12. Imbalan

213 23 1
                                    

Kabar buruk yang menimpa Ruqqy sudah sampai ke telinga sang kakek dan cucu angkatnya. Rossy merasa puas atas akan hal yang terjadi pada buaya darat tersebut.  Ia harap, satu per satu gadis mengundurkan diri sebagai kekasih pria itu.

Setelah selesai bekerja, Rossy pun berpamitan pada mereka yang telah mengajarinya membuat kue. Hari ini, ia ditetapkan sebagai karyawan. Bukan sebagai bos, seperti yang dikatakan oleh Rolando. Gadis kepercayaan pria tua itu tidak akan membiarkan Rossy merebut posisinya. Rossy yang sejak awal tidak menginginkan posisi tinggi, merasa biasa saja saat Renata memberinya seragam karyawan.

"Rifa, saya duluan ya!" pamit Rossy melambaikan tangan padanya.

"Iya Mbak, hati-hati," sahut Rifa membalas lambaian tangannya pula.

Rossy dijemput oleh Pak Riswan. Pria yang telah menjadi supir pribadinya. Selama perjalanan, mereka terus mengobrol. Membahas segala hal seputar keluarga Roddrick. Rossy merasa takjub pada Rolando yang mampu mengurus perusahaan di tengah usianya yang semakin tua.

Tanpa terasa, mereka sudah tiba di halaman rumah. Rossy langsung keluar dari mobil, tanpa menunggu dibukakan olehnya. Ia tak mau diperlakukan layaknya seorang nona pada umumnya. Mengingat, status aslinya yang hanya menumpang hidup dengan mengabdikan diri kepada kakek Rolando.

"Aduh, Non, maaf ya, saya telat bukain pintu buat Non Rossy, " ucap Pak Riswan merasa tak enak hati.

"Nggak papa, Pak. Santai aja, nggak usah ngerasa nggak enak gitu" sahut Rossy tersenyum. "Kalo begitu, saya masuk dulu ya, Pak," Rossy berpamitan dan meninggalkan Pak Riswan yang menganggukkan kepala.

Rossy langsung membersihkan diri, lalu memakan cemilan. Perutnya terasa lapar, tetapi dirinya malas memasak. Kemudian, ia melangkah keluar rumah. Rossy berniat menunggu cucu kandung kakeknya pulang. Ia merasa penasaran dengan keadaannya yang kehilangan empat gadis sekaligus.

Tatapan gadis itu beralih pada halaman rumah Randika yang terdapat banyak dedaunan kering yang berserakan. Ia berinisiatif untuk membersihkannya. Kemudian, ia berpindah haluan dengan menunggu kepulangan Randika di teras rumah.

"Mas Randi!" teriak Rossy bangkit dari duduknya. Ia melambaikan tangan pada pria yang berjalan mendekatinya.

"Mas, saya udah bersihin halaman rumah Mas Randi. Gimana, bersihkan?" tanyanya pada Randika yang mengamati halaman rumah yang sudah bersih.

"Iya," jawab Randika singkat.

Rossy menggembungkan pipinya. Ia menatap Randika yang terduduk di kursi sebelahnya. Pria itu tengah mengecek ponsel, kemudian bangkit membuka pintu rumah. Rossy yang tidak ingin Randika pergi begitu saja, segera menarik kemejanya.

"Mas, masa nggak bilang makasih, sih!" protes Rossy. Ia mengerucutkan bibir saat pria itu menyingkirkan tangannya dari kemeja yang dikenakan.

"Makasih," ucapnya membuat Rossy berjingkrak kegirangan. Ia berlari menyusul Randika yang tampak terkejut dengan kemunculannya.

"Mas, masa cuma makasih doang," seloroh Rossy mengharapkan sebuah imbalan dari kebaikan yang dilakukan.

Randika meraih dompetnya dan memberikan selembar rupiah berwarna merah pada gadis aneh itu. Ia mengerutkan kening saat Rossy tak kunjung mengambil uang tersebut.

"Saya nggak minta bayaran kok, Mas. Saya cuma mau minta follback sama nomor telepon Mas Randi aja, hehe..."

Tak ingin berlama-lama dengan gadis aneh sepertinya, Randika pun memberikan ponselnya. Dengan cepat, Rossy membuka sosial media milik pria tersebut, lalu mengikuti balik akun sosial medianya. Selain itu, ia juga menyimpan nomor Randika di ponselnya. Gadis itu terkikik saat panggilan telepon yang dilakukannya tersambung.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang