34. ALASAN SI KEMBAR

116 19 0
                                    

ALASAN SI KEMBAR

Aakash melepas jaket denimnya dan menggantungnya di dinding. Keadaan rumah sangat sepi dia rasa. Sofa yang biasa si kembar duduki terlihat kosong. Adiknya itu tak terlihat sejak dia sampai di rumah. TV dibiarkan hidup begitu saja. Snack yang berada di dalam toples juga dibiarkan terbuka. Aakash melangkah untuk merapikan semuanya.

Saat ini jam menunjukkan pukul delapan malam. Pintu kamar milik Lita dan Laura diketuk dua kali untuk memastikan keberadaan adiknya. Aakash menunggu sampai mendapat jawaban namun suara apa pun tak terdengar di telinganya. Ingin sekali Aakash membukanya namun dia takut menggangu adiknya.

Aakash menarik salah satu kursi makan. Dia menyatukan kedua telapak tangannya dan menumpukan pada keningnya. Matanya terpejam. Kepalanya juga berdenyut saat ini. Aakash masih merenungkan perdebatannya dengan Mia tadi. Kecewa dan sakit hati mendengar jawaban Mia untuk kesekian kalinya. Jika terus begini bagaimana kelanjutan hidupnya nanti?

"Abang?" Lita memanggil. Di susul Laura yang baru saja keluar dari kamar mereka.

Aakash menatap masing-masing manik mata adiknya. Baginya ada sebuah kekuatan ketika Aakash menatapnya. "Dari mana?"

"Belajar." Laura menjawab cepat. Gadis itu duduk di samping Lita. Keduanya berhadapan dengan Aakash.

Ketiganya saling diam. Menikmati suasana hening yang menakutkan bagi mereka. Aakash sesekali menatap kedua mata adiknya. Ingin sekali Aakash menangis dan memeluk si kembar saat ini. Bahunya benar-benar lelah menghadapi kerasanya dunia seorang diri.

"Abang?" Lita lagi-lagi memanggil. Kali ini tatapannya sempurna tertuju pada Aakash. Ada hal yang ingin dia sampaikan.

"Ada apa, Lita?"

"Besok ada rapat di sekolah. Bahas soal persiapan ujian dan biaya yang harus dilunasi. Dan juga bahas soal perpisahan sekolah nantinya. Abang datang kan?"

"Jam berapa?" Aakash bertanya pelan. Dia benar-benar sudah lemas saat ini. Masalah gaji di tempatnya bekerja juga belum ada tanda-tanda kenaikan. Kini apa yang disampaikan Lita semakin membuat kepalanya terasa berat.

"Jam sepuluh pagi."

"Abang usahakan."

"Okey. Tapi awas ya kalau Abang gak datang!" Laura mengancam.

Aakash mengangguk. Dia menuang segelas air putih di hadapannya. Bersamaan dengan itu Lita dan Laura kembali masuk ke kamar dan melanjutkan kegiatan belajar mereka.

"Aakash!" Panggilan lembut yang masuk ke indera pendengaran Aakash lantas mengalihkan perhatian laki-laki itu. Matanya semula terpejam kini terbuka dan menatap kehadiran Rara yang berdiri tak jauh darinya.

Wanita dengan paras ayu pemilik tahi lalat berukuran kecil di antara hidung dan mulutnya. Wanita bertutur kata lembut yang berhasil membuat Aakash jatuh cinta.

"Ra?" Aakash lantas berdiri dan mendekat. "Kamu kapan datangnya?" Aakash benar-benar terkejut melihat kehadiran Rara yang tiba-tiba tanpa mengabari dirinya terlebih dahulu.

Rara hanya tersenyum. Dia tahu Aakash sedang tidak baik-baik saja dari pancaran mata laki-laki itu. "Kamu kenapa, Aakash? Lagi ada masalah?"

Pertahanan Aakash runtuh saat itu juga ketika Rara menanyai keadaannya. Laki-laki itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia mendekat dan merapatkan tubuhnya dengan Rara. Aakash memejamkan matanya merasakan kenyamanan yang selalu dia dapatkan dari Rara.

"Aku capek, Ra." Aakash berucap pelan.

"Kamu gak nyerah kan, Kash?" Rara bertanya dengan rasa takut di hatinya.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang