Hari ini adalah ujian terakhir dan berakhir di siang hari. Setelah ujian selesai, semua murid bisa pulang kembali ke asrama. Mereka sudah bisa tenang karena memasuki liburan musim panas. Namun, masih ada misi yang akan menanti mereka di selang liburan musim panas.
Tepat setelah ujian berakhir, Yaga langsung menyuruh (Name) ke ruang guru. Mendengar itu, (Name) hanya mengikuti Yaga tanpa penolakan. Ia berdiri dengan ragu dan menoleh ke arah Shouko untuk meminta bantuan, tetapi Shouko hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
(Name) juga melihat ke arah Getou, tetapi hanya dibalas dengan jempol. Ia merasa sedih dan mengikuti Yaga dalam diam. Setelah pintu kelas tertutup dan tidak terdengar suara langkah kaki, Getou dan Shouko melihat ke arah Gojou bersamaan.
"(Name) benar-benar mengabaikanmu," ucap Shouko.
Getou juga berbicara, "Padahal kemarin adalah kesempatan yang bagus untuk meminta maaf saat menjenguknya."
Telinga Gojou merasa panas mendengar kedua temannya. Ia hanya mengabaikannya dan menatap pintu kelas dengan datar. Namun, kedua temannya itu tidak berhenti dan terus berbicara sampai ia merasa terganggu. Dengan kesal, ia mulai memarahi kedua temannya yang hanya dibalas dengan tertawa puas.
Di ruang guru, Yaga berjalan menuju meja kerjanya diikuti dengan (Name). Tepat setelah Yaga duduk di kursinya, (Name) langsung berbicara dengan gugup, "A-ano ... Yaga-san. Maaf karena saya datang ke sekolah. Saya hanya ingin melaksanakan ujian di sekolah. Yaga-san bisa menghukumku, tapi tolong berikan saya keringanan."
(Name) menyatukan kedua tangannya memohon. Ia tahu bahwa ia sudah bersikap nakal karena kabur dari rumah sakit tanpa ijin. Yaga hanya mengernyitkan dahinya heran mendengar itu. Sepertinya muridnya yang satu ini salah sangka.
Yaga menegur terlebih dahulu, "(Name), kita sedang di lingkungan sekolah."
"Ah, maaf Yaga sensei."
Yaga hanya menghela napas dan mulai berbicara, "Tenang saja, aku mengajakmu ke sini bukan untuk memarahimu karena sudah kabur dari rumah sakit."
Ketakutan dalam diri (Name) hilang dan ia menjadi penasaran, "Lalu?"
Perubahan raut wajah (Name) yang sangat cepat membuat Yaga menggelengkan kepalanya pelan. Ia lanjut berbicara, "Ada pesan dari tempat penitipan anak."
(Name) kembali gugup dan bertanya dengan hati-hati, "A-apakah itu tentang kerusakan gedung?"
"Bukan. Ini tentang kedua anak yang kamu selamatkan. Mereka sangat berterima kasih karena telah diselamatkan dan ingin bertemu denganmu secara langsung. Hanya saja, saat itu kamu masih di ruang perawatan khusus yang hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk."
(Name) terkejut mendengar hal itu, "Benarkah?"
Yaga mengeluarkan selembar kertas dari dalam laci dan menyerahkannya pada (Name) untuk membacanya. Di atas kertas itu, tertulis ucapan terima kasih yang tidak begitu rapi. Terlihat bahwa yang menulis masihlah anak-anak. Bahkan ada beberapa gambar acak di sekitar tulisan 'terima kasih' itu. Tanpa sadar (Name) tersenyum kecil melihatnya.
Tidak lama setelah itu, (Name) terlihat sedih dan bertanya, "Lalu ... bagaimana dengan anak yang satunya?"
"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu."
(Name) menatap Yaga dengan sedikit sedih, "Tapi, orang tuanya pa—"
Yaga memotong perkataan (Name), "Aku akan mengatakan hal ini, (Name). Ingatlah bahwa di dunia Jujutsu, kita tidak bisa mengetahui kematian seseorang. Akan selalu ada korban jiwa saat kita melakukan misi dan itu tidak bisa dihindari. Namun, dalam misi itu kita juga tetap harus menyelamatkan orang sebisa mungkin. Apa yang kamu lakukan itu sudah sangat bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsu Kaisen Fanfiction || Female Reader Inside ✿
FanfictionCerita perjalanan seorang gadis (Reader) di dunia Jujutsu bersama dengan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami sensei. Cerita murni khayalan saya dengan beberapa referensi dari anime-anime yang ada. Jika ada suatu kesamaan di dalam cerita, itu...