07. Herson Alldarick

21.1K 1.5K 60
                                    

Happy reading
.
.
.
"*.*"

Sesampainya Vano di ruang kerja Herson, ia masuk dan mendapati laki-laki paruh baya itu sedang sibuk di depan laptopnya. Anak itu berdiri lurus menatap Herson dengan mata polosnya.

Herson yang menyadari kehadiran Vano berhenti sejenak, "Silahkan duduk." Ujarnya sambil menunjuk sofa yang ada di samping meja kerjanya.

Vano menurut.

Kaki kecilnya melangkah dengan pelan, membawa tubuhnya ke atas sofa. Lalu anak itu duduk dengan sopan. Setelahnya ia menatap Herson seperti anak anjing yang menunggu tuannya untuk memberikan instruksi.

Tetapi, setelah menunggu beberapa menit, Herson tetap sibuk, mengabaikan Vano yang duduk diam. Membuat Vano kesal setengah mati.

'Ngomong kek om, jangan diam aja kek orang bisu. Pegal nihh!' Vano mendumel di dalam hatinya. Pasalnya sedari tadi Vano hanya duduk tegak, tanpa bergerak sedikitpun. Takut jika ia bergerak Herson akan risih dan mengusirnya.

Herson sepertinya tidak peduli, ia terus melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.

30 menit kemudian

Vano menguap, menatap Herson dengan mata sayu, sepertinya ia mengantuk setelah setengah jam hanya diam dan menunggu Herson yang masih berkutat di depan laptopnya.

Di sisi lain, Herson sudah menyelesaikan pekerjaan nya, tangannya bergerak menutup laptop dan mulai merapikan berkas-berkas yang telah ia gunakan. Lalu berjalan menghampiri Vano.

Vano bersorak dalam hati.

'Heh.. Akhirnya selesai juga.'

Herson berjalan menghampiri Vano, dan mengucapkan kalimat dengan datar, "Maaf menunggu lama!"

'Miif mininggi limi!' Vano mengikuti ucapan Vano di dalam hatinya, dengan nada mengejek. Ia benar-benar kesal karena merasa Herson mengabaikan nya dengan sengaja.

Tetapi di luar ia tersenyum sopan dan mengangguk. "Tidak apa-apa ayah."

Herson sepertinya puas melihat reaksi Vano. Ia berdehem singkat lalu menatap Vano, "Kamu pasti sudah mendengar dari Devon hal ini. Kamu akan mengikuti saya selama perjalanan bisnis, menggantikan Devon. Apakah kamu bersedia?"

Vano mengangguk lagi. "Iya ayah, Vano bersedia."

"Bagus!"

Setelah beberapa kali bertukar kalimat, Vano keluar dari ruangan Herson.

Anak itu berjalan kembali menuju kamar nya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Genta yang tengah memberi makan ikan.

Vano berniat menyapa Genta, tetapi Genta mendengus dan mengabaikan nya. Vano menatap kepergian Genta datar. Lalu anak itu mengangkat kedua bahunya, lalu melanjutkan perjalanan.

'Untuk sekarang aku berfokus sama Herson dulu, setelahnya aku akan datang kepada kalian. Tunggu saja, aku akan membuat kalian semua luluh terhadapku!'

Vano memang sudah memantapkan hatinya untuk membuat Herson luluh terlebih dahulu. Entah mengapa ia merasakan Herson sepertinya mulai menerima keberadaan dirinya.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang