawa kendaraan pribadi mereka ke sekolah.
Jalanan biasa macet jika sudah waktunya jam pulang SMA Harapan Bangsa. Dan itu sudah hal yang lumrah untuk Kiara dan Aluna lihat sehari-hari. Namun kemacetan kali ini tak dapat ditoleransi oleh Aluna. Gadis itu memiliki tingkat kesabaran setipis kulit bawang merah. Lihat saja saat ini, dia sedang berkacak pinggang seraya memegang botol minum berwarna biru menghadap ke arah mobil yang kacanya sedang terbuka.
"Heh, Seno! Gue gak peduli ya lo itu anaknya siapa, yang jelas sekarang gue minta lo pergi dari sini. Itu jalanan tambah macet karena mobil lo berhenti di sini. Lagian Kiara juga gak mau pulang sama lo!"
"Gue gak bicara sama lo, Na!" sentak Seno. Dia jengah selalu diteriaki oleh Aluna.
Aluna bertambah kesal juga misuh-misuh ketika Seno malah membuka pintu dan keluar dari mobilnya. "Ki, gue antar, ya?"
"Gak usah mau, Ki! Pulang sama gue aja." Aluna memotong kesal sebelum Kiara menjawab.
"Gue balik sama Aluna, Sen. Lo balik duluan sana. Lagian gue gak mau cari masalah sama Alesha."
"Tuh, lo denger sendiri, Sen? Kiara gak mau balik sama lo!"
"HEH, NANA? LO BISA DIAM GAK SIH? NYEROCOS MULU DARI TADI!" timpal Zio ikut keluar dari mobil Seno.
"Jangan galak-galak, Zi. Pemenang pencak silat tuh! Yang ada elo lagi yang kena." Reksan berujar dari jendela belakang yang terbuka setengah.
"Harus dikerasin biar mulutnya gak nyerocos mulu!" Zio menatap Aluna dengan tajam juga dingin. "Nih cewek keterlaluan ikut campur urusan Seno dan Kiara."
"Kiara sahabat gue, dan gue berhak ikut campur. Lagian Seno cuman bisa bawa masalah di hidup Kiara."
"Berisik lo!" Zio berdecak kesal. Dia benci seorang gadis membantah ucapannya. Mobil yang ditinggalakan di pekarangan sekolah terpaksa dia keluarkan sembari menyeret Aluna ke arah parkiran sekolah.
"Lo turun, San!" perintah Seno dengan cepat Reksan turuti.
"Aluna! Zio, mau lo bawa kemana Nana?!" Kiara hendak mengejar namun tangannya ditahan oleh Seno.
"Lo harus kerja, Ki. Gue antar atau lo terlambat?" Seno berbicara tegas. Membawa Peri Kecilnya yang masih memandangi Aluna masuk ke dalam mobil.
Kiara tak bisa melawan. Dia sudah sangat terlambat karena tadi Bu Maisa kembali memanggilnya. Sedangkan angkot yang biasa dia naiki sudah lewat sejak tadi. Di perjalanan Seno menyempatkan untuk menggandeng tangan Kiara. Seno rindu atmosfer seperti ini bersama Kiara.
Berharap genggaman itu bertahan lama, Kiara justru berontak dibalik telapak tangan Seno. "Seno lepas!"
"Sebentar, Ki."
Wajah Kiara tertekuk kesal. Namun tak urung dia juga menikmati elusan lembut dari tangan Seno. Seno melihat sekilas Kiara yang merajuk. Dia tersenyum saja. Gadisnya itu mudah sekali merajuk.
"Ki, maaf ya, gue datang terlambat tadi untuk nolongin lo dari Alesha." Kiara tak merespon apa pun yang diucapkan Seno barusan. Seno kembali berucap dan itu berhasil membuat Kiara kembali bicara.
"Gue bakal perjuangin lo, Peri Kecil."
"Gue gak mau, Sen!" Kiara menolak tegas.
"Gue gak peduli, Ki. Gue tetap perjuangin lo. Gue sayang sama lo, Kiara," tekan Seno sembari mengeratkan genggamannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...