07. Di Taman Kota

244 26 1
                                    

Setelah kejadian semalam, Rossy mendapatkan misi baru. Sebuah misi yang enggan dilakukannya. Jika mengejar cinta Randika, ia akan berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, untuk masalah Ruqqy, ia tidak yakin. Pria buaya darat itu sangat sulit ditaklukkan.

"Nona Rossy?" panggil seseorang membuat lamunan Rossy membuyar.

"Iya, Pa." Rossy bangkit dari duduknya dan melangkah mengikuti sang supir yang berjalan menuju mobil berwarna putih yang berhenti di depan rumah.

Rossy tersenyum saat sang supir membukakan pintu mobil untuknya. Baru saja ia akan melangkah masuk, tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya. Rossy berteriak saat dirinya jatuh terjerembab ke tanah. Pak Roni yang melihat Nona barunya terjatuh, segera menolong. Keduanya mengalihkan pandangan saat mendengar deru mesin yang menjauh. Ruqqy, pria itu telah membawa pergi mobil yang seharusnya mengantarkan Rossy pada sang Kakek yang sudah sejak tadi menunggu.

"Mas Ruqqy!!" teriak Rossy seraya menghentak-hentakkan kakinya di tanah.

Setelah kejadian naas yang menimpanya, Rossy menolak untuk pergi. Pak Roni sudah membujuknya dengan mengatakan jika akan ada supir lain yang datang menjemput, tetapi Rossy tetap dalam pendiriannya.

"Nona," panggil Pak Roni yang masih setia berdiri di depan pintu yang tertutup rapat.

"Nggak mau, Pak! Lutut saya sakit," tolak Rossy berteriak. "Bilangin aja ke Kakek Rolando, kalo saya nggak bisa dateng!"

Dalam dua hari berturut-turut, Rossy terjatuh. Rasa sakit di pantatnya masih belum hilang dan sekarang lututnya terluka. Rasa benci yang tertanam di hatinya semakin tumbuh subur. Ruqqy telah memberinya banyak kesulitan. Pria itu sangat tidak pantas menerima perlakuan baik darinya.

"Rossy..." panggil seorang wanita membuat Rossy menoleh ke sumber suara.

Rachel, asisten pribadi sang Kakek tiba dengan sebuah kotak bekal di tangannya. Seketika, rasa sakit yang Rossy rasakan menghilang. Ia terfokus menatap kotak bekal tersebut. Rossy bersorak kegirangan saat Rachel memberikan kotak bekal itu padanya. Dengan semangat, ia memakan nasi goreng yang dimasak langsung oleh wanita yang usianya sepuluh tahun lebih tua darinya.

"Tante, sekali lagi, makasih ya!" ucap Rossy disela makannya.

"Iya, Sayang," sahut Rachel seraya menarik sudut bibirnya.

Rossy melirik asisten Rolando yang bangkit dari duduknya. Wanita itu berjalan ke arah pintu utama dan kembali masuk dengan beberapa orang di belakangnya. Rossy mengerutkan kening melihat kantong-kantong plastik besar yang dibawa oleh mereka. Ia yang cukup penasaran pun menyusul Rachel ke dapur.

"Tante," panggil Rossy pada wanita yang mengangkat panggilan telepon dari sang tuan. Wanita itu melangkah menjauh dari mereka semua.

"Rossy, Tante sudah belanja semua kebutuhan dapur. Kamu bisa masak sendiri, kan? Atau kamu mau dicarikan pembantu? Kalo kamu mau, nanti Tante sampaikan pada Tuan," tutur Rachel seusai bertelepon.

"Nggak perlu, Tante. Saya bisa masak sendiri," jawab Rossy yang tak ingin merepotkannya lagi.

"Oke, Tante harus pergi sekarang. Kamu jangan lupa temuin Tuan. Nanti ada supir yang jemput kamu," ucapnya, kemudian mengecup kening Rossy dan berpamitan pergi.

Sudut bibir gadis yang selama ini hidup dalam siksaan ibu tirinya tertarik membentuk senyuman manis. Rossy menatap kepergian Rachel dengan rasa bahagia yang menyelimuti hati. "Makasih, Tante."

Mulai saat ini, Rossy tidak akan kelaparan dan kesusahan mencari makanan. Rolando memang mengurusnya dengan baik. Membuat Rossy ingin membalas kebaikannya dengan memberikan apa yang diinginkannya. Meski tersadar, bahwa yang dilakukannya nanti adalah sebuah kejahatan.

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang