Ucapan Ruqqy terus terngiang di pikiran Rossy. Gadis itu tidak bisa tenang sampai malam hari, tetapi ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ia harus bisa mendapati Randika demi terbebas dari kontrak yang mengikatnya.
Rossy menghela napas panjang. Ia beranjak menuju meja yang ada di dalam kamar. Tangannya terulur meraih dokumen informasi tentang Randika, lalu membacanya dengan seksama.
"Oh, jadi, Mas Randi tinggal sendiri di rumahnya. Kakek hebat banget ya, bisa dapet informasi sedetail ini," ucapnya merasa kagum pada pria tua yang mengadopsinya.
Konsentrasi Rossy berakhir saat pintu kamarnya diketuk. Ia melempar dokumen tersebut dan berlari membuka pintu. Mata Rossy terbelalak mendapati Ruqqy yang bersandar pada dinding kamar.
"Mas kok, bisa masuk? Saya udah kunci pintu rumah loh!" pekiknya terkejut.
Ruqqy mengangkat sebelah alis memandang gadis yang berlari menuju pintu utama. Pintu tersebut masih terkunci, membuat Rossy melempar tatapan penuh curiga kepadanya.
"Apa?" Ruqqy mengangkat dagu ke arah gadis berkacak pinggang itu.
"Mas masuk lewat mana? Jangan-jangan, Mas sering masuk ke rumah ini tanpa sepengetahuan saya, ya?!" teriak Rossy dengan amarah memburu.
"Jangan banyak tanya, Kakek udah nunggu kita buat makan malem," tuturnya sambil menarik tangan Rossy menuju sebuah pintu yang bisa membuatnya bebas masuk ke rumah ini.
Rossy tidak mampu berkata-kata melihat sebuah pintu penghubung antara rumahnya dan rumah pria tersebut. Ruqqy menarik sudut bibir menatap wajah gadis yang tampak begitu terkejut. Mereka melangkah menuju ruang makan. Di sana, sudah ada Rolando yang menunggu keduanya.
"Kek, kok bisa ada pintu hubung sih! Kalo Mas Ruqqy apa-apain saya gimana?!" protesnya pada Ruqqy yang menatap intens ke arahnya.
"Nggak usah kepedean lo! Gue mana doyan sama cewek body triplek kayak lo!!" pekik Ruqqy mengamati gadis yang masih berdiri di sebelah sang Kakek.
"Mas nggak usah menghina fisik saya. Mau saya body triplek atau body apa, kalo Masnya lagi khilaf, kesucian saya yang terancam!!" seru Rossy mengkhawatirkan sesuatu yang buruk terjadi diantara mereka.
"Nggak akan! Gue nggak nafsu sama lo!!"
Rolando menatap kedua cucunya yang saling menatap sengit. Ia menyuruh mereka untuk duduk, lalu memulai makan malam. Kedatangan Rossy di keluarga Roddrick, telah meramaikan suasana yang setiap hari selalu sepi. Ia dan cucunya sama-sama sibuk bekerja.
"Kalian itu yang akur. Jangan ribut terus," tuturnya menasehati kedua cucunya yang saling memandang. Kemudian, mereka memalingkan wajah secara bersamaan.
Cucu Rolando yang biasanya tergila-gila pada seorang gadis, kini malah menunjukkan rasa bencinya secara terang-terangan. Rossy memang berbeda dengan gadis-gadis Ruqqy yang memiliki paras kecantikan di atas rata-rata, tetapi gadis itu memiliki daya tarik tersendiri.
"Masalahnya tuh, Kek, Mas Ruqqy duluan yang cari gara-gara," seloroh Rossy menyalahkan cucu kandung pria tua yang mengadopsinya.
"Apaan lo, main salahin gue—" Ucapan Ruqqy terpotong akibat suara gebrakan meja. Ia dan cucu angkat kakeknya langsung terdiam, tidak berani menatap Rolando yang murka.
"Ruqqy, kamu pindah ke ruang tengah dan kamu pindah ke dapur!" perintah Rolando membuat keduanya beranjak ke tempat yang ditunjuk.
Rolando mengelus dadanya berkali-kali. Ia kembali melanjutkan kegiatan makannya yang terhenti atas ulah mereka. Cucu kandung dan cucu angkatnya berhasil membuatnya naik darah. Seusai makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah. Rolando sengaja mengajak keduanya untuk menonton televisi bersama. Berharap, hal tersebut dapat membuat mereka akur dengan kebersamaan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...