Jantung Rossy seolah berhenti berdetak. Ia meremas ujung pakaiannya. Rasa tak percaya memenuhi hatinya. Raesa yang menyadari keterkejutannya, langsung mengelus pundak gadis itu.
"Bukannya Mas Randi anti sama cewek?" tanyanya menatap nanar ke arah langit.
Raesa menundukkan kepala. "Rysa adalah alasan Mas Randi menutup hati, Mbak."
Rossy memejamkan matanya sesaat, kemudian memutuskan untuk pergi. Ia membutuhkan waktu untuk memantapkan hati. Rasa ketidakpercayaan dirinya kembali muncul. Gadis itu berjalan dengan tatapan kosong. Ruqqy dan tiga sahabatnya yang melihat, langsung berteriak saat Rossy hendak menabrak tiang listrik. Namun terlambat, kening mulusnya lebih dulu membentur tiang listrik tersebut.
"Aduh, sakit!" keluh Rossy sambil mengelus keningnya yang memerah.
Tawa yang menggema, membuat Rossy mendengkus kesal. Gadis itu menatap tajam ke arah mereka yang berjalan mendekat.
"Kasian banget nih, tiang listrik," ucap Ruqqy mengelus tiang listrik itu. Ia melempar tatapan mengejek pada Rossy yang mengepalkan tangannya erat.
"Coba dicek, Qy. Kali aja ada yang penyok!" seru Restu membuat Regina melepas tawa. Gadis itu menggelengkan kepala, merasa tak habis pikir. Dua sahabatnya tampak kompak mengerjai cucu angkat Rolando.
"Emang dasar kalian itu nyebelin, ya?!" pekik Rossy berancang memukul keduanya, tetapi mereka lebih dulu melarikan diri.
Raja menepuk pundak gadis yang tengah mengatur deru napasnya. "Udah, jangan emosi. Lo mau ikut makan mie ayam nggak? Gue yang traktir."
Rossy menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Gadis itu mengikuti langkah Raja yang memimpin jalan. Rasa kekesalannya semakin memuncak ketika melihat Ruqqy tengah bersama seorang gadis.
"Jadi, gue boleh minta nomer handphone lo?" tanya Ruqqy sembari menyodorkan ponsel pada gadis berambut sebahu itu.
Dengan malu-malu, gadis tersebut mengambil alih ponsel miliknya. Ruqqy memekik kesenangan, saat dirinya berhasil mendapatkan nomor handphone gadis yang akan menjadi targetnya selanjutnya.
"E-Eh, Ros! Mau kemana lo?" teriak Raja saat gadis yang tadi berada di sebelahnya beranjak pergi begitu saja.
Rossy muncul di belakang tubuh Ruqqy yang tersenyum senang. Ia menjewer telinga pria itu. Ruqqy mengaduh kesakitan dan berusaha melepas jeweran di telinganya.
"Bagus ya, kamu. Main di belakang aku. Baru aku tinggal sebentar aja, udah ngelirik cewek lain," omel Rossy yang berlakon menjadi seorang kekasih yang menangkap basah kekasihnya yang sedang berselingkuh.
Amarah Ruqqy memuncak. Ia menepis kasar tangan gadis yang telah berani menganggu aksinya. Raja yang melihat sahabatnya terselimuti amarah, langsung mendekati mereka.
"Gue pergi dulu ya, Van," pamit gadis tersebut yang membuat Rossy tersenyum puas.
Raja menarik tangan cucu angkat Rolando ke belakang tubuhnya. Ruqqy yang melihat sahabatnya mencoba melindungi gadis kampung itu, berusaha menyingkirkannya. Namun, Raja tetap dalam pendiriannya untuk melindungi Rossy.
"Minggir, bangsat!!" teriak Ruqqy mendorong tubuhnya.
Rossy melipat kedua tangannya di depan dada. Ia membalas tatapan tajam yang sejak tadi menyergapnya. "Cuma gara-gara cewek doang, Mas Ruqqy semarah ini sama saya?"
"Lo nggak tau seberapa berartinya cewek-cewek yang gue punya! Dan lo, dengan mudahnya hancurin hubungan di antara gue dan mereka!!" pekik Ruqqy melampiaskan amarah yang sempat terpendam.
"Mas, Saya juga cewek. Saya bisa ngerasain apa yang mereka rasain. Mas selingkuhi mereka. Mas permainin perasaan mereka. Dan Mas, nggak pernah serius dalam menjalin hubungan," ucap Rossy terjeda. Gadis itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Mas cuma jadiin mereka pelampiasan, 'kan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...