Aroma obat-obatan tercium sangat menyengat. Ruangan yang serba putih dimulai dari cat dinding, pintu ruangan, kasur, lemari, dan beberapa hal lainnya membuat ruangan ini terlihat lebih luas dan nyaman. Ada dua orang di dalamnya, satu sedang mengobati dan yang lainnya sedang diobati.
Satu plester luka lagi ditempel tepat di pipi kanan (Name). Ia sedikit merintih kesakitan karena plesternya sedikit ditekan. Ia mengelus plester tersebut dengan sedih sambil melihat seseorang yang membantunya memasang plester tersebut.
Shouko melihat balik, "Nani?"
"Aku tahu aku salah, tapi tolong jangan kasar seperti itu," ucap (Name) sedih.
"Kamu sudah mengatakan bahwa latihanmu tidak akan berbahaya, tapi lihat sekarang. Berapa banyak luka yang kamu dapatkan? Satu lagi luka di lenganmu itu cukup parah. Untung saja pendarahannya cepat dihentikan."
"Shouko, apakah kamu tidak bisa menggunakan tehnik pembalikmu?"
Shouko memarahi, "Sepertinya kamu tidak akan jera kalau tidak dibiarkan seperti ini dulu."
"Gomennasai ...."
(Name) memperhatikan luka-lukanya. Ternyata cukup banyak goresan yang ia dapatkan. Ada empat luka goresan dan satu luka yang cukup dalam. Sedikit rasa nyeri ketika ia menggerakkan lengannya.
Sepertinya (Name) harus fokus untuk menyembuhkan dirinya. Kalau luka seperti ini tidak cepat sembuh, ia akan kesulitan saat beraktivitas. Shouko selesai membereskan peralatan yang barusan dipakai ke dalam lemari. Ia mengajak (Name) untuk segera mengganti seragam.
Supaya tidak membuang waktu, mereka berdua mengganti di ruang kesehatan. Sebelum itu, Shouko sudah mengunci pintu ruangan. (Name) tidak mengenakan gakurannya karena sedikit sulit dengan kondisi lukanya saat ini, jadi ia hanya mengenakan kemejanya. Setelah itu, mereka kembali ke kelas untuk pelajaran berikutnya.
(Name) membuka pintu kelas dan memasuki ruangan dengan Shouko yang mengikuti dibelakangnya. Saat itu pula ia mendengar suara seseorang, "Oh, ini dia. Sang pelaku pengeboman sekolah baru-baru ini."
(Name) cemberut mendengar ejekan Gojou dan menanggapi itu, "Itu kecelakaan. Lagi pula terlalu berlebihan untuk menyebutnya 'pengeboman sekolah'. Itu hanya ledakan kecil dan terjadi di lapangan. Tidak ada kerusakan yang didapat."
"Kegagalan tehnikmu itu berbahaya jika ada orang di sekitar. Bahkan penggunanya saja terluka."
"Aku juga tidak melakukannya dengan sengaja."
Getou menginterupsi, "Sudahlah, Satoru. Ledakan itu juga tidak berdampak pada kita. Mungkin dia akan berhati-hati lain kali. Iya, 'kan, (Name)?"
(Name) mengangguk dengan cepat. Tentu saja ia tidak akan menimbulkan masalah lagi setelah ini. Walaupun itu memang ledakan kecil, ia juga masih tidak ingin melukai teman-temannya. Kemungkinan besar ia akan melatih tehniknya di tempat yang sepi.
"Tokorode (Name), bagaimana dengan lukamu?" tanya Getou.
"Hanya beberapa goresan. Ini akan sembuh dalam waktu dekat, jadi tidak masalah," jawab (Name).
Getou menatap bingung ke arah Shouko, "Kenapa tidak langsung disembuhkan?"
"(Name) tidak manja, jadi tunggu saja dia sembuh sendiri." Setelah mengatakan itu, Shouko duduk di bangkunya.
Getou memberikan tatapan bertanya pada (Name), tapi (Name) hanya tersenyum canggung dan mengedikkan bahunya sedikit. Sepertinya Getou sedikit paham. Shouko sedang marah pada (Name). Mungkin karena kecerobohan yang dilakukan (Name). Lagi pula, (Name) mengatakan tidak akan terluka, tapi kenyataannya malah sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿
FanfictionCerita perjalanan seorang gadis (Reader) di dunia Jujutsu bersama dengan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami sensei. Cerita murni khayalan saya dengan beberapa referensi dari anime-anime yang ada. Jika ada suatu kesamaan di dalam cerita, itu...