41. Kembali Bersama

136 17 4
                                    

Rencana menginap terpaksa terurung saat mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Yang ternyata pemilik nomor tersebut adalah Raja. Pria yang menjadi sahabat cucu kakek Rolando mengabarkan bahwa Ruqqy kembali mengurung diri sejak pagi. Karena merasa bersalah atas penolakan cintanya, Rossy pun memutuskan kembali ke kota.

Mereka tiba di Jakarta pada pukul sepuluh malam. Riswan sudah berusaha membangunkan sang nona, tetapi nonanya itu sangat nyenyak tertidur. Merasa bingung harus berbuat apa, ia pun berlari menuju rumah cucu sang tuan.

"Mas Raja, itu Non Rossy ketiduran di mobil," ujarnya pada pria yang sejak tadi menunggu di ruang tamu.

"Saya panggil Ruqqy dulu sebentar," sahut Raja melangkah lebar ke kamar pria yang menatap datar mobil yang berhenti di depan rumah sebelah. Terlarut memandangi kendaraan beroda empat itu membuat Ruqqy tak menyadari jika sahabatnya mengetuk pintu dan memanggil namanya berkali-kali.

Rossy menggeliat kecil, perlahan matanya terbuka. Ia terkesiap saat tak menemukan sang supir di kursi kemudi. Gadis itu terburu-buru keluar dari mobil. Rossy memejamkan mata sejenak kala rasa pening menyerang kepalanya. Namun, ia dikejutkan oleh teriakan seseorang. Belum sempat ia menoleh, seseorang itu lebih dulu memeluk erat tubuhnya

"M-mas Randi," gumam Rossy dengan suara bergetar.

Randika melepaskan pelukan. Pria itu memutar tubuh sang gadis agar menghadap dirinya, kemudian ia kembali memeluk Rossy. Perasaan sepasang kekasih yang kembali bertemu untuk melepas rindu itu sangat campur aduk.

"Aku udah tau semuanya. Kakek Rolando sudah menjelaskannya," bisik Randika membuat tangis sang gadis semakin pecah.

Sepasang mata menyaksikan mereka dengan sorot kecewa. Kedua tangannya terkepal erat. Rasa sesak mulai menyelimuti dadanya. Ia merasa sangat sakit hati. Gadis yang membuatnya gelisah, galau, dan merana, malah kembali ke dalam pelukan musuh bebuyutannya.

"Kenapa juga gue harus cinta sama lo, Ros?!" gumam Ruqqy tersenyum miris.

Pria itu menutup tirai jendela secara kasar, lalu menjatuhkan diri di atas kasur. Ia menduga jika sang kakek telah melaksanakan permintaannya beberapa hari yang lalu untuk mengembalikan sesuatu yang bukan milik mereka. Hal yang menjadi faktor utama bersatunya kembali sepasang kekasih itu.

"Qy, lo baik-baik aja 'kan di dalem? Pak Riswan bilang Rossy ketiduran di mobil. Lo aja gih, yang gendong dia!" teriak Raja yang tak menyerah membujuk Ruqqy yang keras kepala.

"Nggak perlu. Lo liat sendiri aja di luar," sahut Ruqqy membuat sahabatnya mengerutkan kening.

Tanpa banyak bertanya, Raja pun berlari keluar rumah. Tubuhnya mematung melihat dua insan yang masih berpelukan dengan deraian air mata yang membasahi pipi mereka. Pantas saja suasana hati mantan buaya itu semakin memburuk.

"Woy! Liat tempat kalo mau mesra-mesraan! Kagak liat tuh, ditonton sama tetangga depan kompleks!!" teriak Raja menyadarkan mereka yang langsung melepas pelukan.

Randika tertawa kecil melihat semburat merah di pipi gadis yang kembali ditetapkan sebagai kekasihnya. Kemudian pandangannya beralih pada Raja yang tampak tersulut emosi. Ia tersenyum canggung, lalu merengkuh bahu Rossy dan menggiring gadis itu menuju teras rumah.

Mereka duduk berhadapan dengan saling memandang. Dua anak sungai masih terus mendesak keluar. Randika menggelengkan kepala seraya mengusap jejak air mata sang kekasih. Sudut bibir sejoli itu tertarik membentuk senyuman indah.

"Maafin aku, Mas." Rossy menundukkan kepala. Merasa sangat bersalah atas pengkhianatan yang dilakukan.

Randika menggeleng, "Bukan salah kamu. Masalah ini udah selesai. Kakek Rolando udah mengakui kalo kamu itu cuma dijadikan pion atas rencana jahatnya. Kamu nggak perlu minta maaf lagi. Sekarang, kita bisa melanjutkan hubungan ini, 'kan? Kamu beneran cinta sama aku 'kan, Ros? Bukan semata-mata misi dari kontrak itu aja?"

"Apa Mas lupa, aku pernah bilang, kalo aku tulus cinta sama Mas Randi," seloroh Rossy tersenyum manis.

Untuk ketiga kali, mereka berpelukan. Raja yang sejak tadi menyaksikan, memutar bola matanya malas. Hatinya terbakar melihat kemesraan mereka. Apalagi saat gadis itu berpindah duduk di pangkuan Randika. Sepasang sejoli itu benar-benar menganggap dunia milik berdua.

"Mas." Randika mengangkat sebelah alis. Ia memejamkan mata saat tangan lentik sang kekasih mengelus lembut pipi kanannya. "selama ini Mas Randi pasti tersiksa, ya? Maafin aku, Mas. Aku udah buat Mas Randi kacau."

"Hei, dengerin aku, aku nggak papa. Hitung-hitung merasakan kehancuran dikhianati pasangan. Tapi itu semua udah berlalu. Kamu nggak salah, Sayang," ucap Randika membuat kekasihnya menegang.

Sementara di balik pilar seorang pria menahan diri untuk tidak muntah. Merasa jijik mendengar panggilan yang menggelikan itu. Manusia kutub tersebut sangat tidak cocok bersikap romantis. Namun, jika ditilik lebih jauh, kondisi fisik Randika dan Ruqqy tak kalah berbeda. Dua pria tersebut sama-sama kacau setelah kepergian cucu angkat kakek Rolando.

"Ngenes banget, sih, sahabat gue. Sekalinya ngerasain cinta, malah kejebak cinta segitiga," gerutu Raja yang mengetahui bila selama ini Ruqqy tak menyertakan hati saat menjalin hubungan asmara dengan para gadis.

Pelukan hangat yang dirasakan membuat Rossy menyandarkan kepala di dada bidang Randika. Ia meremas kerah baju sang kekasih, mencoba menekan rasa bersalah yang lagi-lagi menghinggapi hatinya.

"Mas, apa mama dan papa tau?" tanya Rossy pelan.

Randika mengangguk pelan. Ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah sang gadis. "Tau. Mereka malah suruh aku datengi kamu. Dan liat, aku beneran dateng, 'kan?"

"Mereka nggak marah?" cicit Rossy sepenuhnya belum percaya.

"Nggak, Sayang. Mereka juga anggap kamu sebagai korban. Mereka restuin hubungan kita. Nanti kami bakal ke rumah kakek Rolando untuk ngelamar kamu. Bagaimanapun juga, beliau yang jadi wali kamu sekarang," jelas Randika pada gadis yang tak bisa membendung buliran bening yang terus mendesak keluar.

Raja melotot. Ia menatap tak percaya ke arah sepasang sejoli itu. "Anjir! Udah pengen lamaran aja tuh mereka. Gue nggak bisa diem aja. Gue harus kasih tau Ruqqy, tapi kalo dikasih tau, tuh anak bakal nambah-nambah galaunya."

Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk merahasiakan tentang lamaran Randika kepada gadis yang pernah menjadi tambatan hatinya. Ia kecewa, tetapi tak terlalu kecewa. Rasa yang dimilikinya belum menjadi cinta. Sementara Ruqqy sudah melabuhkan cinta sesungguhnya pada gadis tersebut.

"Apa Mas Randi serius? Aku nggak mau buat Mas kecewa untuk kedua kali. Aku mohon untuk pikirin lagi. Masih ada waktu kalo Mas Randi berubah pikiran," papar Rossy yang tak mau jika keluarga Richardson menyesal karena menerima dirinya sebagai menantu mereka.

"Apa maksud kamu, Ros? Aku benar-benar serius ingin menikahi kamu. Sebagai tanda keseriusan aku akan dateng ke rumah kakek," tandas Randika membuat kekasihnya tak bisa berkata-kata lagi.

Suasana hening membuat malam ini terasa lebih sunyi. Sepasang sejoli itu terdiam dengan pikiran masing-masing. Raja yang mulai lelah menyaksikan perdebatan mereka memilih duduk bersandar pada pilar. Ia memandang lurus Rossy yang masih berada di pangkuan Randika. Sejenak, ia merasa jika manusia kutub itu berubah. Semula yang anti dengan seorang gadis, malah sekarang begitu menempel dengan Rossy.

Terlarut memikirkan mereka tak menyadarkan bahwa Randika menatap dalam kekasihnya yang mendongakkan kepala. Sebuah dorongan membuat Randika mendekatkan bibirnya pada bibir gadis yang memejamkan mata. Untuk kesekian kali, mereka berbuat mesum di depan umum. Meskipun sepi, tak seharusnya Randika melakukan hal tersebut pada kekasihnya. Beberapa centi lagi bibir mereka akan bersentuhan, tetapi seseorang lebih dulu menarik tangan Rossy bangkit dari pangkuan pria mesum tersebut.

"Bajingan lo, Randika! Bisa-bisanya lo mau cipok Rossy di depan rumahnya sendiri!!" amuk Raja dengan napas tersengal-sengal.






























Astagfirullah 😭😭










Raja, si penyelamat...



























Lanjut???

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang