05 Penolakan

1.7K 224 7
                                    

Saat ini, (Name) bimbang. Ia tidak merasa bisa untuk memilih keputusan yang benar. Andai saja ayahnya memintanya untuk tidak pindah ke SMK Jujutsu, pasti ia akan menurutinya. Sekarang ayahnya membebaskannya untuk memilih. Jadi, ia menjadi banyak berpikir untuk memutuskannya. 

(Name) mempertimbangkan beberapa hal. Dimulai dari keadaan ayahnya nanti jika ia memilih untuk pergi. Ia sudah terbiasa tinggal berdua dengan ayahnya. Saling berbagi pekerjaan rumah, juga saling menjaga satu sama lain dalam keadaan apapun. Jika harus berpisah mendadak seperti ini, ia takut tidak akan bisa beradaptasi nantinya.

(Name) juga tidak tahu banyak mengenai dunia Jujutsu. Karena itu sekolah, sudah pasti ia akan mempelajarinya nanti. Tetapi, ia takut akan lambat menguasai atau bahkan tidak dapat mengikuti kelasnya dengan baik.

Sebelum melanjutkan berpikir untuk pindah sekolah, (Name) membingungkan satu hal. Tadi malam pada saat mereka berbincang di ruangan, sangat jelas ayahnya menolak untuknya pindah ke sekolah Jujutsu. Tetapi, pagi ini ayahnya membuatnya memilih keputusan untuk pindah atau tidak. Bahkan di malam sebelum mereka tidur, ayahnya sempat menanyakannya keinginan untuk pindah ke sekolah Jujutsu.

Tidur? (Name) berpikir ulang. Tadi malam ia ingat sedang berbincang dengan ayahnya. Ia bercerita tentang kegiatan belajar di sekolah. Namun, sepertinya ia belum menceritakan tentang hal buruknya. Kertas tugas yang jatuh berserakan.

(Name) terkesiap. Ada sesuatu yang salah. Ia juga tidak bisa mengingat bagaimana ia tidur. Tidak ada ingatan tentang ia berjalan ke kamar dan tidur di futon. Yang ia ingat hanyalah, ia sudah bangun di pagi— tidak, siang hari ini. Juga ayahnya yang sudah pergi menjalankan misi setelah berbincang dengan Yaga Masamichi.

"(Name), ada apa?" tanya Yaga.

(Name) tersadar dari pikirannya dan bertanya, "Yaga-sama. Tadi malam saat Anda ingin keluar dari ruangan, Anda sepertinya membicarakan 'sesuatu' dengan ayah saya. Apakah itu sesuatu yang buruk?"

"Tidak."

(Name) menatap Yaga dengan sedikit curiga. Jawabannya singkat, padat, dan jelas. Tidak ada keraguan pada kalimat tersebut. Namun, di hati kecilnya, ia merasa ada kejanggalan. Sampai saat ini, sudah ada dua orang asing yang menginginkannya. Kedua orang itu juga tidak memberitahukan apapun kepadanya. Ia akhirnya menyerah berpikir dan memutuskan pilihannya.

"Aku tidak tertarik untuk pergi ke SMK Jujutsu."

"Hmm ... kenapa?" tanya Yaga.

"Hanya tidak ingin," jawab (Name) malas.

"Kamu tidak pandai berbohong, ya."

"...."

(Name) mengumpat dalam hati. Ia tidak tahu di bagian mana yang bisa membuatnya mudah dibaca oleh orang lain. Setiap kali ia mengatakan suatu kebohongan walaupun dengan wajah datar, tetap saja ketahuan. Mungkin karena dari kecil ia ditegaskan untuk tidak berbohong, makanya sampai sekarang pun ia tidak bisa berbohong.

Dari perkataan, memang (Name) menolaknya, tetapi dari hati kecilnya ada sedikit rasa penasaran yang begitu kuat. Ia tidak pernah menyampaikannya kepada siapa pun. Sesuatu yang ia inginkan adalah menjadi penyihir Jujutsu yang hebat. Ketika ia merasa sudah sanggup melawan klan Hinata, ia akan pergi keluar dari rumah ini bersama ayahnya dan menjalankan kehidupan yang tenang bersama.

Keinginan kecil yang ia impikan. Mengikuti jejak seseorang yang ia kagumkan, yaitu seorang guru sesaat yang tidak pernah ia lupakan seumur hidup. Orang itu adalah satu-satunya yang membuatnya mempunyai mimpi itu. Hanya orang itu. Mengingat masa lalunya bersama orang itu, tidak lama kemudian ia menjadi sedih.

"Aku tidak ingin hal yang sama terjadi lagi. Ditinggalkan itu sangat menyakitkan." (Name) menunduk lesu, "Kehidupan sekarang bersama ayah tidaklah buruk. Maafkan aku, Yaga-sama."

Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang