BERMUKA DUA
Kiara tak membawa uang lebih hari ini. seluruh uangnya telah dia bayarkan ke sekolah dengan perasaan setengah ikhlas dan kesal. Kejadian pagi tadi membuatnya tak bersemangat juga suhu badannya naik beberapa derajat celcius mengakibatkan pusing. Kiara sebisa mungkin berjalan dengan cepat walau badannya lemas dan sakit. Angkot yang biasa dia naiki lewat di sampingnya menawarkan tumpangan dengan membunyikan klakson. Namun, gadis itu menggeleng.
Tangannya yang terluka hanya bisa Kiara genggam karena jaket ungu tidak bersamanya. Hanya kemeja panjang yang digunakan untuk menutupi lengannya. Di tengah perjalanannya yang menunduk, Kiara bergumam menyerukan nama sahabatnya.
"Andai aja Aluna gak sakit. Dia pasti antarin gue ke toko."
"Gue antar, Ki." Tiba-tiba sebuah ajakan membuat Kiara menoleh namun tak berhenti melangkah sedikit pun. Itu Seno yang berucap seraya memberhentikan motornya.
"Gue lagi buru-buru, Sen. Waktu gue gak banyak." Kiara menolak dengan tegas seraya mempercepat jalannya.
"Justru gue antar Kiara, muka lo pucat kayak gitu." Seno mengejar langkah kaki Kiara.
Kiara menghentikan langkahnya. Menatap Seno sebal karena tak mengerti kode darinya. "Gue gak mau cari masalah sama Alesha, Sen. Pliss jangan ganggu gue!"
Seno tak mungkin membiarkan peri kecilnya sendirian saat ini. Dia tak akan mau menuruti apa yang Kiara katakan. Justru menarik tangan Kiara yang menimbulkan rintihan sakit membuat Seno curiga. Dengan cepat Seno menyingkap lengan baju yang Kiara kenakan. Betapa terkejutnya dia melihat lebam di beberapa titik.
"Seno lo apa-apaan sih?!"
"Ini kenapa Kiara?" Seno menatap lurus mata Kiara. Tak dia biarkan Kiara berbohong padanya.
"Lo pergi sana!"
"Seharusnya bokap lo itu udah di penjara, Ki-"
Plakk!!
Seno terdiam ketika Kiara menamparnya. Dia salah bicara kali ini. Kiara susah payah menelan salivanya. Menggigit kuat bibirnya dengan pandangan mulai kabur.
"Lo tau, Sen? Ada Ibu yang mati-matian bertahan di situasi rumit kayak gini dan dia gak pernah bicara kayak gitu ke gue."
"Ki.. gue.. gue minta maaf? Gue salah udah lancang bicara yang bukan hak gue. Gue cuma khawatir sama lo, Kiara." Seno gelagapan takut sekali Kiara akan marah padanya.
Gadis itu menghapus air matanya yang mudah sekali menetes. Entah mengapa Kiara tak bisa bayangkan bila ayahnya benar-benar di penjara seperti yang Seno katakan. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, Aakash menelfonnya. Kiara sudah sangat terlambat bekerja.
"Kenapa? Udah telat banget ya? Aku antar ya?"
Kiara terpaku mendengar gaya bicara Seno yang berubah kepadanya. "Lain kali bicara lo dijaga, Sen. Gue tau lo siapa, tapi lo gak bisa seenaknya bicara kayak gitu ke orang lain."
"Ki, jangan liat gue dari kacamata orang-orang. Liat gue sebagai Seno yang lo kenal selama ini, Ki." Seno berucap dengan nada lebih rendah seperti memohon.
"Tapi Seno yang gue kenal adalah putra tunggal walikota yang sampai kapan pun gak bisa gue gapai. Kita beda, Sen. Jauh banget bedanya."
***
Ketika Kiara sampai di pelataran toko detik itu pula Kiara melihat Aakash. Pemuda berjaket denim itu tampak begitu terburu-buru. Kiara berseru agar Aakash menyadari kehadirannya.
"Bang Aakash!" Seruan yang Kiara lontarkan terlampau keras hingga menimbulkan reaksi pada pembeli kedai kopi Ce Rosalin. Aakash sontak melihat ke belakang mencari siapa orang yang meneriaki namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Roman pour Adolescents‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...