43. CERITA LIMA TAHUN LALU

146 18 1
                                    

CERITA LIMA TAHUN LALU

Doni sudah berhari-hari tidak pulang ke rumahnya semenjak kematian Kalingga bahkan sejak mendiang istrinya di rawat di rumah sakit. Setelah merenungi nasihat-nasihat dari temannya akhirnya Doni memutuskan untuk pulang dan berniat membenahi hubungan yang telah lama rusak dengan putrinya. Doni melihat sebuah mobil berhenti tak jauh dari pekarangan rumahnya. Seorang perempuan sedang menelfon sembari membelakangi Doni seperti menunggu kehadiran seseorang yang mungkin salah satu warga di sini.

Doni melanjutkan langkahnya memasuki pekarangan rumah dan mendapati sebuah motor terparkir di halamannya. Pandangan Doni berubah tajam menatap ke arah pintu yang terbuka lebar. Sepasang sepatu dominan berwarna hitam di yakini milik seorang laki-laki membuat emosi Doni naik ke ubun-ubun. Berani sekali Kiara menerima tamu laki-laki di jam segini.

Doni menyingkap tirai kamar Kiara ternyata kosong tak ada siapa pun. Lalu di meja makan terhidang dua porsi makanan yang belum tersentuh sama sekali. Dari arah belakang terdengar suara dua orang saling berbincang, dengan penuh hasrat Doni segera melangkah lalu membanting seluruh peralatan dapur ketika melihat di kamar mandi sedang berduaan anaknya dengan laki-laki lain.

"KURANG AJAR!!"

PLAK!!

"TIDAK TAHU MALU KAU KIARA!!"

Doni ingin menambahi pukulan untuk putrinya namun Aakash segera bangun di dorong oleh Doni. "Om, udah, Om! Kiara gak salah apa-apa Om-"

BUGH!!

Aakash merintih sakit di rahangnya sebab Doni memukulnya dengan kuat lalu menariknya hingga keluar rumah.

"LAKI-LAKI KURANG AJAR KAU! TIDAK TAHU KONDISI KELUARGA INI HABIS KEMALANGAN LALU SEENAKNYA KAU BERDUAAN BERSAMA ANAK SAYA HAH??!!"

"Ayah, udah ayah! Bang Aakash enggak salah apa-apa!" Kiara menangis melihat ayahnya begitu rakus memukul Aakash.

"Kau juga perempuan gak tau malu Kiara! Sama saja dengan Ibumu. Murahan!!"

Kiara menghapus kasar air matanya lalu langkahnya menggebu dan berteriak di hadapan ayahnya. "AYAH YANG GAK BERTANGGUNG JAWAB TAPI MALAH NUDUH IBU YANG ENGGAK-ENGGAK. AYAH SADAR GAK KALAU IBU PERGI ITU SEMUA KARENA AYAH!! KARENA KEMARAHAN AYAH YANG GAK JELAS ITU!"

Satu pukulan kembali Doni tambahkan untuk mulut kurang ajar putrinya. Dia mentap Kiara penuh amarah yang selama ini dia tahan bertahun-tahun demi putrinya. Kiara terpaku melihat langkah kaki ayahnya semakin dekat di hadapannya.

"Justru saya selama ini bertahan demimu, Kiara. Asal kau tahu, selama ini Kalingga telah berbohong padamu. Ibumu yang selalu kau sayang dan bela itu justru menjadi akar hancurnya keluarga ini termasuk saya-"

"Ayah jangan semb-"

"DIAM KAU KIARA! SAYA BELUM SELESAI BERBICARA!!" Doni meninggikan suaranya membuat Kiara tersedu sedan di tempatnya.

"Wanita yang menjual harga dirinya dengan laki-laki lain hanya demi uang di sebut apa hah? Seperti itu lah Ibumu yang selama ini kau sayangi!"

Bagai petir yang datang tiba-tiba di siang bolong begitu lah perasaan Kiara saat ini ketika mendengar penuturan Ayahnya. Hatinya sakit bukan main di saat Ayahnya begitu mudah menuduh ibunya yang telah tiada saat ini. Kiara terus bergeleng menolak semua pernyataan yang keluar dari mulut Ayahnya. Namun entah kenapa hatinya begitu sakit seolah ucapan Ayahnya benar terjadi.

"Saya memang miskin Kiara. Mungkin kau tidak mengerti saat itu. Kau yang dulu selalu rutin di belikan mainan oleh Ibumu perlahan-lahan hal itu mulai jarang dan hampir tidak pernah kau dapatkan. Begitu pun dengan Ibumu yang selalu pergi dan belanja bersama teman-temannya. Sejak awal pernikahan ini terjadi saya sudah katakan bagaimana kondisi saya sebenarnya. Tapi Ibumu memilih melanjutkan pernikahan ini. Hingga usaha dagang milik Kakek dan Nenekmu gulung tikar Ibumu mulai resah dan merasa tidak nyaman hidup pas-pasan seperti ini."

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang