Happy Reading
•••
"Dia.." seperti tidak asing"Perkenalkan diri kamu," ujar Bu Melati mempersilahkan. Murid itu mengangguk dan tersenyum hangat saat matanya menyapu seisi ruangan kelas.
Dia adalah seorang siswi cantik yang memiliki rambut pendek sebahu dengan hush cut style. Wajahnya dilapisi makeup tipis yang terlihat natural. Siswi itu juga memakai seragam yang agak kebesaran di tubuhnya tetapi hal itu tidak membuatnya terlihat culun. Dengan sekali pandangan siapapun tahu jika siswi ini berasal dari keluarga terpandang.
"Nama saya Crystal Putri Arbercht, pindahan dari New York. Saya harap kita semua bisa berteman dengan baik, terimakasih..." Ia berbicara dengan lancar dan percaya diri.
"Ada yang ingin ditanyakan sebelum Crystal duduk?" tanya Bu Melati. Seketika seisi kelas berebutan memberikan pertanyaan random kepada Crystal. Dari banyaknya pertanyaan, ada satu pertanyaan yang menarik perhatian Crystal
"Kenapa lo fasih berbahasa Indonesia.. Apa sebelumnya lo pernah tinggal di indo?"
Crystal tersenyum tipis sebelum menjawab. Hal itu membuat siswa-siswa seketika meleleh. "Dulu waktu umur saya masih sekitar lima tahun, saya memiliki sahabat kecil yang asalnya dari Indonesia. Setelah dia kembali ke negaranya, saya bertekad untuk belajar bahasa Indonesia agar jika suatu saat kami bertemu lagi, saya bisa memahami dengan baik."
"Aa~ so sweet."
Para siswa bahkan siswi lagi-lagi meleleh mendengar penjelasan Crystal. Mereka sampai membayangkan jika sahabat yang Crsytal maksud adalah diri mereka sendiri.
"Jadi alasan lo pindah ke sini untuk bertemu dengan sahabat lo itu ya?"
Crystal menyahut dengan cepat, "Salah satunya itu. Alasan lainnya, ayah saya ingin menjalankan bisnisnya di Indonesia. Jadi saya tentu ikut ayah ke Indonesia dan akan tinggal disini selama beberapa tahun."
"Oh.. Bye the way sahabat lo ada di sekolah ini kah?" tanya seorang siswi yang duduk di sebelah meja Vano.
Crystal menatap siswi itu dan beralih menatap Vano yang ada di sebelahnya. Sejenak pandangan mereka bertemu, Vano tersenyum kecil saat Crystal melambaikan tangan ke arahnya.
Teman sekelas Vano dengan serempak memandangnya dan agaknya mereka tidak menyangka jika Vano adalah sahabat yang Crystal maksud. Karena ditatap begitu intens oleh beberapa pasang mata Vano menjadi sedikit gugup.
"Jadi sahabat yang dia maksud Lo?" bisik Arce tidak menyangka. Vano hanya mengangguk pelan.
"Serius? Anjay.. beruntung banget lo punya sahabat cantik kayak Crystal. Kenalin ke gue dong." Vano menjauhkan muka Arce yang terus berbisik di telinganya.
Ia juga masih sedikit terkejut karena teman kecilnya tiba-tiba datang ke negaranya dan menjadi murid baru di kelasnya. Apalagi fakta jika Crystal juga mengenalnya? Bahkan Vano sendiri sudah agak lupa dengan wajah Crystal karena mereka sudah lama tidak bertemu.
***
Kelvin terbangun saat mendengar nada dering dari ponsel yang tergeletak di samping tempat tidurnya. Dengan mata mengantuk ia mengambil ponsel itu dan mengusap layar untuk menerima panggilan setelah membaca singkat nama kontak yang menghubunginya sepagi ini.
"Halo babu." Segera saat ia mengangkat telepon suara lembut tapi mengejek dari seberang terdengar memenuhi gendang telinga Kelvin.
Kelvin memejamkan matanya dan menjawab dengan tidak minat. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...