21. Desakan Menikah

191 21 4
                                    

"Apa? Gue nggak denger?" tanya Ruqqy sambil mengorek telinganya.

Rossy memutar tubuh menghadap pria tersebut. "Mas harus mau berbagi Kakek sama saya. Karena Kakek Rolando juga, satu-satunya keluarga yang saya punya. Saya hidup sebatang kara, Mas."

Ruqqy tertawa kecil. Ia berjalan mendekati Rossy yang terdesak di meja. Gadis itu berusaha mendorong dada bidangnya, tetapi Ruqqy malah mencondongkan tubuhnya.

"Gue nggak peduli. Mau lo hidup sebatang kara atau apa, Kakek cuma milik gue, cucu kandungnya. Bukan cucu angkat yang nggak tau diri kayak lo!!" pekik Ruqqy, kemudian meninggalkan gadis yang melepas tawa.

"Seru juga ya, buat Mas Ruqqy marah." Rossy memegangi perutnya yang terasa sakit akibat terus tertawa.

Semua pekerjaan rumah sudah diselesaikan, Rossy pun bersiap-siap untuk pergi ke toko. Seperti biasa, Pak Riswan akan datang menjemputnya. Rossy mendengkus kesal melihat pria yang tengah bertelepon dengan raut wajah sumringah.

"Teleponan sama sama siapa, Mas?" tanya Rossy seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Pak Riswan nggak bisa jemput lo. Jadi, lo berangkat sendirian sana," ucap Ruqqy hendak melangkahkan kaki ke dalam rumah, tetapi terhenti karena ujung pakaiannya ditarik oleh cucu angkat sang kakek.

"Mas bohong, ya?" Tatapan menyelidik menyergap Ruqqy yang menghela napas. Pria itu menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh supir yang sudah lama mengabdi pada keluarga Roddrick.

Tiba-tiba, Rossy berlari menuju pria yang akan pergi bekerja. Ia tersenyum manis padanya. Kemudian, mengikutinya berjalan ke arah motor yang terparkir.

"Mas, saya boleh ikut sampe jalan raya depan komplek nggak? Pak Riswan nggak bisa jemput saya soalnya, Mas," ujar Rossy membujuknya.

Tak kunjung mendapat sahutan, Rossy menganggap jika pria itu mengizinkannya. Ia hendak mendudukkan dirinya di jok belakang, tetapi seseorang mencekal pergelangan tangannya.

"Ngapain sih, Mas? Ganggu pendekatan saya sama Mas Randi aja," gerutu Rossy menyentak tangan cucu kandung Rolando.

"Lo berangkat bareng gue!" tandasnya membuat Rossy tercengo.

Ruqqy menarik tangan gadis yang mencoba mendekati pria yang menjadi musuhnya itu. Ia menunjukkan jari tengahnya pada Randika yang terus menatap ke arah mereka.

"Mas Randi! Tolongin saya, Mas! Saya mau diculik sama rajanya buaya, Mas!!" teriak Rossy melongok keluar jendela mobil.

Randika tertawa kecil saat menyaksikan kepala gadis itu ditarik masuk oleh pria buaya darat itu. Tak mau mendengar percekcokan di antara mereka lebih lama, ia pun melajukan motornya. Meninggalkan Rossy yang menatap nanar kepergiannya.

"Turun dari mobil gue!" perintah Ruqqy menoleh ke arah gadis yang mengepalkan kedua tangan.

"Oh, jadi Mas Ruqqy bales dendam sama saya?!" bentaknya menahan amarah yang memburu.

"Itu akibatnya, karena lo udah hancurin hubungan percintaan gue!" pekik Ruqqy menatapnya penuh dendam.

Rossy membanting pintu mobil. Ia berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan segala umpatan yang sudah memenuhi hatinya. Demi pria tua itu, ia akan mengalah.

"Semoga harimu Senin terus, Mas!" teriak Rossy meluapkan amarah yang menguasai dirinya.

***

Seorang pria mematikan mesin motor, lalu melangkah memasuki rumah yang sudah lama tidak dikunjungi. Melihat sang putra datang, Tuan Richardson langsung menyambutnya hangat. Pria paruh baya itu berteriak memanggil istrinya yang berada di dapur.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang