35. ORANG BAIK DI SEKITARNYA

122 19 0
                                    

ORANG BAIK DI SEKITARNYA

"Ki, kantin, yuk!" Aluna mengajak Kiara untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak sepuluh menit terakhir jam pelajaran tadi.

"Nanggung, Na, bentar lagi juga pulang. Lo kan tadi juga udah makan banyak pas istirahat pertama. Masa lapar lagi sih?" Kiara bertanya heran. Gadis itu begitu nyaman dengan kepala tertunduk di atas lipatan tangannya. Kiara ingin sekali tidur sebentar sebelum dia mulai bekerja nanti.

"Ya lapar lah, Ki. Tadi itu pelajaran yang paling menguras tenaga gue. Efeknya ke perut gue yang sekarang demo. Udah lah, Ki, ayoooo! Lo juga nanti kerja kan? Isi perut dulu lah."

"Bahasa Inggris doang. Lebay lo, Na."

"Bahasa Inggris gue gak paham-paham Kiara. Ya wajar aja menguras tenaga gue. Kenapa sih harus ada pelajaran bahasa Inggris? Bikin gue repot aja."

"Terus lo mau pelajaran apa?"

"Olahraga gitu. Kan enak di luar menghirup udara bebas. Bergerak bebas." Aluna menjawab seraya tersenyum lebar.

"Bergerak apaan? Orang lo duduk doang di pinggir lapangan. Itu pun duduk di bawah pohon yang gak kena sinar mataharinya."

Aluna menyengir ketahuan oleh Kiara. "Udah lah, Ki. Ayoooo! Kenapa jadi ke mana-mana gini sih pembahasannya? Mau ke kantin doang padahal."

Dengan berat hati Kiara mengangkat kepalanya. Menatap Aluna dengan sedikit kesal karena menggagalkan rencananya. "Ya udah deh ayo. Gue temenin. Tapi jangan lama!"

"Gini kan enak!" Aluna tersenyum lebar dan berdiri dengan begitu semangat. Keduanya berjalan keluar kelas dengan tangan saling bergandengan. Tiba-tiba saja pengeras suara milik SMA Harapan Bangsa mencuri perhatian keduanya dan satu sekolah. Ada pengumuman mendadak yang akan disampaikan oleh pihak sekolah.

Aluna menatap Kiara panik. Kenapa sahabatnya itu dipanggil oleh pihak sekolah?

"Lo ada tunggakan, Ki? Atau lo buat masalah lagi?"

Kiara balas menatap Aluna. "Tunggakan sih ada. Tapi gue udah bicarain ini kok sama Bu Maisa."

"Masalah? Sama Ale-ale jelly drink?" ulang Aluna.

Kiara menggeleng. Hampir beberapa hari ini hidupnya sangat tenang tanpa gangguan dari Alesha. "Perasaan gue gak enak, Na." Kiara berucap lirih.

Kiara begitu cepat melangkah. Dalam hati berdoa semoga tidak ada hal serius yang terjadi. Mungkin saja Bu Maisa lupa pembicaraan soal tunggakan kemarin. Makanya Bu Maisa kembali memanggil Kiara.

"Bu Maisa? Ibu panggil Kiara?" tanya Kiara panik. Bu Maisa lantas menatap Kiara dengan sorot yang sama paniknya.

"Ibu kamu Kiara. Ibu kamu masuk rumah sakit. Barusan Ibu dapat telfon dari tetangga kamu."

Kiara terkejut mendengar ucapan Bu Maisa. Hingga nafasnya tak lagi beraturan karena jantungnya berdetak begitu cepat saat ini.

"Ibu.." Kiara berucap lirih. Tatapan matanya benar-benar menyorot khawatir. Tak lama setetes cairan bening membasahi pipinya. Dirinya harus segera menemui ibunya.

Kiara meninggalakan Bu Maisa begitu saja. Dia berlari menuju gerbang sekolah untuk menunggu kendaraan umum yang lewat dan membawanya ke rumah sakit. Aluna tak sempat mengejar Kiara. Dia justru mencari bantuan dari dalam sekolah yang bisa membawa Kiara lebih cepat menemui ibunya.

Aluna benar-benar bersyukur kehadiran Seno dan kedua temannya begitu tepat. Aluna meneriaki nama Seno hingga membuat langkah cowok itu terhenti.

"Ngapain tuh sih Nana manggil lo teriak gitu?" Reksan bertanya. "Udah lah, Sen, gue laper. Ayo kantin!"

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang