58 Tamu

674 124 7
                                    

Sesuai rencana, (Name) dan Akira pergi berjalan-jalan. Mereka menuju kuil terdekat untuk melihat apakah masih merayakan Tanabata atau tidak. Kuil pertama yang dikunjungi sudah tidak merayakannya. Miko yang bekerja di situ memberi tahu lokasi kuil lainnya.

(Name) berterima kasih dan langsung pergi menuju kuil yang dikatakan miko tersebut. Jaraknya cukup jauh, tetapi (Name) tidak mempermasalahkannya. Setelah sampai di sana, ternyata kuil itu masih merayakan Tanabata. Karena masih siang, pengunjungnya sangat sepi. Tidak ada stand yang buka.

(Name) bertanya pada miko yang bertugas di situ dan mendapat info bahwa kuilnya ramai di malam hari. Kebetulan hari ini adalah malam terakhir sehingga akan sangat ramai. (Name) ragu untuk datang kembali malam ini, jadi ia bertanya pada ayahnya.

Akira mengatakan untuk merayakannya sekarang saja. Jika kembali ke sini lagi, ia khawatir bahwa (Name) akan kelelahan. Jaraknya cukup jauh dan tidak banyak waktu untuk menikmati festival di malam hari.

(Name) sedikit sedih, tetapi tidak menunjukkannya. Ia meminta tanzaku pada miko itu. Dengan segera, miko itu pergi untuk mengambil tanzaku dengan warna yang bermacam-macam. Miko itu juga menyediakan alat tulis untuk menulis.

(Name) memperhatikan warna setiap tanzaku dan memilih warna merah. Ia langsung menulis permohonannya dan mengembalikan alat tulisnya pada miko itu. Begitu pula dengan Akira yang mengembalikan alat tulis setelah selesai menulis di tanzaku warna putih.

(Name) langsung berjalan menuju pohon bambu yang diikuti oleh ayahnya. Ia ingin menggantungnya di tempat yang tinggi dan meminta bantuan ayahnya. Dengan senang hati, Akira mengambil tanzaku miliknya (Name) dan menggantungnya pohon bambu. Tentu saja ia juga menggantung miliknya sekaligus. Setelah itu, mereka berdua pergi keluar dari wilayah kuil.

"Apa yang (Name) tulis tadi?" tanya Akira.

"Permohonan tidak akan terkabulkan jika diberi tahu, jadi aku tidak akan memberi tahukannya pada ayah."

Akira tertawa kecil, "Apakah kamu tidak khawatir ketika meminta ayah menggantungnya?"

(Name) baru menyadarinya," Apakah Ayah melihatnya?"

"Tidak. Sekarang mari pergi belanja," ajak Akira. 

(Name) mempercayai kata ayahnya, jadi ia berjalan santai di sebelah ayahnya. Mereka berbincang ringan selama diperjalanan sambil menikmati pemandangan yang mereka lewati.

Akira terus tersenyum bahagia ketika mengingat kalimat permohonan anaknya, 'Aku harap ayah terus berada di sisiku dan menemaniku di dunia ini.'

Di mini market, (Name) dan ayahnya masih memilih  barang di etalase. Keranjang yang dibawa sudah mulai penuh dengan bahan makanan. Setelah cukup lama, akhirnya mereka selesai membayar belanjaan dan keluar dari mini market.

(Name) membawa dua kantong belanjaan di kedua tangannya. Ayahnya ingin membantu, tetapi ia menolaknya karena ingin menjadikan barang belanjaan yang dibawanya sebagai latihan untuk hari ini. Akira hanya tersenyum dan membiarkannya.

Akira berhenti berjalan sehingga membuat (Name) menoleh dan bertanya. Akira mengatakan bahwa ada yang lupa dibeli, jadi ia kembali masuk ke dalam mini market. Sambil menunggu, (Name) melihat sekitar dan kebetulan menemukan seekor kucing yang berjalan dari arah semak-semak.

Kucing itu seolah tahu bahwa sedang diperhatikan dan menoleh ke arah (Name). Kucing itu dengan santai berjalan mendekati (Name) dan mengeluskan tubuhnya di kaki (Name). Suaranya yang terdengar imut sangat menarik perhatian.

(Name) berjongkok dan meletakkan barang belanjaan di sampingnya. Ia mulai mengelus kepala anak kucing itu dan bertanya, "Apakah kamu haus?"

Seakan merespon (Name), kucing itu menikmati elusan dari (Name) dan mengeong dengan manja. (Name) langsung mengambil kotak susu kecil di dalam kantong belanjaan dan meminumnya setengah. Lalu, ia merobek kotak susu itu menjadi setengah bagian dan mendekatkannya pada kucing itu.

Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang