43. Rahasia Yang Terungkap 1

139 15 7
                                    

Semua mata memandang kecewa ke arah pria tua yang melenggang pergi meninggalkan ruang tamu. Rossy berlari menyusul. Gadis itu akan menuntut penjelasan sang kakek yang tiba-tiba tak merestui hubungannya dengan Randika. Kaki Rolando berhenti melangkah saat sebuah tangan mencekal lengannya.

"Apa maksudnya, Kek? Kenapa tiba-tiba Kakek nggak setuju?" tanya Rossy sedikit meninggikan suara.

Rolando tak menjawab. Ia melepas paksa tangan sang cucu dari lengannya, lalu kembali melangkah. Akan tetapi, Rossy tak membiarkannya pergi begitu saja. Gadis tersebut menghadang Rolando dengan kedua tangan yang direntangkan.

"Kek! Saya butuh penjelasan!" bentak Rossy tanpa sadar. "apa Kakek masih menganggap mereka musuh? Bukannya Kakek sendiri yang ajak mereka damai? Mau Kakek apa, sih? Saya cinta sama Mas Randi, Kek! Saya mau menikah dengan dia!!"

"Nggak bisa! Kamu nggak bisa nikah dengan Randi, Rossy!" pekik Rolando menatap tajam cucu angkatnya.

"Tapi kenapa, Kek?! Coba kasih tau saya, apa alasannya!" Tatapan Rossy berubah sendu. Ia tak mau kehilangan orang tersayang untuk kedua kali. Cukup ayahnya saja yang pergi. Ia akan mempertahankan cintanya pada Randika. Persetan dengan restu Rolando.

"Kamu nggak perlu tau apa alasannya," tandas Rolando melengos pergi.

Terbebas dari Rossy tak membuat perjalanan pria tua itu berjalan mulus. Randika tiba-tiba muncul di depannya. Pria yang sangat mencintai Rossy terlihat tidak terima akan keputusan yang diberikan oleh Rolando terhadap hubungan mereka.

"Cukup saya bersabar, Kek. Kalo Kakek tetep halangi hubungan kami, maka saya nggak segan bakal laporin Kakek ke polisi," ancam Randika berhasil menyulut amarah pria yang sejak tadi hanya menonton pertunjukan drama memuakkan di depannya.

Ruqqy menerjang tubuh Randika. Ia memukuli wajah tampan pria yang berani-beraninya mengancam sang kakek. Tak terima atas serangan mendadak itu, Randika pun membalas dengan mendorong tubuh Ruqqy agar menjauh dari tubuhnya. Ia bangkit dengan menahan rasa sakit, lalu menendang perut sang rival.

Kericuhan yang terjadi mengundang Raja dan penjaga di luar segera masuk ke dalam. Mereka membantu memisahkan antara dua pria yang saling bermusuhan. Ruqqy terus meronta. Ia masih belum puas menghajar Randika yang menyorot tajam dirinya.

"Tenangkan diri kamu, Ruqqy," titah Rolando menyeret cucunya untuk duduk di ruang tengah.

Rossy menerima kotak P3K dari Bi Resti. Ia mengobati luka lebam di wajah sang kekasih. Tanpa menyadari, jika Ruqqy tak luput memandang raut khawatir yang tercetak jelas di wajah ayunya. Tangan Ruqqy terkepal. Ia menepis kasar tangan Raja yang mengobati lukanya, lalu beranjak pergi dari sana.

"Sekarang saya tau alasan Kakek menolak lamaran saya. Pasti karena cucu Kakek yang mencintai kekasih saya, 'kan? Kakek ingin menyatukan mereka, bukan?" tuduh Randika membuat langkah Ruqqy terhenti.

"Sekalipun gue cinta sama cewek lo, Kakek gue nggak akan seegois itu untuk memisahkan mereka yang saling mencintai. Gue percaya kalo Kakek punya alasan kuat menolak lamaran lo, Ran!" bentak Ruqqy mengepalkan kedua tangan. Mencoba meredam amarah yang meluap-luap.

Suasana semakin tidak karuan. Raja, Bi Resti, dan beberapa penjaga mengundurkan diri. Tak mau terlibat dalam permasalahan dua keluarga itu. Rolando menatap tuan dan nyonya Richardson. Mereka tampak tenang terhadap insiden yang baru saja terjadi.

"Apa sekarang Kakek bisa jelasin?" tanya Rossy memecah keheningan.

Suara tawa menggema membuat semua pasang mata tertuju pada Ruqqy. Pria yang merasa tak habis pikir pada gadis yang terus mendesak penjelasan dari sang kakek. "Sebegitu cintanya lo sama Randi? Sampe nggak bisa kasih Kakek waktu. Lo terlalu egois, Ros. Lo udah lama tinggal bareng kita, tapi lo sama sekali belum kenal kita seutuhnya."

Terikat Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang