58. Hukuman

4.1K 342 8
                                    

Happy reading
•••

Kelvin mengacak rambutnya frustasi setelah mengetahui jika Vano menghilang dari arena balap. Ia telah menyisir setiap sudut arena, tetapi bayangan adiknya itu belum juga terlihat. Tadi saat motornya mencapai garis finish di posisi pertama Kelvin langsung menoleh ke arah tempat dimana ia menyuruh Vano menunggu sebelumnya, guna memamerkan kemenangan yang ia peroleh. Begitu ia menoleh ia tidak melihat keberadaan Vano yang membuatnya kalang kabut.

Mengabaikan orang-orang yang mengucapkan selamat kepadanya, Kelvin menjauh dari kerumunan guna mencari keberadaan Vano.

Di sisi lain, Cakra yang masih menggendong Vano dipunggung nya menoleh sedikit ke kiri dimana adik dari sahabatnya itu tengah tertidur pulas di belakang. Kepalanya ia benamkan dengan nyaman di bahu kiri Cakra. Melihat itu Cakra tersenyum tipis.

Cakra kembali menoleh ke depan, dan saat itu juga matanya menyipit kala seseorang berjalan tergesa ke arahnya. Setelah mengetahui dengan jelas siapa orang itu akhirnya Cakra menghela nafas lega.

"Kelvin adikmu--" ucapan Cakra terpotong saat ia merasakan bogeman mentah di rahangnya. Pukulan itu hampir menyebabkan Vano yang masih tertidur terjatuh, untungnya tangan Cakra mengeratkan pegangannya di kaki Vano.

"Kamu apain adik aku, hah!" Kelvin menatap Cakra dengan tajam kedua tangannya masih terkepal dengan erat.

Cakra mengabaikan rasa sakitnya. Ia juga menatap Kelvin tak kalah tajam. "Kamu kemana aja sialan! adikmu hampir dibunuh oleh Vega dan teman-temannya. Kalo saja aku tidak datang tepat waktu mungkin dia.." Cakra tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tetapi saat mendengar itu Kelvin langsung mengerti. Ia meremang saat mendengar kata 'bunuh' yang diucapkan oleh Cakra.

Kelvin mengeraskan rahangnya. "Mereka dimana? Aku akan membunuh mereka semua!"

"Tidak perlu. Mereka udah di urus sama Dirga." Cakra memang sempat mengirimkan pesan singkat agar Dirga membawa tiga orang itu ke markas mereka.

Cakra beralih menatap Kelvin yang masih terdiam, sepertinya sahabatnya itu merasa bersalah. "Sekarang kamu bawa Vano kembali dulu. Ini udah larut banget."

Tanpa Cakra bilang pun Kelvin juga berniat untuk pulang, mereka sudah lama berada diluar. Ia juga takut Herson bangun dan mencari mereka. Kelvin membawa Vano ke dalam gendongannya tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia menggendong Vano layaknya bayi koala yang digendong oleh ibunya.

Kelvin tanpa sadar menatap Vano khawatir, apakah dia pingsan? tanyanya dalam hati.

"Vano hanya tidur. Dia kelelahan." Seakan tahu isi pikiran Kelvin. Ia menjawab dengan nada normal, agar Kelvin tidak tersulut emosi lagi.

Cakra menambahkan, "Aku akan mengantar kalian." Karena tadi ia tahu jika Kelvin datang membawa motor, tidak mungkin kan ia membiarkan Kelvin membonceng Vano yang masih tertidur.

Kelvin mengangguk saja. Ia juga tidak sedang dalam mood yang baik untuk berkendara. Tangannya mengeratkan pelukannya pada Vano saat mereka mulai berjalan ke arah mobil Cakra yang sudah terlihat diujung jalan. Ia melirik Cakra yang berjalan disamping melalui ekor matanya.

"Makasih." Makasih udah mau nolong adik aku, Cak. Ternyata kamu memang udah berubah.

***

Kelvin menghela nafas lega saat lampu di mansion sudah padam. Ia dengan hati-hati membawa Vano menaiki anak tangga satu persatu. Saat kakinya akan melangkah di tangga terakhir, ia dikejutkan oleh sosok Herson yang bersedekap dada sudah berdiri menjulang di ujung tangga. Matanya menatap Kelvin datar. Tanpa sadar tangan Kelvin yang membawa Vano bergetar saat matanya bertemu dengan tatapan Herson.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang