Happy reading
•••
Sudah terhitung satu minggu Vano menjalani rutinitasnya sebagai siswa baru di sekolah bergengsi seperti SHS, selama seminggu itu juga Vano benar-benar mendiami Kelvin. Ia masih sakit hati atas perkataan Kelvin hari itu, jadi sebisa mungkin ia terus mengabaikan Kelvin saat berpapasan dengan kakak keempatnya itu.
Tetapi meskipun diluar ia terlihat mengabaikannya, diam-diam Vano tetap mencari tahu alasan mengapa Kelvin menjadi siswa penerima beasiswa di sekolah dan mengapa juga pemuda yang berstatus kakaknya itu menjadi pelayan Zean?
Sekarang adalah jam istirahat pertama. Sama seperti sebelumnya, Vano akan menggunakan jam istirahatnya untuk membaca buku random di perpustakaan. Seminggu ini ia memang lebih sering menghabiskan waktunya di ruangan yang penuh buku ini. Murid yang ada di perpus ini kebanyakan adalah murid penerima beasiswa, ini juga merupakan salah satu alasan Vano menghabiskan waktunya disini, adalah untuk mengorek informasi tentang penerima beasiswa di SHS.
Di depan Vano sekarang, ada dua orang siswi yang membaca buku dengan sangat fokus. Vano memindai mereka dengan hati-hati. Pandangannya turun ke pergelangan di tangan mereka, keduanya memiliki gelang persis seperti milik Kelvin, bahkan warnanya juga sama. Jadi Vano menduga jika mereka berdua seangkatan dengan Kelvin.
Siswi yang memiliki rambut sebahu dengan kulit agak gelap sepertinya menyadari tatapan itu. Ia dengan segera mendongak, akibatnya Vano yang merasa seperti kepergok maling ayam memalingkan pandangannya dengan cepat. Wajahnya terlihat memerah karena menahan malu.
Siswi berambut ikal di sebelahnya menatap gadis itu dengan bingung. "Kenapa, Dev?"
Devi. Nama siswi berambut sebahu itu. Ia membalas tatapan Angel, dan sedikit berbisik: "Dia menatap kita. Lama.."
Angel, "..."
Vano yang masih mendengar ucapan siswi itu segera terbatuk dua kali. "Maaf membuat kakak-kakak tidak nyaman." Ia berusaha tersenyum ramah saat menatap kedua siswa didepannya dengan berani.
Angel segera tersadar, ia terkekeh pelan. "Tidak apa-apa, butuh bantuan atau sesuatu?"
Vano merasa takjub atas kepekaan kakak kelas di depannya ini. Tetapi sebelum ia menjawab, ucapan teman disebelahnya membuat Vano tertegun.
"Benar.., Kami mau kok di suruh-suruh. Tapi kami mohon, tolong jangan main fisik ya, takut orangtua kami mikir macam-macam." Siswi bernama Devi itu berkata dengan nada bergetar, Angel juga mengangguk dan menatap Vano dengan memohon.
"Eh?" Sepertinya mereka salah paham kepadanya. Pasti mereka berpikir jika Vano sama seperti siswa yang lain, yang datang hanya untuk membully.
Dengan buru-buru Vano menjawab. "Tidak-tidak. Kalian pasti salah paham." Ia membasahi bibirnya sebelum melanjutkan: "Aku hanya ingin bertanya sedikit."
Mereka berdua terlihat saling pandang dan selanjutnya menatap Vano dengan berbinar, seolah mereka baru bertemu dengan barang yang sangat langka.
Devi bertanya dengan hati-hati, "Ingin bertanya.. soal apa ya?"
Vano tersenyum kecil melihat perubahan mereka. "Tapi sebelum itu, izinkan aku untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Aku Revano Alldarick, kelas 1E. Salam kenal, kakak-kakak." Vano menjulurkan tangannya ke depan guna memperkenalkan dirinya. Jika ingin mendapatkan informasi yang valid ia harus bersikap sopan, benar?
Devi membalas uluran tangan Vano dengan takut-takut. "Saya Devi, kelas 3B. Tidak perlu terlalu sopan." Ia melepaskan tangannya dengan pelan dan setelahnya menatap telapak tangannya dengan tidak percaya. Ini adalah pertama kalinya seorang siswa kaya mengajaknya berkenalan bahkan bicaranya juga sangat sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...