25. PERINGATAN TAK BERARTI

151 21 0
                                    

PERINGATAN TAK BERARTI

Bersama supir yang bertugas mengantar dan menjemput barang Aakash tiba di depan pagar berwarna putih yang terdapat ukiran di bagian atasnya. Besinya jarang-jarang sehingga dapat digunakan untuk mengintip ada atau tidaknya satpam yang berjaga di pos.

"Pak?"

Satpam yang sedang duduk sembari melihat video yang berada di aplikasi YouTube segera memeriksan ke arah pagar karena seperti ada orang yang memanggilnya. "Eh, Mas Aakash. Ada apa, Mas?"

"Bukain pagarnya tolong, Pak. Ada barang yang mau masuk."

Satpam tersebut sontak berlari dan membukakan pagar agar mobil bisa masuk. Satpam itu menatap heran pada sofa, kursi serta meja yang tersusun dan diikat di atas mobil.

"Mas, untuk apa lagi kursi-kursinya? Bukannya sebulan yang lalu Bu Meira udah pesan kursi juga. Tapi dari toko lain, Mas."

Aakash terdiam sejenak. Seperti dia mengerti kenapa Meira membeli furniture hari ini. Bukan untuk memenuhi kebutuhan furniture di rumahnya melainkan untuk menemui Kiara.

"Gak tau, Pak. Orang kaya kan bebas mau beli apa dan kapan aja," balas Aakash. "Saya permisi, Pak."

Pintu rumah belum terbuka. Aakash menekan bel yang tertempel di dinding. Tak lama asisten rumah tangga membukakan pintu dan meminta barang untuk diangkat ke lantai dua. Bang Alif tidak membawa anak buahnya hari ini. Jadi dia memanggil Aakash untuk mebantunya mengangkat barang.

"Kash, angkat ke mana?"

"Lantai dua, Bang."

Bang Alif sontak melepaskan sofa yang kini sedang diangkat oleh Aakash. Hal itu membuat Aakash menjerit karena kakinya tertimpa.

"Aaarrgghh.. anjing! Sshhh... Wah, Bang, kira-kira lah kalau mau dilepas. Kaki aku kena."

Bang Alif terkekeh. "Terkejut Abang, Kash. Lantai dua sementara sofa berat."

"Ya terkejut tapi gak gini juga lah, Bang, kaki kawan sendiri jadi korbannya."

Keduanya kembali serius karena barang yang mereka angkat tidaklah ringan. Bukan memikirkan keselamatan masing-masing melainkan memikirkan keselamatan sofa takut lecet.

"Bang, kuat?" tanya Aakash iseng.

"Gak kuat, Kash, aku jatuh kan lah di sini sofanya." Bang Alif balas mengisengi Aakash.

Peluh membasahi pelipis bahkan leher mereka. Ketika keduanya benar-benar selesai menuntaskan pekerjaannya. Dua buah minuman serta beberapa potong bolu terhidang untuk keduanya santap sebagai tanda ucapan terima kasih.

Pundak Aakash ditahan oleh seorang remaja laki-laki yang mengenakan hoodie. Tatapan keduanya terlihat begitu sengit. Aakash tidak menyukai sikap remaja yang menurutnya tidak sopan. Begitu pun dengan Seno yang membenci Aakash karena dia, Kiara sampai pulang terlambat dan berujung dipukuli oleh ayahnya.

"Gue peringati sama lo. Jangan buat Kiara sampai pulang terlambat kayak kemarin. Karena lo gak tau apa yang terjadi sama Kiara—"

"SENO!!" bentakan yang berasal dari arah pintu masuk menghentikan ucapan Seno dan berhasil membuat Bang Alif hampir memuntahkan bolu yang digigitnya. Sementara Aakash hanya menyunggingkan senyumnya. Menyingkirkan tangan Seno yang sangat kurang ajar di pundaknya.

"Mami?"

"Apa-apaan kamu ini, hah?!" Meira begitu kesal karena lagi-lagi dia mendengar putranya menyebutkan nama gadis yang tidak dia sukai. "Kiara lagi?"

"Iya, Mi. Kiara lagi. kenapa, Mami gak suka? Mami kesel karena Seno bela Kiara terus?"

Plakk!!

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang