34. Mie pangsit & kotak P3K

5.1K 488 53
                                    

Happy reading

•••

Seperti yang sudah Vano katakan sebelumnya, mereka saat ini sedang mengalami percepatan waktu selama sepuluh hari. Selama itu pula Vano tidak pernah berbicara dengan Alex lagi. Bukan hanya Alex, tetapi ia juga menjaga jarak dari Lena. Meskipun gadis itu kerapkali datang hanya sekedar untuk menyapanya.

Ia mengetahui semua informasi itu dari Re. Karena sama seperti sebelumnya, Vano tidak akan mengingat kejadian yang sudah terlewat di dalam percepatan waktu.

Tetapi saat mengetahui informasi itu, Vano tidak peduli, ia sudah bertekad untuk mengabaikan masalah eksternal yang akan menggangu misinya nanti.

Sekarang Vano hanya akan fokus kepada misinya, yaitu meluluhkan hati ketiga kakaknya yang belum luluh.

Kelvin

Devon

dan terakhir

Genta

Hanya tiga orang lagi, dan ia akan kembali ke dunianya setelah itu.

Jika ditanya Vano sabar atau tidak. Tentu saja Vano sudah tidak sabar lagi.

Sangking tidak sabarnya, di dalam otaknya sekarang penuh dengan cara-cara untuk meluluhkan hati seseorang. Jika dihitung mungkin ada lebih dari 1001 cara.

Banyak cara yang sudah ia lakukan, tetapi hampir semuanya tidak membuahkan hasil. Tetapi hal itu tidak membuat Vano berhenti.
Seperti sekarang, Vano sedang berusaha mencari muka di depan kakak keempatnya. Kelvin.

Kelvin bersama teman segeng nya, termasuk Cakra dan Dirga, sedang duduk di kantin karena waktunya jam istirahat.

Jika dihitung ada total sembilan orang yang duduk di satu meja yang luas itu. Tentu saja Vano tidak mengenal mereka semua, ia terlalu malas bahkan untuk sekedar mengingat wajah menyebalkan mereka.

Vano menghampiri meja Kelvin sembari membawa sebuah nampan berisi dua mie pangsit. Saat sudah sampai di depan Kelvin, Vano berdehem singkat sehingga menarik atensi mereka yang ada di sekumpulan itu.

Mengabaikan tatapan dari sekitarnya, Vano meletakkan satu mangkok mie pangsit ke meja Kelvin.

Kelvin memandangnya tidak mengerti.

"Buat kak Kelvin," jawab Vano tanpa ditanya. Ia tersenyum ramah sembari duduk di depan Kelvin yang kebetulan kosong.

"Heh, siapa yang mengijinkan mu duduk disampingku sialan!" Cakra yang kebetulan duduk disampingnya menatap Vano dengan jijik.

Vano menatap Cakra terkejut, karena fokusnya hanya ada pada Kelvin tadi, sehingga ia tidak mengetahui jika ia duduk disamping bajingan itu.

"Eh ... Maaf hanya ini kursi yang kosong," sahut Vano apa adanya.

Setelah itu ia mengabaikan Cakra dan menatap Kelvin lagi. "Silakan dinikmati kak. Itu sudah Vano bayar kok, hehe."

Melihat Vano terkekeh, Cakra merasa kesal, ia mengepalkan tinjunya dan bersiap membalas Vano. Tetapi saat akan mengangkat tangannya, Kelvin berujar dengan dingin.

"Kau sakit?"

Vano yang sekarang menikmati mie nya mendongak menatap Kelvin, ia berkata sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Tidak, aku lapar kak."

"Bukan itu. Kenapa kau membawakan ku makanan. Apa maksudnya?" tanya Kelvin lagi. Ia mengerutkan keningnya menatap Vano tidak mengerti.

"Tentu saja untuk membuatmu luluh, bodoh!"

"Tidak ada maksud apa-apa kak. Vano hanya ingin mentraktir kakak, apakah tidak boleh?" jawab Vano dengan nada rendah.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang