(Name) menatap ke arah langit. Warna biru cerah tertutupi dengan beberapa gumpalan putih. Matahari pun telah sampai pada puncaknya. Angin yang berhembus membuatnya nyaman. Sudah cukup lama ayahnya pergi dan masih belum kembali. Sepertinya ayahnya terlalu asik berjalan-jalan sampai lupa pulang ke rumah.
"Apa yang sebenarnya kamu ragukan, (Name)?" tanya Yaga tiba-tiba.
"Aku ..." (Name) menunduk, memainkan jemarinya di atas pangkuannya, "... Takut. Jika aku pergi ayah pasti akan kesepian. Aku yakin bahwa klan Hinata tidak akan mempedulikan ayah di sini. Jika ada sesuatu yang terjadi kepada ayah, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri karena telah salah mengambil keputusan."
"Aku sudah mengatakan akan membantumu dengan mengirim beberapa orang untuk men—"
(Name) berkata dengan kesal, "Aku tidak membutuhkan pelayan!"
Dengan sabar, Yaga menjelaskan, "Yang aku kirim bukan pelayan, melainkan seorang penyihir Jujutsu. Jika kamu masih khawatir, aku bisa mengirimkan dua penyihir Jujutsu tingkat 2 atau seorang penyihir Jujutsu tingkat 1."
(Name) terkejut dan bertanya, "Aku tidak mengerti. Kenapa Yaga-san sampai rela melakukan hal ini hanya untuk membawaku?"
"Aku sudah mengatakannya sebelumnya. Kamu memiliki talenta untuk menjadi penyihir Jujutsu yang hebat. Jika kamu tidak mempercayai dirimu sendiri, kamu cukup mempercayai diriku."
'Zenzen wakaranai!' batin (Name).
(Name) menatap Yaga dengan aneh. Pembicaraan mereka berdua tentang pindah sekolah selalu tidak pernah selesai. Pasti ada saja yang terhubung dan kembali lagi ke pertanyaan semula. Pilihan yang diambil itu selalu 'tidak' dan Yaga akan tetap kembali untuk menemuinya.
(Name) mengambil topik baru, "Lalu, jika aku bersekolah di SMK Jujutsu, apakah aku satu-satunya yang bertalenta?"
Yaga merasa senang dengan tanggapan (Name) dan menjawab, "Tidak. Semua murid yang ada di SMK Jujutsu itu bertalenta. Untuk mengetahui seberapa kuat dirimu, itu akan di ukur sesuai dengan kemampuanmu setelah memasuki sekolah nanti. Karena kamu memiliki kekuatan dan latar belakang dari klan Hinata, ada kemungkinan kamu tidak di tingkat 4. Aku maupun kamu, masih belum tahu apakah tehnik khusus dari klan Hinata bisa kamu kuasai dengan sempurna atau tidak. Kalau pun kamu memasuki sekolah sekarang, aku menebak kemampuanmu hanya tingkat 3."
"Hmm, bahkan status keluarga sangat mempengaruhi tingkat seorang penyihir Jujutsu," gumam (Name) sebentar sampai sesuatu membuatnya penasaran, "Juga ... ada apa dengan 'hanya tingkat 3'? Ayah berada di tingkat 2 dan bisa mengalahkan roh kutukan tingkat 1. Berarti aku satu tingkat dibawah ayah, bukankah itu sudah bagus?"
"Ayahmu bekerja secara berkelompok dengan rekannya sehingga dapat mengalahkan roh kutukan tingkat 1. (Name), aku mengatakan kamu bertalenta bukan berarti kamu yang terhebat. Kamu masih perlu banyak latihan dan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menjadi lebih hebat lagi. Jangan puas hanya karena kemampuanmu di bawah ayahmu. Tidak hanya penyihir Jujutsu, kemampuan roh kutukan juga bisa berkembang," jelasnya.
"Yaga-san, kamu mengatakan bahwa aku bertalenta, tetapi kamu juga mengatakan bahwa kemampuanku masih belum bagus. Kamu mengangkat dan menjatuhkan aku di saat yang bersamaan," keluh (Name).
Yaga hanya tersenyum mengejek, "Kenyataannya masih banyak yang belum kamu pahami."
(Name) mengutuk dalam hati. Memang benar bahwa (Name) masih awam tentang dunia Jujutsu. Berpikir bahwa ia hanya mengetahui tentang energi kutukan dan roh kutukan dari penjelasan dan cerita pengalaman ayahnya, sudah membuktikan bahwa ia tidak banyak mengetahui dunia Jujutsu. Jika dikira-kira, bahkan pengetahuannya tidak sampai 10% secara keseluruhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿
FanfictionCerita perjalanan seorang gadis (Reader) di dunia Jujutsu bersama dengan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami sensei. Cerita murni khayalan saya dengan beberapa referensi dari anime-anime yang ada. Jika ada suatu kesamaan di dalam cerita, itu...