Seorang gadis dengan semangat pagi, menunggu seorang pria yang berada di dalam rumahnya. Ia sudah siap berolahraga bersama pria yang semalam terpesona padanya. Mengingat hal itu, membuat Rossy tersenyum-senyum sendiri. Raut wajah terkejutnya, masih teringat jelas diingatannya.
"Nggak sia-sia, Kakek modalin aku supaya keliatan cantik," gumam Rossy terkekeh.
Randika terkejut melihat seorang gadis duduk di kursi teras. Ia menduga jika gadis tersebut adalah gadis yang dikirim oleh sang Mama. Namun, dugaannya ternyata salah. Ia menghela napas panjang saat gadis itu menoleh ke arahnya.
"Selamat pagi, Mas Randi," sapa Rossy tersenyum manis.
Tak diladeni oleh Randika, tak membuat Rossy menyerah. Melihat Randika yang berlari kecil meninggalkan area perumahan kompleks, Rossy pun bergegas menyusul. Gadis itu terus mengukir senyum di wajah cantiknya. Randika menggelengkan kepala menyaksikan keanehan gadis yang sayangnya adalah tetangga sebelah rumahnya.
"Mas suka olahraga ya?" tanya Rossy meliriknya sekilas. "Pantes sih, badan Mas Randi keliatan kekar," lanjutnya menjawab pertanyaannya sendiri.
Randika menoleh ke arah kanan dan kiri jalan raya. Setelah memastikan tidak ada kendaraan yang berlalu-lalang, ia hendak menyeberang. Namun terhenti, karena sebuah teriakan seorang gadis di belakangnya.
"Mas, Mas, tungguin dong! Saya nggak bisa nyeberang!!" teriak Rossy tergopoh menyusulnya. Ia memegang ujung pakaian Randika saat mereka menyeberang jalan.
Setibanya di taman, Randika langsung melanjutkan kegiatan jogingnya. Rossy yang tidak memiliki kebugaran jasmani, tampak terduduk di bangku dengan mata yang terus menatap ke arah Randika. Gadis itu takut ditinggal oleh manusia kutub tersebut.
"Mas, saya beli minum dulu, ya!" teriak Rossy, kemudian beranjak membeli air minum.
Setelah mendapatkan dua botol air mineral, ia kembali mendudukkan pantatnya di bangku tadi. Rossy mengedarkan pandangannya ke sekitar. Seketika, hatinya memanas melihat banyak pasang kekasih yang joging bersama. Ia yang tidak mau disangka jomlo, langsung menghampiri pria yang tengah duduk di rerumputan taman iti.
"Minumnya, Mas," ucap Rossy memberikan sebotol air mineral padanya.
Randika mengambil air tersebut, kemudian meminumnya. Rossy yang melihat jakun pria itu naik turun dibuat menelan ludah. Ia yang tidak kuat ingin berteriak, segera memalingkan wajah. Rossy harus bisa menahan diri. Ia tidak boleh kelepasan berteriak atau lainnya.
"Thanks." Ucapan Randika berhasil membuat Rossy menoleh. Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Ia merasa jika Randika sedikit berubah lunak. Pria tersebut mulai mau berbicara dengannya.
"Iya Mas, sama-sama," sahut Rossy seraya membuka tutup botol air mineralnya, tetapi tak kunjung berhasil. Telapak tangannya telah basah karena menahan gugup. Tiba-tiba, Randika merebut botol air mineralnya, lalu membuka segel pada tutup botol. Senyum Rossy semakin melebar saat Randika menyodorkan air mineral yang sudah dibuka itu padanya.
Randika beranjak meninggalkan gadis yang tengah kegirangan. Ia melangkah menuju rekan kerjanya yang tengah duduk di bawah pohon. Ia meminta izin pada kekasih rekannya untuk berbicara berdua. Randika tak akan menemui seseorang, jika bukan karena masalah pekerjaan. Rossy mengamati mereka dari tempatnya terduduk. Ia menopang dagu seraya menatap wajah tanpa ekspresi itu.
"Mas Randi ganteng banget sih, kepengen deh, jadi pacarnya," celetuk Rossy terhanyut menikmati ketampanannya.
"Boleh. Aku izinin kok, Mbak," sahut seseorang membuat Rossy terperanjat.
Raesa tertawa melihat Rossy yang memegangi dadanya yang berdebar kencang. Tawa Raesa semakin keras saat Rossy memukul pelan lengannya. Rossy memasang raut cemberut. Ia merajuk pada calon adik iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...