48. KEJADIAN TAK TERDUGA

175 20 2
                                    

KEJADIAN TAK TERDUGA

Sepulang sekolah Kiara langsung menuju ke tempat kerjanya. Dia harus bekerja lebih keras lagi demi bisa membayar uang ujian beserta seluruh tunggakannya. Kiara akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk kelulusannya kali ini. Sembari itu Kiara juga tak lupa mengulang pelajaran di sekolah di sela-sela waktu luangnya bekerja. Tak lama sebuah mobil pick up berhenti di depan toko. Kiara tak langsung membukakan pintu yang terkunci. Dia menatap cukup lama pada Tono yang sibuk menurunkan peralatan kerjanya.

Akan kah Tono yang di maksud Ayahnya adalah Tono yang bekerja di tempat yang sama dengannya?

"Udah, Ki! Yang lalu biar aja berlalu. Sekarang lo fokus sama kelulusan dan kerja yang bener." Kiara berjalan ke arah pintu dan membuka pintu toko agar Tono bisa masuk membawa alat-alatnya.

"Kiara, bos datang!" Tono menghentikan langkah Kiara yang ingin kembali ke tempatnya. Dengan cepat Kiara menemui Mia yang berada di dalam mobil.

"Iya, Bu Mia?"

'Nanti Aakash suruh ke toko. Setor kan uang ini ke Bank. Ibu ada urusan gak sempat."

Kiara mengangguk dan menerima satu amplop berwarna putih yang terisi penuh. Selama Kiara membawanya untuk di simpan ke laci gadis itu terus menatap dan mengira-ngira di dalam kepalanya. Pasti banyak jumlahnya? Berapa ya kira-kira?

Usai menyimpan dengan aman Kiara melihat Tono bolak-balik menuruni lantai dua. Hal itu membuat Kiara langsung menanyainya, "Om Tono mau apa?"

"Mau pasang moulding di atas. Udah ngomong sama Aakash juga tadi."

"Oh, iya, nanti Aakash ke sini kan? Suruh dia naik ke atas ya. Ada yang mau di beli," lanjut Tono.

"Kenapa Om gak telfon aja? Supaya nanti sekalian Bang Aakash bawakan," saran Kiara.

"Suruh aja lah dia naik ke atas. Gak tau dia barangnya dan ukurannya yang kayak mana mau di beli." Tono membalas sedikit ketus.

Kiara tak menanggapi lagi setelahnya. Kini Kiara paham maksud seluruh keluhan Aakash terhadap Tono. Tidak mungkin Bang Aakash tidak tahu seperti apa barangnya. Hari-hari seperti itu lah kerja Aakash bolak-balik toko bangunan untuk membeli bahan-bahan keperluan proyek.

Tak lama dari itu tiga orang customer datang memasuki toko. Terlihat seperti kakak beradik yang terdiri dari dua orang perempuan dan satu laki-laki. Kiara bersiap memberikan yang terbaik terutama pada senyuman untuk memberikan kesan ramah.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?"

"Saya mau tanya di sini bisa tempah, Dek? Saya rencananya mau buat sofa tapi mau warna abu-abu. Udah liat di tempat lain kurang cocok."

Kiara melebarkan senyumnya. Sepertinya akan ada pesanan dalam jumlah besar pikirnya.

"Bisa, Kak. Kebetulan kita punya banyak pilihan warna khususnya yang abu-abu. Untuk model sofanya mungkin Kakak mau yang seperti di toko atau gimana?"

"Kak, yang kayak gini bagus. Berkancing-kancing di bagian sandarannya. Sofa apa namanya, Dek?" Perempuan yang kedua menimpali sekaligus bertanya pada Kiara.

"Kalau yang kayak gini sofa Turki, Kak. Lagi trend juga kebanyakan customer cari yang kayak gini modelnya." Kiara menjawab ramah.

"Harganya berapa, Dek?"

"Sofanya sembilan juta, Kak. Untuk busa kita awet yang gak gampang kendor, Kak. Selain itu juga bahan yang kita kasih juga yang impor kualitasnya."

"Boleh duduk, Dek?" tanya laki-laki yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi kedua saudaranya bersama Kiara.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang