Happy reading
•••
Vano mengerutkan bibirnya kesal karena respon Re yang menurutnya menyebalkan, "Aduh, masa kamu tidak paham sama sekali?"
Re menatap kalender itu sekali lagi, dan setelahnya berpikir dalam. Sedetik kemudian kucing itu membulatkan matanya dan menatap Vano dengan tatapan tidak percaya.
"Demi apa?" teriak Re dengan heboh.
Vano menutup telinganya dengan satu tangan, setelah itu mendengus malas, "Nah, kenapa reaksi kamu juga seheboh ini!"
"Hehe... Maaf tuan, tadi aku masih mengumpulkan nyawa, jadi belum menyadari itu."
Re melanjutkan, "Jadi tuan mengalami percepatan waktu lagi? Kira-kira siapa yang sudah luluh?"
Vano menggelengkan kepalanya tidak yakin. Tetapi satu nama langsung terlintas begitu saja di pikirannya.
Gema Alldarick
Semalam Vano menghabiskan waktunya bersama kakak sulungnya itu. Apalagi Vano juga membantu sebagian pekerjaan Gema. Jadi besar kemungkinan Gemalah yang sudah luluh kali ini.
"Tapi ...." Vano menatap Re dengan mata menyipit, "Kenapa percepatan waktu kali ini lebih pendek. Kita cuma melompati 10 hari saja!"
"Apakah kak Gema belum sepenuhnya luluh?" tanya Vano tidak mengerti.
Re juga menatapnya.
"Aku juga tidak mengerti Tuan. Tunggu sebentar, aku akan mencari tahu jawabannya." Setelah mengatakan itu, Re menghilang tanpa jejak. Vano yang ingin mengucapkan sepatah kata lagi mengurungkan niatnya.
"Hah ...." Vano menghela nafas panjang.
Ia termangu menatap kalender yang masih berada di genggamannya.
"Semoga aja kak Gema benar-benar sudah luluh, agar aku bisa cepat meluluhkan yang lainnya juga. Setelah itu aku bisa kembali ke duniaku dan bertemu dengan ayah dan bunda!"
"Jika waktunya tiba ...."
***
"Vano ...!"
Vano menoleh dan setelah melihat sosok Gema yang melambaikan tangan ke arahnya, ia dengan segera menghampiri tempat Gema dengan berjalan cepat.
"Hai kakak."
"Hai, ayo naik." Gema membuka pintu mobil dan menyuruh Vano untuk masuk. Setelah itu ia berlari mengitari mobil dan duduk di jok pengemudi.
Vano melirik Gema yang sekarang sedang fokus menyetir. Hari ini Gema memang sengaja menjemputnya, karena Kelvin tidak masuk sekolah. Sama seperti tadi pagi, tadi Vano juga berangkat bersama Gema.
"Mau mampir makan dulu?"
Vano mengangguk mengiyakan, "Boleh kak."
"Baiklah, kita makan dulu sebelum pulang ya. Kebetulan kakak belum makan siang. Hehe," ujar Gema dengan sedikit terkekeh.
Vano tersenyum dan mengangguk berulang kali.
Melihat itu tangan kiri Gema tanpa sadar terangkat untuk mengelus puncak kepala Vano.
"Gemesnya ...."
"Ish, rambut Vano jadi berantakan gara-gara kakak." Vano berkata sambil melipat kedua tangannya. Ia menatap Gema dengan pandangan pura-pura merajuk.
"Hahaha!"
Gema akhirnya melepaskan tawanya tanpa beban. Dengan menyetir menggunakan tangan kanan, ia kembali mengacak rambut Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...