Happy reading
•••
"Apakah selama ini Kelvin hanya berpura-pura baik kepada Vano?
Dalam keheningan yang tergantung di udara, Gema menatap wajah Vano dengan menelisik. Rasa penasaran melukis garis-garis di wajahnya yang tampan. Setelah sekian lama, ia tak lagi bisa menahan pertanyaan yang menggelayut di benaknya.
"Kenapa kak Gema bertanya seperti itu ?" gumam Vano dengan suara rendah, tapi penuh dengan keterkejutan.
Gema terdiam sesaat sebelum akhirnya melepaskan napas berat.
"Jawab dengan jujur Vano, kakak tidak akan memberitahu siapapun masalah ini."
Melihat keraguan di mata Vano, Gema memandangnya dengan tatapan menenangkan. "Tidak usah takut."
Vano menurunkan pandangannya, tatapan matanya menutupi ke arah lantai, menonjolkan perasaan yang rumit di dalam dirinya. Seakan-akan mempertimbangkan kata-kata yang tepat, ia akhirnya mengangkat wajahnya dan melihat Gema dengan serius.
"Itu tidak benar... Kak Kelvin tidak pernah berpura-pura baik kepada Vano, Kak."
Gema semakin memicingkan matanya mendengar jawaban Vano. "Benarkah?"
Vano mengangguk. "Benar, Kak." Ia melanjutkan, "Vano cukup terkejut mengapa Kak Gema berpikiran seperti itu, kalau kak Kelvin mendengar ini dia pasti kecewa sama perkataan Kakak."
Gema akhirnya mengangguk mengerti. "Jadi seperti itu. Syukurlah ...."
Gema menatap Kelvin yang saat ini sedang menceritakan sebuah lelucon kepada Genta, Devon dan ayahnya.
"Kakak akan meminta maaf kepada Kelvin karena sudah mencurigainya tanpa sebab."
Vano menahan napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri agar tidak meluapkan emosinya yang sedari tadi ia tahan. Ia tidak ingin memberikan penjelasan yang sebenarnya kepada Gema bukan tanpa alasan.
Jika ia membeberkan kebenarannya, Gema pasti melakukan sesuatu yang akan membuat Kelvin semakin membencinya.
Vano tidak mau itu terjadi.
Meskipun Vano tidak menyukai sifat Kelvin, tetapi Vano masih berharap suatu saat Kelvin luluh kepadanya.
Meskipun ada rasa tidak rela yang berkecamuk di dalam hatinya, Vano harus tutup mulut, biarlah ia sendiri yang akan menanggung rasa sakit di dalam lubuk hatinya.
Itu semua demi misinya!
"Baiklah... Ayo ke ruangan sebelah kita sudah terlalu lama disini," ajak Gema setelah beberapa saat hening. Ia merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja.
Vano mengangguk mengiyakan. Ia membantu Gema merapikan meja yang mereka pakai untuk bekerja tadi.
Akhirnya mereka berdua menghampiri Herson dan yang lainnya setelah selesai merapikan meja kerja yang sebelumnya mereka gunakan.
"-- Seru banget tau, Kelvin juga pernah kesana soalnya."
"Lagi pada bahas apa nih, kayaknya seru banget." Gema menarik tangan Vano agar duduk di sofa yang kosong.
"Sudah selesai?" Herson yang pertama menyambut mereka. Ia tersenyum hangat saat melihat kedua putranya yang sedari tadi sibuk bekerja sudah kembali.
Gema mengangguk singkat. "Udah, Yah."
"Kak Gema sih, padahal Kak Genta baru aja datang tapi Kak Gema masih aja sibuk kerja, jadinya ketinggalan kan." Kelvin berkata tanpa memfilter ucapannya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...