42 . Ikatan

1.4K 151 5
                                    


"Hiks...hiks... Yoongi brengsek hiks..." Jimin menangis tersedu-sedu sambil memukul-mukul pelan meja makan.

"Apa yang terjadi?" Taehyung yang baru saja sampai bersama Jungkook tidak tahu apapun.

Bambam menatapnya lalu menyuruhnya untuk duduk.

Hanya Taehyung, karna Jungkook tak berhak ikut campur. Merasa bukan urusannya Jungkook pun pergi untuk merokok di depan restoran.

"Hiks...hiks... bagaimana bisa dia membawa orang lain hiks padahal aku ada di sampingnya" Oceh Jimin sambil menangis.

"Bagaimana ceritanya?" Bisik Taehyung pada Bambam.

"Semalam Yoongi mabuk dan dia salah menarik tangan yang dia bawa Mingyu bukan Jimin. Pada akhirnya Jimin harus pulang dengan Jackson" Bisik Bambam di telinga Taehyung.

"Hiks... Kenapa kalian berbisik-bisik? Sialan! Apa kalian mengumpatiku?" Teriak Jimin pada keduanya yang seolah asik bercerita tak memperdulikannya.

"Bukan begitu, Jim aku pikir semuanya hanya kesalahpahaman" Kata Taehyung.

"Yang membuatku sedih adalah Yoongi Hyung tidak mengenali tanganku hiks... Bagaimana bisa tanganku terasa sama seperti Kampret Mingyu hiks..." Jimin memaki dalam tangisnya.

Lalu tiba-tiba Yoongi datang setelah berbicara dengan Jungkook dari luar restoran. Keduanya sama-sama mematikan rokok sebelum masuk.

"Jimin aku minta maaf, malam itu aku sangat mabuk hingga tidak mengenali tanganmu" Akui Yoongi dia berdiri di dekat Jimin lalu menatap matanya secara lembut kemudian mengecup tangannya.

"Hiks... hiks..." Jimin menangis keras lalu memeluk leher Yoongi.

.

.

.

Mereka semua berkendara menuju pantai, Taehyung menoleh ke samping melihat Jimin yang memeluk Yoongi begitu erat. Dia pun mengencangkan pelukannya pada Jungkook. Angin terasa hingga ke wajahnya, perlahan tanpa sadar dia menangis. Menyaksikan Kelopak bunga sakura yang berguguran di tepi jalan terbang menujunya, dia pun mengulurkan tangan, dan kelopak bunga itu jatuh ke atas tangannya.

Taehyung meniupnya agar kembali terbang dalam hatinya berkata dia ingin terus bersama dengan Jungkook dan bayi mereka. Lalu meletakkan tangan di atas perutnya sendiri. Dia mengulas senyum manis kemudian meletakkan dagunya ke bahu Jungkook tanpa menghilangkan senyuman.

Bahu Jungkook terasa begitu lebar dan hangat, Taehyung menyukainya. Di tambah aroma maskulin Alpha itu membuat jiwanya merasa tenang. Selalu merasa aman hingga Taehyung seakan begitu kecil di dekatnya seperti halnya debu kelinci dalam kamar. Dia mudah rapuh di dekat Jungkook dan juga mudah menangis, sesungguhnya itulah dirinya. Selama ini dia hanya berputar-pura kuat di luar meski hatinya selalu merasa ketakutan.

Kehadiran Jungkook baginya telah merubah separuh hidupnya yang kurang sempurna. Cacat, Taehyung sejak dulu berpikir bahwa dirinya cacat dan sulit untuk menerimanya. Dia jarang bercermin karna penampilan mengingatkannya pada sesuatu yang tak sempurna dalam dirinya.

Dia selalu dibedakan sejak kecil, ketika Yeonjun memainkan robot maka Taehyung akan diberi sebuah boneka. Jika Yeonjun bebas pergi kemana saja, Taehyung diajarkan untuk tetap berada dalam rumah. Menjaga dirinya sendiri dari kejahatan di luar sana. Ibunya berkata jangan mudah percaya dengan orang lain, jika suatu saat seseorang jatuh cinta padamu maka jangan langsung menerimanya. Lihat bagaimana ketulusannya bukan hanya dari kata-katanya.

Ibunya khawatir Taehyung akan mudah tersakiti begitu mengenal seorang Alpha. Tahu jika Taehyung begitu polos dan tulus begitu pula saat mencintai, ibunya takut dia hanya akan dibodohi lalu menangis padanya. Seorang ibu mana yang ingin melihat anaknya menangis hanya karna ditinggalkan.

ᴾʳᵉᵍⁿᵃⁿᵗ ⁱⁿ ᴮᵒʸˢ ˢᶜʰᵒᵒˡ ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang