Seorang pria membuka pintu kamar adik perempuannya. Ia mengambil duduk di pinggiran kasur seraya mengelus puncak kepala gadis yang masih terlelap. Dengan lembut, ia membangunkan Raesa yang mulai terusik. Gadis itu membuka matanya perlahan dan mendapati sesosok pria yang tersenyum manis di tengah duka yang melanda.
"Selamat pagi, Sa. Ayo cepetan, bangun. Kamu mandi dulu sana, Kak Randi udah siapin sarapan," tutur Randika membantu sang adik merubah posisi menjadi duduk. Kemudian beranjak meninggalkan kamar yang baru pertama kali ditempati oleh Raesa.
Gadis yang mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar ini. Ia mengulum senyum menyadari jika kamar bernuansa merah jambu ini didesain khusus untuknya. Pria yang ternyata kakak tirinya itu sangat menyayangi gadis bernasib malang seperti Raesa.
"Raesa cepetan! Keburu dingin sarapannya!" teriak Randika membuat gadis itu berlari menuju kamar mandi.
Sembari menunggu adiknya membersihkan diri, Randika termenung memikirkan kejadian semalam. Ia tersenyum kecut, kemudian terkekeh. "Kalian sangat hebat menyembunyikan semua ini. Aku salut."
"Kak," panggil Raesa pada sang kakak laki-laki yang terhanyut dalam lamunan. "Kak Randi!"
Randika terkesiap. Lalu menatap gadis yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya. "A-ayo sarapan," ajak Randika dibalas anggukan pelan oleh sang adik.
Di pagi yang cerah ini, mereka menghabiskan sarapan dalam keheningan. Hanya dentingan sendok yang terdengar. Raesa mencuri pandang pada sang kakak yang telah menghabiskan sepiring nasi goreng. Sementara dirinya baru memakan setengah. Ia sudah tidak nafsu saat teringat kejadian semalam.
"Sampe kapan kita di sini, Kak? Papa nggak akan menemukan kita, 'kan?" tanya Raesa belum siap jika harus bertemu kedua orangtua mereka.
"Mungkin seminggu ke depan atau lebih. Kak Randi masih butuh waktu untuk sembuhin luka hati yang nggak main-main ini, Sa," jawab Randika membuat sang adik mengerutkan kening bingung.
"Luka hati? Hati Raesa yang lebih terluka dari Kak Randi," seloroh gadis yang tak mengetahui jika kakak laki-lakinya mendapatkan sebuah kenyataan yang menyakitkan.
Randika tersenyum masam. "Mungkin. Asal kamu tau, Sa. Rossy adalah adik kandung Kak Randi."
Raesa tak mampu berkata-kata. Ia berhambur memeluk tubuh kakak laki-lakinya yang berpura-pura tegar atas apa yang terjadi. Kekecewaan yang dirinya rasakan, tak sebanding dengan sang kakak. Dipisahkan dengan ayah dan adiknya. Menganggap kedua orangtuanya sebagai orangtua terbaik. Akan tetapi, kenyataannya justru terbalik. Kemudian merasakan cinta untuk kali pertama, yang ternyata adalah cinta adik kandungnya sendiri.
"Takdir sangat mempermainkan kita, Sa! Entah, hal apa lagi yang mereka sembunyikan. Tapi Kak Randi janji, akan selalu ada untuk kamu." Randika mengecup puncak kepala sang adik. Ia masih membutuhkan waktu untuk menerima Rossy sebagai adik kandungnya. Karena selama ini, ia tak mengingat apa pun tentang masa kecilnya sebelum kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang telah merenggut semua memorinya bersama sang ayah dan adik kecilnya. Lalu dimanfaatkan oleh tuan dan nyonya Richardson yang tidak pernah menceritakan tentang dua sosok berharga di dalam hidupnya seolah mereka tak pernah ada. "Kak Randi sayang Raesa."
"Raesa juga sayang Kak Randi. Kita sama-sama sembuhin hati, ya, Kak?" ucap Raesa mendongak-menatap wajah kakak laki-lakinya yang tersenyum tipis, lalu mengangguk.
***
Ketenangan yang dibangun oleh Ruqqy, Rolando, dan Rachel hancur saat kedatangan seorang wanita yang langsung menerobos masuk ke dalam kediaman Roddick. Rossy yang hendak menyantap hidangan yang disajikan Bi Resti terpaksa terurung. Ia melempar sendok, lalu berlari secepat kilat menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Kontrak
Teen FictionRossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan kampung di kampungnya. Tak menyangka, ia justru diangkat menjadi seorang cucu. Jeratan ibu tirinya...