(Name) menyentuh dagunya ringan dan berpikir. Ia ingin mencari cara membuat perisainya menjadi lebih efektif lagi. Lalu, ia teringat dengan perisai yang membentuk kotak yang pernah ia buat sebelumnya. Jika bisa membuat 8 perisai sekaligus, maka ia bisa membuat sebuah kotak dengan cepat.
Jika ingin membuat sebuah kotak, maka (Name) hanya membutuhkan 6 perisai sekaligus. Ia melakukan beberapa kali percobaan sambil menulis rumusnya di dalam pikirannya. Setelah itu, ia langsung mempraktekkannya tanpa ragu.
Pecahan perisai terjadi berulang kali tanpa henti, tetapi semakin lama semakin berkurang. Mulai dari pecah secara total, pecah sebagian, hingga hanya retakan pada perisai. (Name) tidak bisa senang sebelum membuat kemajuan yang lebih baik. Ia terus fokus dengan latihannya. Matahari pun sudah mulai naik terus sedikit demi sedikit.
Saat baru saja (Name) ingin kembali membuat perisai kotak, suara pintu terbuka terdengar. Ia menoleh dan menemukan ayahnya yang keluar dari kediaman. Apakah ayahnya terbangun karena dirinya? Ia baru ingat bahwa suara pecahan perisainya cukup berisik.
"Ohayou, (Name). Kamu benar-benar bersemangat melakukan latihan di pagi hari," ucap Akira.
"Ohayou. Maaf, ayah. Apakah ayah terbangun karena aku?" tanya (Name) khawatir.
Akira hanya tertawa kecil, "Tentu saja tidak. Hari ini adalah giliran ayah membersihkan halaman, jadi ayah bangun lebih pagi."
"Ah! Kalau begitu, biarkan aku yang membersihkan halaman hari ini. Aku ingin latihan sebentar lagi, jadi akan membersihkan halaman sedikit lebih siang."
Akira mengangguk. Ia turun ke halaman dan mendekati (Name), "Latihan apa yang sedang (Name) lakukan kali ini?"
"Ayah harus melihat ini!"
Dengan semangat, (Name) memasang perisai di depan ayahnya juga supaya tidak terkena dampak yang tidak diinginkan. Selanjutnya, ia memfokuskan diri untuk mencoba membuat perisai berbentuk kotak yang sedikit jauh darinya dan ayahnya. Setelah mengucapkan mantra, sebuah kotak muncul tepat di atas tanah.
(Name) tersenyum ke arah ayahnya, "Bagaimana?"
"Apakah itu perisai? Kenapa kamu mengubahnya menjadi sebuah kotak?" tanya Akira penasaran.
"Ayah masih ingat misiku yang terakhir, 'kan? Aku mengurung sebuah roh kutukan ke dalam perisai berbentuk kotak." Melihat ayahnya mengangguk, (Name) melanjutkan, "Waktu itu, aku membuatnya satu demi satu sehingga menjadi sebuah kotak dan mengurung roh kutukan itu. Sekarang aku bisa membuatnya sekaligus dalam sekali rapalan!"
"Jadi, (Name) berencana mengurung semua roh kutukan sebelum membasminya?"
(Name) sedikit terkejut dan berpikir lagi, "Oh, mungkin aku bisa melakukan itu. Ayah sangat jenius!"
Akira tertawa mendengarnya, "Kamu melakukan eksperimen membuat perisai berbentuk kotak, tetapi kamu tidak memikirkan kegunaannya untuk apa?"
(Name) tersenyum canggung, "Umm, aku hanya memikirkan misi sebelumnya dan ingin mencoba membuatnya dengan cepat. Itu saja. Aku tidak memikirkan kegunaan dan sebagainya."
Akira menggelengkan kepalanya sebentar sebelum menepuk kepala anaknya dengan lembut, "Jika (Name) ingin melakukan sebuah eksperimen seperti ini, kamu harus mengetahui kegunaannya terlebih dahulu. Dengan begitu, apa yang kamu lakukan menjadi tidak sia-sia. Coba kamu bayangkan kamu melakukan sesuatu dengan susah payah, tetapi pada akhirnya itu tidak berguna. Bukankah kamu hanya membuang tenaga dan waktumu?"
"Ayah benar." (Name) melipat tangannya di dada dan mengangguk senang, "Untung ada Ayah. Sekarang aku bisa menggunakan perisai kotak ini untuk mengurung roh kutukan, lalu membasminya. Aku akan menggunakan ide Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿
FanfictionCerita perjalanan seorang gadis (Reader) di dunia Jujutsu bersama dengan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami sensei. Cerita murni khayalan saya dengan beberapa referensi dari anime-anime yang ada. Jika ada suatu kesamaan di dalam cerita, itu...