Halo... Aku update cepat!! Seneng nggak???
Happy reading ❤️
***
Tanpa terasa tiga minggu telah berlalu. Selama itu juga Rossy selalu mengunjungi rumah calon mertuanya. Ia cukup menjaga jarak dengan Rolando dan Ruqqy. Karena tak mau membuat tuan dan nyonya Richardson curiga. Ia dan Randika sepakat menyembunyikan mengenai dirinya yang dihidupi oleh pria tua tersebut. Randika yang terlanjur cinta merasa takut jika hal itu sampai diketahui sang papa, maka hubungan mereka akan kandas begitu saja.
"Besok bisa ke rumah aku? Nemenin aku kerja di hari libur," pinta Randika menatap lekat sang kekasih yang tengah menikmati martabak keju yang diberinya.
"Papa sama Mama ada?" tanya Rossy yang tak mau berduaan di rumah.
Randika menggeleng. "Nggak ada. Mereka lagi ada urusan di luar negeri. Makanya aku ajak kamu ke rumah, supaya aku nggak kesepian."
Sejak pertemuan Rossy dengan kedua orangtuanya, Randika dipaksa tinggal di rumah utama. Tuan dan nyonya Richardson merasa khawatir jika sesuatu akan terjadi karena mereka yang tinggal berdekatan. Namun, hal itu bukanlah masalah besar. Justru membuat Randika merasa lebih senang dengan menempuh jarak yang lumayan jauh untuk sampai di rumah sang kekasih. Membuat pria tersebut merasa seperti pasangan kekasih pada umumnya.
"Ada Bibi kok, tenang aja," seloroh Randika seolah tahu akan kekhawatiran gadis yang terdiam itu.
"Mas, sekarang pacarku bukan lima langkah dari rumah lagi. Capek tau, tiap hari bolak-balik dari toko ke rumah Mas Randi di sana," keluh Rossy memanyunkan bibir ranumnya.
"Lebih capek siapa? Aku yang nyetir loh, kamu enak tinggal duduk manis." Randika melepas tawa saat mendapat serangan mendadak. Gadisnya itu mencubit perut dan lengannya. Ia merasa puas melihat wajah Rossy yang merah padam.
Rossy mengakhiri aksinya. Ia berdiri membelakangi Randika sambil berkacak pinggang. "Bukan salah aku, ya! Mama yang ajak aku makan malam di sana setiap hari."
Sebuah tangan yang melingkar di pinggang membuat tubuh Rossy menegang. Amarah yang semula menguasai, perlahan menghilang. Rossy memejamkan mata saat Randika menumpukan dagu di bahunya.
"Maaf, aku nggak maksud buat kamu marah. Aku nggak masalah kok, antar-jemput kamu setiap hari. Malah aku seneng, karena setiap hari dapet pelukan dari kamu." Randika tertawa lepas mendapat pukulan dari sang kekasih. Ia segera melepas pelukan, lalu memutar tubuh Rossy menghadap ke arahnya.
"Enak di kamunya aja! Udah ah, aku mau ke toilet dulu." ujar Rossy meninggalkan Randika di teras rumah.
Selama berkunjung, pria itu selalu menolak untuk masuk ke dalam rumah. Kecuali ada orang ketiga di antara mereka. Hal itu juga berlaku saat di kediaman keluarga Richardson. Randika tak pernah berduaan di satu ruangan. Ia akan memilih ruang tengah yang terpantau oleh semua orang.
Langkah Rossy terhenti. Gadis itu menelan ludah melihat sosok tubuh yang duduk membelakanginya. Ia tahun sosok tersebut, yang tak lain adalah kakek Rolando yang seminggu ini selalu menerornya dengan mengingatkannya pada kontrak tersebut.
"Sudah waktunya, Rossy. Kamu tidak bisa mengulur-ulur waktu lagi sebelum Randika meresmikan hubungan kalian," kata Rolando tanpa menatap lawan bicaranya.
"Tapi nggak sekarang, Kek. Kasih saya waktu sampe besok. Saya mohon, Kek...." Rossy memegang lengan pria tua yang terpaksa menyetujui permintaannya.
"Kemasi barang-barang kamu. Saya sudah menyiapkan identitas diri baru dan tempat tinggal baru untuk kamu di luar negeri," tutur Rolando membuat seorang gadis terbelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...