05. Kunjungan Rolando

300 28 1
                                    

Rossy melangkah tanpa arah yang jelas. Wanita itu berjalan mengikuti instingnya untuk menemukan para pedagang makanan. Ia sudah berjalan cukup jauh dari perumahan komplek, tetapi tak ada pedagang kaki lima yang ditemukannya. Senyum Rossy terukir melihat jalan raya di depan sana. Ia segera mempercepat langkah dan menemukan pedagang ketoprak serta pedagang lainnya. Rossy yang malas mengantri memilih membeli ketoprak yang sepi.

"Mas ketopraknya dua ya!" pesan Rossy pada pedagang ketoprak. Ia berniat memberikan satu bungkusnya pada cucu kandung Rolando.

Selepas membeli ketoprak, Rossy menatap ke arah jalan yang dilaluinya tadi. Sejenak, ia terlupa arah jalan pulang. Ingin bertanya pada orang, tetapi dirinya tidak tahu alamat rumah. Rossy menengadahkan kepalanya ke arah langit yang gelap, lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Keputusasaan yang Rossy rasakan berakhir saat melihat seorang pria mengendarai motor ke arahnya.

"Mas Randika!!!" teriak Rossy membuat si empunya nama menghentikan laju motor. Kemudian, menoleh ke arah gadis berambut sebahu yang tercengir itu.

"Mas boleh bareng nggak? Saya lupa alamat rumah, Mas." Rossy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tak memedulikan tatapan sinis yang menyergapnya. Tepat saat Randika ingin melajukan motornya kembali, ia langsung mendudukkan diri di jok belakang tanpa menunggu jawaban darinya.

"Turun!" titah Randika menahan rasa kesal.

"Saya mohon, Mas. Saya bakal jaga jarak kok, nggak deket-deket Mas Randi." Rossy berusaha meyakinkannya. Ia memundurkan pantatnya dan berpegangan pada behel motor.

Rossy menarik sudut bibirnya saat Randika menjalankan motor berwarna merah ini. Tak ada pembicaraan selama perjalanan. Gadis itu sibuk mengingat-ingat jalan menuju rumah, hingga mengabaikan Randika yang menambah kecepatan laju kendaraan beroda dua ini. Randika ingin segera sampai. Ia tidak betah berdekatan dengan lawan jenisnya.

"Udah sampe." Randika mematikan mesin motor, lalu menoleh ke arah belakang.

"Makasih ya Mas. Ini ketoprak buat Mas Randi." Rossy memberikan sebungkus ketoprak pada Randika sebagai rasa terima kasihnya. Kemudian, ia berpamitan. Meninggalkan Randika yang menatap lurus ke arah sebungkus ketoprak di tangannya.

Setelah masuk ke dalam rumah, Rossy langsung menyibak tirai jendela. Ia penasaran dengan pria yang masih duduk di atas motor. Hati Rossy mencelos saat Randika membuang ketoprak tersebut ke dalam tong sampah.

"Dia orang kaya, Rossy. Jadi wajar aja kalo ketoprak bukan seleranya," monolog Rossy tersenyum miris.

Tak mau ambil pusing, Rossy pun memutuskan untuk menikmati ketoprak yang dibelinya. Namun, baru saja ia melangkah tiba-tiba lampu di semua ruangan padam. Rossy yang merasa takut pun langsung berbalik dan membuka pintu rumah. Ia terbelalak saat pintu berwarna putih itu terkunci.

"Ya Allah... Kenapa bisa terkunci sendiri kayak gini?" ucap Rossy seraya menarik handle pintu dengan sekuat tenaga. Ia tak bisa berlama-lama berada di dalam rumah yang gelap gulita ini.

Seketika bulu kuduk Rossy meremang saat mendengar suara-suara aneh dari arah belakang. Ia berusaha memberanikan diri untuk berbalik badan, tetapi rasa takutnya jauh lebih besar. Selama beberapa menit, Rossy masih dalam posisi yang sama yaitu memejamkan mata sambil merapalkan doa agar dijauhkan dari makhluk-makhluk halus yang ingin mengganggunya. 

Suara cekikikan yang terdengar menakutkan membuat Rossy membuka mata lebar-lebar. Gadis itu berteriak histeris, tetapi seseorang membekap mulutnya. Rossy yang terlampau kesal pun menginjak kaki orang yang telah mengerjainya sampai ketakutan setengah mati.

"Aduh!" pekik Ruqqy mengaduh kesakitan.

Melihat wajah Rossy yang merah padam membuat Ruqqy semakin melepas tawanya. Pria itu tak menyangka jika Rossy akan sangat ketakutan seperti tadi. Mungkin, lain kali ia akan mengerjainya jauh lebih parah dari yang dilakukannya sekarang.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang