50. Meluapkan Isi Hati

333 18 1
                                    

Sudah satu minggu lamanya, seorang gadis mendekam dalam rumah. Tanpa berkeinginan untuk bertemu dengan siapa pun. Akan tetapi, hal itu berakhir lantaran Rolando memaksanya untuk hadir di acara makan malam bersama. Jika dirinya tidak hadir, kakek tua itu mengancam akan mengusirnya dari rumah yang selama ini ditempati selama melaksanakan misi. Raesa yang melihat ketidakberdayaan kakak perempuannya memekik tertahan. Karena akhirnya, Rossy dapat menampakkan diri.

"Mbak! Ayo cepetan! Aku udah ditelepon Mas Randi terus, nih!" teriak Raesa pada gadis yang berjalan lunglai keluar dari kamar.

"Sabar, Sa. Mbak mau kunci rumah dulu." Rossy menghela napas berat saat Raesa menunjukkan cengiran khasnya. Nona muda Richardson itu tak sabar bertemu dengan sang kakak yang sama-sama diundang dalam acara makan malam tersebut.

"Udah Mbak?" tanya Raesa dibalas anggukan oleh gadis yang langsung menggandeng tangannya.

Mereka menunggangi mobil jemputan Rolando. Selama perjalanan, senyum Raesa tak memudar. Sementara Rossy menampilkan raut murung di wajahnya. Membuat Riswan merasa keheranan. Tak biasanya gadis tersebut diam seribu bahasa.

Tak terasa mobil yang dikendarai oleh Riswan telah sampai di pekarangan rumah. Dengan sigap, pria itu turun dan membukakan pintu untuk dua nona tersebut. Rossy tersenyum tipis, lalu mengucapkan terima kasih yang hanya dibalas anggukan kepala oleh sang supir.

"Mbak kenapa, sih? Keliatannya nggak seneng gitu. Kalo Mbak nggak mau ketemu sama si mantan buaya, kita pulang aja, deh," seloroh Raesa dapat merasakan kegelisahan sang kakak.

Tinggal di atap yang sama setelah pulang dari desa, membuatnya mengetahui jika perubahan sikap Rossy yang lebih pendiam karena memikirkan cucu Rolando yang tak lagi terlihat batang hidungnya. Ruqqy seolah menghilang. Dan dapat dipastikan, jika pria itu akan ikut hadir. Mengingat Ruqqy adalah satu-satunya cucu yang dimiliki oleh tuan Roddick.

"Kita udah dandan cantik gini, masa pulang lagi, Sa? Mbak nggak papa kok. Udah yuk, kita masuk. Kayaknya kita dateng telat deh," cerocos Rossy yang tak mau mengecewakan sang adik.

Dua hari yang lalu, Randika pergi ke luar kota. Pria itu kembali sore tadi dan mereka bertemu di kediaman Roddick ini. Rossy tahu, jika setiap malam Raesa selalu uring-uringan. Meminta kakak laki-laki mereka segera pulang. Oleh karenanya, gadis itu sangat bersemangat hadir.

Suara heels menggema membuat sekelompok orang yang sudah terduduk manis di kursi ruang makan, seketika menoleh. Senyum yang semula menghiasi wajah dua gadis tersebut perlahan memudar. Keberadaan dua orang yang tak diharapkan memberikan dorongan pada mereka untuk memutar arah. Namun, Randika dengan cepat menghampiri dua adiknya dan menggiring mereka.

"Duduk," titahnya menatap Rossy dan Raesa yang masih bergeming.

Tersisa dua kursi kosong yang sepertinya sengaja disisakan untuk mereka. Raesa mengambil duduk di samping tuan Richardson, sedangkan Rossy duduk di samping ibu kandungnya. Dua gadis itu menatap intens sang tuan rumah yang diduga telah menyusun semua ini.

"Resti, cepat sajikan," titah Rolando pada sang asisten rumah tangga.

Makan malam berjalan lancar, tanpa adanya obrolan. Suasana begitu canggung. Namun, Rolando bersikap seperti biasa. Seolah tidak terjadi apa-apa di antara orangtua dan anak itu. Setelah selesai, ia memberi ruang kepada mereka untuk berbicara. Ruqqy yang merasa tidak ada sangkut-pautnya dengan permasalahan keluarga tersebut segera menyusul kepergian sang kakek.

Rossy terkekeh saat Ruqqy melewatinya begitu saja. Pria itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Apakah pria tersebut kecewa, karena untuk kedua kali ia menolak cintanya?

"Rossy, Mama ingin bicara," ucap Risma membuyarkan lamunan sang putri kandung.

"Oke," jawab Rossy hendak bangkit dari duduknya.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang