Ruqqy menautkan kedua alis saat cucu angkat sang kakek memalingkan wajah ke arah lain, dan berjalan cepat menuju rumah. Gadis itu membanting pintu dengan keras. Ruqqy dapat merasakan jika gadis itu masih murka padanya, tetapi ia tidak peduli.
"Lo ngapain di rumah gue, Ja?" tanya Ruqqy pada sahabatnya yang terduduk di sofa ruang tamu.
"Ada amanah dari Kakek lo, katanya nanti malem lo ajak Rossy ke mall." Raja memperlihatkan layar ponselnya kepada Ruqqy yang menghela napas panjang.
"Mau Kakek gue tuh apa sih, Ja? Muak gue lama-lama!" gerutu Ruqqy yang malas menghabiskan waktu bersama gadis kampungan itu.
Ruqqy memijit pelipisnya. Ia merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan kedua mata. Mencoba melupakan fakta, jika sang kakek lebih mempedulikan cucu angkatnya daripada dirinya.
"Kayaknya, Kakek pengen buat lo akur sama Rossy, Qy." Raja terkekeh. Pria itu melempar bantal sofa ke wajah Ruqqy.
"Bodo ah, pokoknya, gue nggak mau!" tekadnya yang tak peduli akan kemarahan Rolando.
Raja tersenyum menyeringai. Ia berlari menyusul sahabatnya yang berjalan menuju kamar. "Kalo lo mau ajak Rossy jalan, Kakek bakal balikin handphone lo, Qy," jelasnya membuat pergerakan Ruqqy terhenti. Tatapan menyelidik menyergap Raja yang mendudukkan diri di pinggiran kasur.
"Bohong, lo!" pekik Ruqqy tak percaya.
"Terserah lo, mau percaya apa nggak." Raja mengedikkan bahunya tak acuh. Pria itu merubah posisinya menjadi berbaring dan memeluk bantal guling. Ia tak memedulikan Ruqqy yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi.
Demi mendapatkan ponselnya kembali, Ruqqy rela mengajak gadis kampung itu untuk berjalan-jalan. Sebenarnya, ia bisa membeli ponsel baru tetapi warisan yang menjadi taruhannya. Terpaksa, Ruqqy menahan diri untuk tidak berkomunikasi dengan para kekasihnya.
"Cepet, nggak usah dandan lama-lama lo! Karena muka lo, bakal tetep keliatan burik!" teriak Ruqqy pada gadis yang masih bersiap-siap di dalam kamar.
Rossy mencebikkan bibir, lalu membuka pintu kamar. Ia tersenyum sinis ke arah pria yang menatapnya tanpa kedip. Asisten sang Kakek telah menyulapnya menjadi gadis yang cantik jelita.
"Saya tau, saya cantik. Masnya tolong kedip, terus itu mulutnya mingkem dong!" ucap Rossy membuatnya tersadar.
Ruqqy mengekori gadis yang berjalan dengan rasa percaya diri tinggi. Ia menahan tawa saat Rossy hampir terjatuh karena high heels yang dipakainya. Ia mengulurkan tangan pada Rossy yang masih berpegangan pada gagang pintu.
"Jalannya pelan-pelan, Mbak. Jangan buru-buru gitu, gue nggak gigit. Paling langsung nerkam," katanya membuat Rossy melotot. Gadis itu refleks mencubit lengan pria yang selalu memulai pertengkaran di antara mereka.
"Aduh, sakit, woy!" keluh Ruqqy saat Rossy mencubitnya dengan brutal.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati. Pria itu menutup pintu perlahan. Keputusannya yang ingin keluar mencari makanan, telah membuatnya menyaksikan kedekatan mereka yang diketahuinya sebagai mantan sepasang tunangan itu.
Tiba di parkiran pusat perbelanjaan, mereka disambut oleh seorang gadis yang berlari menghampiri Ruqqy. Pria itu terkejut akan kedatangan salah satu gadisnya. Ia melirik ke arah Rossy yang masih berada di dalam mobil. Ruqqy khawatir, jika gadis tersebut akan melaporkannya kepada sang kakek.
"Vano! Aku kangen banget sama kamu, Honey," ucapnya memeluk erat lengan Ruqqy.
Kemunculan Rossy dari dalam mobil membuat gadis itu melempar tatapan curiga pada kekasihnya. Rossy tersenyum sinis, lalu melepaskan tangan gadis tersebut dari lengan Ruqqy. Kemudian, ia yang berganti memeluk lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...