Waktu semakin berlalu dan hari mulai menjelang sore. Jam kelas telah berakhir dan dua orang laki-laki berjalan di lorong kelas. Salah satu yang lebih tinggi mengeluh di sepanjang perjalanan, sedangkan yang lainnya hanya menanggapi tidak serius sambil bermain dengan ponselnya. Mereka terus berjalan keluar gedung dengan santai.
"Pada akhirnya kena marah juga," keluh Gojou. Ia merasakan sakit pada kepalanya setelah mendapatkan pukulan sayang dari Yaga.
Getou menghela napas, "Itu karena kamu berbicara yang tidak perlu. Aku bahkan kena imbasnya juga."
"Itu memang kenyataan, apa lagi yang harus kukatakan? Lagi pula Hinata terluka cukup parah. Kalau aku bilang dia tidak terluka dan sensei menemukan bahwa anak itu terluka, pasti ujung-ujungnya kita juga mendapat pukulan."
"Kalau begitu tidak perlu mengeluh dan nikmati saja rasa sakitnya."
Gojou hanya berdecak kesal dan tidak membalas lagi. Ia menatap jalan dengan malas. Melihat arah mereka berjalan menuju asrama, ia mengingat sesuatu dan segera bertanya, "Oh, iya. Apa kamu tidak pergi ke ruang medis? Bukankah kamu menawarkan diri untuk membawa perban ke kamar Hinata?"
Getou menanggapi dengan santai, "Shouko mengatakan ia sudah menyembuhkan (Name). Jadi untuk apa aku membawakan perban untuknya."
"Kalau Shouko sudah menyembuhkannya, berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi." Gojou memikirkan sesuatu dan berbicara kembali, "Naa, Suguru."
Getou hanya menjawab dengan gumaman. Setelah beberapa saat, Gojou bertanya, "Tidakkah menurutmu Hinata mencurigakan?"
Getou melirik ke arah sahabatnya dengan bingung, "Apa kamu membicarakan tentang tehniknya?"
Getou masih mengingat jelas tentang benda transparan seperti semacam perisai yang dapat menahan serangan. Walaupun itu tidak dapat menahan serangan terlalu lama, tetapi itu patut dikagumi. Jika saja itu bisa menahan berbagai macam serangan dengan sempurna, itu bisa menjadi perisai yang sangat bagus.
"Kesampingkan dulu tentang tehniknya. Aku membicarakan tentang Hinata yang membasmi roh kutukan di balik tembok."
"Apa ada yang salah?"
"Apakah kamu tidak merasakannya? Energi kutukannya tidak naik sedikit pun, tetapi dia bisa membasmi roh tersebut dengan mudah. Pisau kecil miliknya sudah hancur, 'kan? Bagaimana dia memusnahkannya?"
"Setiap orang mempunyai tehnik masing-masing. Siapa tahu dia punya tehnik yang bisa memusnahkan roh kutukan secara langsung dan kebetulan saja kita tidak melihatnya."
"Kalau memang dia menggunakan suatu tehnik, seharusnya aku bisa merasakan perubahan energinya. Saat ia membuat benda transparan miliknya itu, aku jelas dapat merasakan perubahannya, tetapi kenapa waktu itu tidak ada? Asal kamu tahu saja, sejak awal memasuki gedung rumah sakit, perhatianku terhadap energi kutukannya tidak lepas." Gojou berpikir sebentar sebelum berbicara lagi, "Tidak saat dia di serang roh kutukan di dalam ruangan, sih ...."
"Apa sebegitu curiganya kamu terhadap (Name)?" tanya Getou.
"Aku tidak curiga, hanya penasaran." Gojou menyelidik sahabatnya, "Suguru, kenapa kamu terlalu santai terhadap Hinata? Bahkan kamu juga memanjakannya. Omae rashiikunai naa."
Getou hanya mengedikkan bahunya ringan dan tidak menjawab lagi. Gojou yang melihat itu tidak melanjutkan lagi dan mengambil topik yang lain. Ia masih belum puas bermain dengan sahabatnya dan mengajaknya, "Ayo cepat kembali ke asrama, kita lanjutkan pertandingan kemarin. Kalau kamu menang kali ini, aku akan mentraktirmu apa pun."
"Sudah kubilang aku tidak mau bertaruh denganmu."
"Pengecut."
"Urusee!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿
FanfictionCerita perjalanan seorang gadis (Reader) di dunia Jujutsu bersama dengan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami sensei. Cerita murni khayalan saya dengan beberapa referensi dari anime-anime yang ada. Jika ada suatu kesamaan di dalam cerita, itu...