17. Ulah Mereka

192 22 2
                                    

Kegilaan Rossy berakhir kala segerombol orang menghampirinya. Ia menatap mereka satu per satu, kemudian tatapannya berakhir pada Ruqqy yang mengamati perubahan penampilannya. Rossy terlihat lebih feminim dari sebelumya, dan polesan make up di wajahnya membuat gadis itu lebih cantik. Ruqqy menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh jatuh pesona pada gadis kampung itu.

"Lo ikut gue," tukas Ruqqy menyeret tangan cucu angkat sang kakek ke dalam rumahnya.

Sesampainya, Ruqqy mempersilakan ketiga sahabatnya untuk duduk. Lalu, ia mengajak Rossy ke halaman belakang. Rossy yang sudah menduga pun, hanya bisa diam mengikuti.

"Mas ada keperluan apa sama saya?" tanya Rossy melirik ke arah pria yang terduduk di bangku.

Ruqqy menghela napas panjang. Ia menarik gadis itu untuk duduk di sebelahnya. Rossy yang merasa tidak nyaman duduk berdua dengan lawan jenis, berusaha untuk bangkit. Namun, ditahan oleh pria tersebut.

"Hubungan lo sama Kakek itu sebenarnya apa, Ros? Lo bukan sugar baby-nya Kakek gue, ‘kan?" tanya Ruqqy membutuhkan kejelasan hubungan antara sang kakek dengan gadis kampung di sampingnya.

“Sugar baby itu apa, Mas?” tanya Rossy mengerutkan kening bingung.

Ruqqy mengusap kasar rambutnya. Ia tidak bisa menjelaskan secara gamblang pada gadis polos ini. Setelah sejenak berpikir, ia pun menyuruh Rossy untuk mencarinya ke internet.

"Mas kok tega, sampe berpikir saya gadis seperti itu," ucap Rossy menatap tak percaya jika cucu kandung kakek Rolando berpikir buruk tentangnya.

"Lo jangan merasa tersakiti. Di sini gue yang kecewa! Lo bayangin, tiba-tiba Kakek gue balik ke Jakarta dan mengatakan lo itu cucu angkatnya. Di dunia ini, nggak ada pertolongan tulus. Jadi, cepet kasih tau gue! Lo buat kesepakan apa sama Kakek, kalo lo bukan sugar baby-nya!!" teriak Ruqqy tersulut emosi.

Rossy terdiam. Ia tak mungkin menceritakan tentang kontrak yang mengikatnya. Bisa-bisa, Ruqqy semakin menyulitkan jalannya untuk mendapati Randika. Sebuah cengkeraman menyadarkan Rossy dari lamunannya.

"Lepasin Mas, lengan saya sakit," rintih Rossy berusaha melepaskan cengkeraman tangannya.

Seorang pria berlari tergopoh-gopoh menghampiri sahabatnya yang telah menyakiti cucu angkat kakek Rolando. Ia berusaha melepas cengkeraman tersebut, tetapi Ruqqy malah mendorong tubuhnya menggunakan tangan yang lain.

"Qy! Lepasin! Tuh cewek dah mewek!" pekik Raja merasa tak tega melihat Rossy yang terbanjiri air mata.

"Kalo bukan karena Kakek, lo udah abis di tangan gue!" desis Ruqqy melayangkan tatapan mengintimidasi padanya.

Selepas kepergian Ruqqy, Rossy langsung melipat lengan bajunya. Ia tersenyum miris mendapati ruam merah di lengannya. Raja yang baru pertama kali melihat sahabatnya menyakiti seorang gadis, kini dilanda kebingungan. Ia belum mengetahui status gadis tersebut, hingga membuat Ruqqy tampak sangat emosi.

"Mau gue obatin?" tawarnya yang dibalas gelengan kepala.

"Nggak usah, Mas. Saya mau pulang aja," sahut Rossy beranjak dari duduknya.

Ia berjalan tanpa berani mengangkat kepalanya yang tertunduk. Rossy berpura-pura tidak mendengar suara pria yang memanggil namanya. Hingga sebuah cekalan tangan membuat Rossy terpaksa menghentikan langkah.

"Lo budek, ya! Gue panggil dari tadi, malah langsung selonong pergi! Dasar pembantu nggak tau diri lo!!" hina Ruqqy tanpa peduli, jika perbuatannya telah menyakiti hati seorang gadis.

Tawa seorang gadis membuat Rossy memicingkan matanya. Ia rasa, gadis itu bukanlah salah satu kekasih Ruqqy. Menyadari ada seseorang yang sejak tadi memperhatikannya, Regina pun menghentikan tawa.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang