48. Mimpi

1.7K 125 3
                                    


"Silahkan, kalian bisa memakannya" Kata Tuan Jeon.

Jimin menatap berbinar, begitu banyak makanan yang disajikan. Dia bersyukur karena Tuan Jeon bukanlah orang yang pelit. Bahkan dia diperbolehkan untuk mengambil sesuka hati.

"Terima kasih atas hidangannya" Ujar Yugyeom dia sedikit membungkuk kepada Tuan Jeon dan tersenyum karna kemurahan hatinya.

"Tidak apa-apa. Ayo, nikmatilah" Kata Tuan Jeon kepada mereka semua. Dan ketika mereka tengah menyantap makanan tanpa memperhatikan situasinya.

Tuan Jeon melirik ke arah sekertarisnya untuk mendekat dan kemudian berbisik di telinganya.

"Pakai ini, untuk membayar" Dan beliau memberikan sebuah black card kepada sekertarisnya agar mengurus pembayaran.

"Baik tuan" Sekertarisnya mengangguk mengerti sebelum pergi.

"Jadi, kalian sekelas dengan Jungkook maupun Taehyung?" Tanya Tuan Jeon karna ingin tahu.

"Ya, Tuan. Kami bertiga sekelas dengan mereka berdua, namun Yoongi tidak. Dia berada di kelas lain" Kata Bambam segera setelah dia selesai makan.

"Kalau begitu kalian tahu tentang ceritanya?" Tuan Jeon kembali bertanya.

"Secara keseluruhan iya, Taehyung yang memberitahu" Jimin mengatakannya.

"Kenapa anda begitu ingin tahu? Apa anda khawatir kami akan memberi tahu publik mengenai ini dan merusak citra anda?" Yoongi menyeletuk dengan keras.

"Ahahaha, tidak bukan begitu. Aku hanya penasaran" Tawa Tuan Jeon berusaha mencairkan suasana yang canggung itu. Dan mereka semua ikut tertawa kecuali Yoongi.

"Aku ingat kalian juga pergi ke pesta pernikahan putraku. Terima kasih karena sudah datang waktu itu. Menantuku mungkin tidak akan senang mengetahui tidak ada yang datang ke pernikahannya kecuali keluarganya" Terus terang Tuan Jeon kepada mereka semua.

Lelaki tua itu hanya ingin menebus kesalahannya di masa lalu. Dia tidak ingin putra satu-satunya kembali memusuhinya dan dia ingin kembali dekat dengan putranya itu seperti saat mendiang istrinya masih ada.

"Tentu tidak masalah, kami senang menjadi teman mereka dan akan terus begitu" Bambam menjawab.

.

.

.

"Itu hanya pendarahan pasca melahirkan. Butuh waktu cukup lama sehingga lukanya membaik dan tidak lecet" Kata Dokter dan memberikan beberapa obat untuk dikonsumsi.

"Oh dan jangan lupa untuk selalu mengoleskan salep sehingga lukanya akan cepat kering"

"Terima kasih dokter, aku akan memperhatikannya" Jungkook membungkuk kepada dokter sebagai tanda terima kasihnya.

Setelah kepergian dokter, Yeonjun dan Jake masuk ke dalam.

"Apa terjadi sesuatu? Aku melihat dokter baru saja keluar..."

"Aku baik-baik saja, hanya pemeriksaan kecil" Taehyung langsung memotong.

"Syukurlah kalo begitu, ku pikir terjadi sesuatu. Hyung, kau benar-benar berhasil membuatku khawatir" Yeonjun memeluk kakaknya dengan hangat.

"Kau baik-baik bro? Wajahmu tidak berhenti khawatir sejak tadi" Jake merangkul Jungkook.

"Aku baik-baik saja" Jawab Jungkook.

"Mau merokok sebentar"

Jungkook menatap Jake dan kemudian dia pergi bersamanya, setelah mengambil rokok yang ditawarkan.

"Aku tahu, pasti berat menjadi ayah di usia muda. Taehyung membuatmu terus khawatir karna lingkungannya. Dan kau tidak bisa sembarangan memberi tahu orang lain, bukankah itu membebanimu?" Ujar Jake seakan mengetahui isi hati Jungkook.

"Berhenti mengatakan omong kosong" Sangkal Jungkook, pria itu menghembuskan asap rokok melalui mulutnya.

"Baiklah, aku hanya ingin memberitahu kalau aku dan Yeonjun kini berpacaran. Bukankah sangat aneh?" Kini Jake mengganti topiknya.

Dia berbicara sendiri karna Jungkook tidak sedang ingin menanggapi.

"Padahal dulu dia menentang keras, tapi dia akhirnya luluh. Bagaimana dengan Taehyung?" Jake bertanya kemudian.

Tapi Jungkook justru melayangkan tatapan tajam padanya.

"Baiklah, ku pikir mereka sama. Kau tidak perlu menjawab" Jake tertawa pelan sambil menatap ke langit yang cerah.

.

.

.

Malam hari mereka tertidur, semua orang sudah pulang dari acara menjenguk. Sementara itu Taehyung tertidur pulas dalam pelukan hangat Jungkook di tubuhnya. Ah dan satu lagi, mereka sempat menjumpai Tuan Jeon tapi beliau hanya mampir sebentar lalu segera pulang karna Taehyung butuh untuk beristirahat.

Taehyung menggeliat dalam tidurnya, dahinya berkerut dan keringat dingin membasahi wajahnya. Sebelum dia terbangun secara tiba-tiba dari tidurnya.

"Sayang, ada apa?" Jungkook menanyainya, pria itu mengejap beberapa kali dan duduk di atas brankar.

"Jungkook aku barusan bermimpi" Ujar Taehyung.

"Bermimpi apa?"

"Kakekku mengatakan bahwa kita harus menamai bayi kita dengan nama Jeon Bogum" Kata Taehyung.

"Apa? Mana mungkin kakekmu menyarankan nama itu. Bogum sangat jelek, sayang kau hanya tidak bisa move on dari aktor itu kan?" Curiga Jungkook, dia pikir Taehyung diam-diam masih mengikuti Bogum lewat media sosial.

"Ish... Jungkook, Taetae serius. Mana mungkin Taetae masih cinta dengan Bogum? Taetae kan milik Jungkookie" Ujar Taehyung dengan raut wajah polos dan nada yang manja.

"Lalu apa masih memikirkan Bogum huh?"

"Tidak, tidak sedikitpun" Taehyung menggeleng cepat.

"Bagus" Jungkook mendekat padanya lalu mencium bibirnya. Menyatukan bibir mereka berdua. Saling berpangut dan mengulum satu sama lain.

"Aghh... Jungkookie..." Desah Taehyung, dia mendorong tubuh Jungkook menjauh karna tak ingin membuat suaminya semakin terangsang.

.

.

.

TBC

ᴾʳᵉᵍⁿᵃⁿᵗ ⁱⁿ ᴮᵒʸˢ ˢᶜʰᵒᵒˡ ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang