28. Maaf

1.9K 203 15
                                    


"Hiks...hiks...hyung, aku harus bilang apa pada eomma. Dia pasti akan membunuhku" Taehyung masih menangis, dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi wajah ibunya saat tahu bahwa dia hamil. Hal yang paling dia takutkan terjadi dan Taehyung merasa begitu bersalah atas dirinya sendiri.

"Akan hyung bantu kau menjelaskannya pada ibumu" Jin mengusap punggung Taehyung dan mengecup kepalanya.

"Hyung, menurutmu... bisakah aku melewati ini?" Tanya Taehyung dengan lirih dan merasakan ketenangan dari pelukan kakaknya.

"Tentu saja kau bisa, Tae. Ada Jungkook di sisimu, dia rela melakukan apapun untukmu" Kata Jin, seakan menyuruh Taehyung untuk berhenti berlama-lama membenci Jungkook karna dia tahu betul jika Taehyung tak mungkin tanpanya.

"Tapi dia yang melalukan ini padaku" Ujar Taehyung, menyalahkan Jungkook.

"Lalu apa yang kau lakukan? Kau tidak menolaknya bukan? Meski kau ingin tapi kau menerimanya" Seokjin lebih tahu tentang Taehyung, dia bisa tahu jika rasa suka Taehyung terhadap lelaki Alpha itu juga bukan hal yang biasa.

"Hyung, kau ada di pihakku atau pihaknya?" Taehyung merasa kesal dan mencubit lengan kakak sepupunya.

"Tentu saja aku dipihak sang bayi hahaha" Kata Seokjin lalu tertawa keras setelahnya.

.

.

.

Kelas berakhir dengan cepat hari itu. Seokjin bersiap untuk pulang setelah menemani Taehyung seharian.

"Kau mau ikut hyung atau tidak?" Tanya Seokjin dia mengemasi barang-barang miliknya ke dalam tas, bersiap untuk pergi.

"Tidak hyung, aku tidak mau merepotkanmu lagi. Aku akan naik taksi lagipun kau harus menyusul Jina" Kata Taehyung, menyebut keponakan kesayangannya Kim Jina.

"Baiklah, kau bisa menghubungi hyung jika tak menemukan taksi" Ujar Seokjin sebelum dia pergi membuka pintu.

Dan alangkah terkejutnya dia saat wajah Jungkook tiba-tiba muncul di sana dengan dua tas yang berada di masing-masing lengannya.

"Oh, Perawat Kim. Aku akan mengatar Taehyung pulang ke rumahnya" Barusan saja Jungkook tak sengaja mendengar Seokjin dan Taehyung berbicara jadi dia mengajukan diri untuk mengantar kekasihnya itu dan menyuruh Seokjin untuk tidak khawatir.

"Baiklah, Tae. Jungkook menawarkan tumpangan!" Teriak Seokjin agar Taehyung yang masih di atas brankar mendengarnya.

"Bilang padanya aku tidak mau" Taehyung juga berteriak dari dalam.

Tanpa Seokjin harus memberitahu Jungkook, pemuda itu sudah mendengarnya sendiri.

"Jangan hiraukan, kau bisa membawanya pulang dan jika dia bersikeras untuk pulang sendiri, ikat saja dia di motormu, oke?" ujar Seokjin lalu mengangkat kedua alisnya, memberi Jungkook kepercayaan sepenuhnya.

Dan satu lagi sebelum dia pergi, dia berbisik pelan di dekat telinga Jungkook sambil tersenyum. Mata Jungkook tampak terkejut mendengar ucapannya.

.

.

.

"Bukankah aku sudah bilang akan pulang sendiri, menyingkir sialan...! Jangan bawa ranselku!" Taehyung berteriak pada Jungkook dan memukulnya kemudian mendorong pria itu menjauh setelah merebut kembali ranselnya.

Jungkook benar-benar pasrah bahkan ketika Taehyung memukul kepalanya dengan ransel dan menginjak kakinya karna menghalangi jalan.

"Kau bisa memukulku sepuasnya tapi tolong naiklah ke motorku, biarkan aku mengantarmu pulang Tae" Pinta Jungkook dengan lembut dia meraih jemari Taehyung lalu mengusapnya.

ᴾʳᵉᵍⁿᵃⁿᵗ ⁱⁿ ᴮᵒʸˢ ˢᶜʰᵒᵒˡ ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang