Rossy melepas tawa. Ia menggeleng tak percaya. Cucu kandung kakek Rolando memang tak pernah berubah. Dalam keadaan sakit saja masih bisa bersenda gurau. Namun, tatapan tajam yang menghujam membuat tawa Rossy terhenti. Gadis itu menelan ludah gugup. Ia tak pernah melihat Ruqqy seserius saat ini.
"Bercandanya Mas Ruqqy nggak lucu," timpalnya membuat Ruqqy hendak berbicara, tetapi suara bantingan pintu membuat mulutnya kembali terkatup.
Restu dan Regina tergopoh-gopoh menghampiri. Mereka menatap Ruqqy yang memejamkan mata sesaat. Dari hasil pengamatan keduanya, tak ada luka selain di kepala. Membuat mereka bernapas lega.
"Qy, lo kenapa bisa kecelakaan? Udah tau lagi sekarat gegara ditinggal Rossy, segala nekat mgendarain mobil. Keluar duit lagi 'kan Kakek Rolando untuk beresin mobil lo yang penyok," omel Regina yang bisa-bisanya memikirkan biaya dikeluarkan oleh Rolando.
Restu menoyor kepala sahabat perempuannya. "Yang harusnya lo khawatirin tuh si Ruqqy, Gin."
"Baik-baik aja tuh, anak. Cuma kepalanya aja 'kan yang luka!" seloroh Regina seraya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ia mencari sosok yang dimaksud oleh Raja. Namun, tak ada tanda-tanda keberadaan gadis tersebut di sini.
Ruqqy memijit pelipisnya. Ia merasa pening akibat percekcokan di antara mereka. Restu dan Regina yang merasa bersalah pun segera undur diri. Sayup-sayup, cucu kandung Rolando mendengar perbincangan tiga sahabatnya. Regina menuduh Raja berbohong mengenai Rossy yang sudah kembali.
"Udah pergi, Mas?" tanya Rossy pelan. Gadis itu melongokkan kepala, kemudian mengendap-endap mendekati brankar yang ditempati oleh Ruqqy. Ia menghela napas memandang cucu kandung Rolando yang terpejam.
Rossy tak mau berita tentang dirinya yang kembali diketahui oleh banyak orang. Cukup keluarga Roddrick dan orang yang mengabdi pada keluarga tersebut yang tahu. Rossy hanya ingin meminimalisir penangkapan yang mungkin bisa terjadi. Meski Rachel mengatakan jika tak ada pergerakan dari keluarga Richardson. Bahkan, sang tuan muda menarik diri dari lingkungan dan absen kerja di kantor.
Rachel menceritakan semua yang terjadi saat mereka berada di perjalanan menuju kota. Rossy yang tak memiliki kuasa untuk menolak perintah sang kakek, akhirnya kembali demi kesembuhan Ruqqy. Pria yang selama seminggu selalu dihantui rasa bersalah dan kecewa.
"Mas Ruqqy makan dulu, ya? Terus minum obat," ucap Rossy membujuk cucu kandung Rolando yang sudah beberapa hari ini dirawat di rumah sakit.
"Mual perut gue, Ros. Jangan paksa gue terus," tolak Ruqqy yang kondisinya jauh lebih membaik. Walaupun terus mengeluh mual karena sistem pencernaannya yang bermasalah.
Rossy menghela napas panjang. "Sedikit aja, Mas. Beberapa sendok aja nggak papa kok, yang penting perutnya ke isi."
Membujuk Ruqqy sama sulitnya seperti membujuk anak kecil yang sulit makan. Rossy merasa lelah karena terkurung di ruangan ini. Ia ditugaskan untuk mengurus cucu kandung Rolando. Jika bisa memilih, ia lebih suka mengejar Randika dari pada menghadapi Ruqqy yang dalam kondisi sehat atau pun sakit. Kedua kondisi itu sama-sama menguji kesabarannya.
"Mas jangan manja, deh. Saya tau Mas Ruqqy laper. Jadi jangan banyak alesan!" geram Rossy menahan rasa kesal yang menghinggapinya.
"Gue nggak laper," elak Ruqqy yang kemudian dipermalukan oleh bunyi perut yang begitu nyaring. Rossy tergelak menyaksikan wajah Ruqqy yang memerah hingga menjalar ke telinganya.
Rasa malu yang dirasakan seketika menghilang saat melihat gadis tertawa lepas. Tanpa sadar, Ruqqy menyunggingkan sudut bibir. Ia menyeka sudut mata Rossy yang berair, membuat gadis itu membeku.
"E-eh, maaf, Mas. Saya nggak maksud ngetawain Mas Ruqqy." Rossy memundurkan langkah sedikit menjauhi Ruqqy. Perasaan canggung yang akhir-akhir ini menyerang, kembali dirasakan. Sikap Ruqqy yang lebih baik dari sebelumnya, membuat Rossy bertanya-tanya. Tak mungkin dalam waktu seminggu, Ruqqy berubah begitu drastis menjadi lebih perhatian, peduli dan selalu menatapnya dengan tatapan teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...