28. Malam Minggu

137 17 6
                                    

"Qy! Ruqqy!!" teriak Raja sambil menggedor-gedor pintu rumah sahabatnya.

Jika saja, pintu berwarna hitam itu tak dikunci pasti dirinya sudah menerobos masuk. Menunggu hampir selama lima menit, akhirnya pintu terbuka. Menampilkan seorang pria yang sudah siap bermalam minggu bersama sahabat yang lain.

"Cabut," ucap Ruqqy melempar kunci mobil pada Raja yang sigap menangkap.

Langkah kaki pria buaya itu terhenti saat melihat Randika memakaikan helm di kepala gadis yang tersenyum lebar. Raja mengikuti arah pandangan sahabatnya. Ia tertawa kecil, lalu menyeretnya masuk ke dalam mobil.

"Nggak usah lo liatin terus. Si Rossy udah punya doi, Qy," papar Raja sambil menyalakan mesin kendaraan beroda empat yang mereka naiki.

Raja menyempatkan melirik gadis yang pernah menjadi tambatan hatinya. Ia telah merelakan Rossy bersama Randika. Sepasang kekasih itu tampak sangat serasi. Randika yang dingin dan irit bicara disandingkan dengan Rossy yang pandai mencari topik pembicaraan. Tak terasa, mereka tiba di restoran yang menjadi tempat pertemuan.

"Ayo Qy, cepetan!" Raja meneriaki sahabatnya yang masih terduduk di dalam mobil. Merasa tak ada pergerakan, ia pun membuka pintu mobil dan menariknya keluar. "Lo kenapa, sih? Nggak biasanya lo nggak bergairah gini," gerutunya merasa heran.

"Udah lama gue nggak ada mangsa, Ja. Malam ini kayaknya gue butuh seseorang. Persetan dengan rekaman video di bar itu," ujar Ruqqy segera memasuki restoran yang cukup ramai.

Senyum merekah terbit di wajah Regina. Gadis yang melambaikan tangan pada dua sahabatnya. Sudah lama sekali, mereka tidak berkumpul akibat kesibukan masing-masing.

"Kenapa tuh muka? Kecut amat, Qy?" tanya Restu mengangkat dagu ke arah Ruqqy yang baru saja menempati kursi di sebelah kirinya.

"Gue tau nih, lo kehabisan mangsa, ya?" terka Regina diiringi tawa renyah. "Banyak tuh cewek cantik di sini, samperin gih!"

"Makan aja dulu, Qy. Masalah mangsa lo bisa belakangan." Ruqqy menuruti perkataan Raja. Mereka mulai makan makanan masing-masing yang sudah dipesan sebelumnya oleh Regina. Gadis yang selalu memperhatikan penampilan agar selalu terlihat cantik. Membuat para lelaki tak bosan memandangnya. Seperti yang dilakukan Restu saat ini. Mencuri pandang pada Regina yang sibuk makan dan membalas pesan dengan sang kekasih.

Ruqqy merasa iba pada Restu yang memiliki cinta sepihak. Ia tahu, jika sahabatnya yang satu itu bertahun-tahun memendam rasa. Namun, takdir tak berpihak padanya. Ketiga lelaki itu masih setia dalam status jomlo mereka.

"Makan dulu diselesein, Gin. Baru lanjut chatting," tegur Ruqqy pada Regina yang cengengesan.

Suara tawa seorang gadis yang tak asing di telinga, membuat mereka mengalihkan pandangan ke sumber suara. Keempat orang tersebut terpaku pada Rossy yang berjalan sambil memeluk lengan Randika. Satu tangan gadis itu digunakan untuk menutup mulut agar tak kelepasan tertawa seperti tadi.

"Makasih, Mas," ujar Rossy pada sang kekasih yang telah menarik kursi dan mempersilakannya duduk.

Randika tersenyum dan mengangguk. Ia melambaikan pada pelayan yang cekatan mencatat pesanan mereka. Sembari menunggu, keduanya kembali bercengkrama. Seraya mengabaikan tatapan-tatapan iri yang sejak tadi tertuju pada mereka.

"Itu Rossy jadian sama si Randi?" tanya Restu tak percaya.

Raja berdeham. Lelaki itu merasa sesak melihat kemesraan mereka yang begitu menyiksa batinnya. "Ternyata patah hati sesakit ini, ya? Pantes aja, si Ruqqy kayak orang gila pas putus sama pacar-pacarnya."

"Raja, lo ngomong apa? Gue nggak denger jelas." Regina menatap manik matanya lekat.

Raja menggeleng. Ia mendongakkan kepala saat Ruqqy beranjak meninggalkan meja mereka. Cucu kandung kakek Rolando itu menuju salah satu meja yang terdapat seorang gadis. Tanpa bertanya, mereka dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh lelaki buaya darat cap rawa tersebut.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang