29. Rumah Sakit

130 18 5
                                    

"Mas jangan kayak gini, nanti ada yang liat," tegur Rossy merasa tak nyaman. Ia masih berusaha menyingkirkan tubuh Ruqqy yang sama sekali tak bergerak setelah dirinya mengerahkan seluruh tenaga.

"Kenapa? Takut pacar lo salah paham?" Ruqqy tersenyum menyeringai saat gadis itu mengangguk. "Sebegitu cintanya lo sama dia, sampe nggak tau diri kayak gini!"

Dahi Rossy mengerut. Ia memicingkan mata menatap wajah cucu kandung Rolando. Setelah puas bertatapan, Ruqqy membebaskan Rossy yang langsung bernapas lega. Gadis tersebut berniat melarikan diri, tetapi terurung saat Ruqqy menyodorkan sebuah ponsel padanya.

"Kakek dirawat di rumah sakit. Tante Rachel udah telepon lo berkali-kali, tapi lo sama sekali nggak jawab. Apa berduaan sama manusia kutub itu lo jadi lupa segalanya?!" bentak Ruqqy cukup kecewa.

Jika bukan karena Raja yang memberitahu, ia tak akan pernah tahu jika kakeknya dirawat di rumah sakit. Ponsel milik Ruqqy hilang saat di taman tadi sore. Ia menduga jika kakek Rolando sempat menghubungi cucu angkatnya, tetapi panggilannya tak dijawab. Sehingga, berakhir menghubungi sang asisten. Rachel yang ingin memberitahu kabar buruk pun menjadi ketar-ketir karena tak mendapat balasan dari Rossy. Teringat jika malam minggu adalah waktu berkumpul Ruqqy bersama teman-temannya, wanita itu pun memutuskan untuk menghubungi Raja-asisten sekaligus sahabat cucu sang tuan.

"Maaf, Mas. Hp saya dimode silent," ucapnya penuh sesal setelah melihat puluhan panggilan dan pesan dari asisten pribadi kakek Rolando.

"Sekarang, lo ikut gue ke rumah sakit. Gue nggak nerima penolakan!" tukas Ruqqy melenggang pergi. Ia ingin mengembalikan ponsel Raja dan berpamitan pada mereka.

Rossy mengusap jejak air mata. Ia menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Randika tidak boleh curiga jika dirinya baru saja menangis. Sudut bibirnya tertarik kala bersitatap dengan manik mata hitam Randika yang sejak tadi menunggunya.

"Mas, maaf aku pulang duluan, ya? Aku ada keperluan mendesak." Rossy melirik sekilas ke arah lelaki yang sudah beranjak dari restoran ini. "Mas Randi nggak perlu anter aku. Aku udah pesan ojol."

Randika memandang kepergian gadisnya dalam diam. Tanpa berkata, ia meletakkan beberapa lembar rupiah dan menyusulnya. Matanya menyipit melihat sang kekasih masuk ke dalam mobil pria buaya darat yang menjadi musuh bebuyutannya.

Getaran ponsel membuat Randika tersadar dari lamunan. Ia tersenyum tipis membaca pesan yang dikirimkan Rossy padanya. Gadis itu telah membuat rasa kecewa dan khawatirnya menghilang.

"Terima kasih udah mau jujur, Ros," gumam Randika menatap nanar kendaraan beroda empat yang melaju meninggalkan area parkir restoran.

My Rose❤️

|Mas, Kakek Rolando masuk RS. Aku nggak jadi naik ojol karena Mas Ruqqy maksa pergi bareng

|Maaf, aku nggak bisa jelasin tadi

|Jujur, aja aku takut Mas Randi nggak kasih ijin. Karena setau aku, perusahaan kalian itu saingan

|Jadi, Mas maafin aku ya? Nanti besok aku buatin sarapan deh

|Gimana Mas? Setuju nggak?

Rossy menghela napas panjang. Setelah berdebat dengan hati dan pikiran, akhirnya ia mengirimkan pesan beruntun tersebut. Sudut bibirnya tertarik mendapat balasan singkat yang cukup menggambarkan bahwa kekasihnya tidak marah atau pun kecewa.

"Udah gila lo, senyum-senyum sendiri?" tanya Ruqqy sinis.

"Ya begitulah, Mas. Saya tergila-gila sama Mas Randi," sahut Rossy mengerlingkan sebelah matanya.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang